Tuesday, April 12, 2016

bph


 








DitujukanuntukmemenuhitugasKeperawatanDewasa

Kelompok 8 / PSIK II B
·         Aniatunissa
·         DiahRahmayanti
·         IrwanFirdaus
·         Muhammad Fahrudin
·         Nova Dwi Putra


TUGAS ANALISA KASUS PASIEN DENGAN BPH(3)




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG
2013-2014

HAL HAL YANG TIDAK DIMENGERTI

DC                   : Dower cateter.
Hesistency       : Anyang-anyangan, keterlambatan dalam memulai pengeluaran urin.
TURP              : Transurethral Resection Of The Prostate.
Pus                  : Nanah.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan kedua  setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya,  diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun, dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita penyakit BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia sudah masuk ke dalam lingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta lebih bilangan rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang berusia 60 tahun dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secara umumnya dinyatakan bahwa kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH.
1.2 Rumusan masalah
1.      Mencari istilah yang tidak dimengerti?
2.      Menyebutkan definisi 
3.       Menyebutkan etiologi dan faktor resiko 
4.       Menjelaskan patofisiologi 
5.       Menjelaskan patomekanisme timbulnya gejala 
6.       Menjelaskan deskripsi riwayat kesehatan
7.       Mendiskusikan pemeriksaan diagnostik 
8.       Mendiskusikan penatalaksanaan obat dan tindakan medis yang dilakukan 
9.       Mengidentifikasi penatalaksanaan diet 
10.   Menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus menurut NANDA
11.   Menentukan tujuan perawatan (NOC) setiap diagnosa keperawatan yang muncul
12.  Merancang intervensi keperawatan yang sesuai (NIC)
1.3 Tujuan penulisan
Mengetahui lebih dalam pembelajaran dan pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien penderita BPH ( benign prostatic hyperplasia)
1.4 Manfaat penulisan
a.       Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami pemahaman tentang menganalisa kasus dan mebuat rencana asuhan keperawatan pada pasien penderita BPH.
b.      Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembelajaran asuhan keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI BPH ( BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA)
            Merupakan pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.
2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
            Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung. Pada hormone androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan ada beberapa faktor kemungkinan penyebab anatara lain :
·         Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi
·         Perubahan keseimbangan hormone esterogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormone esterogen dan penurunan testoeron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
Faktor resiko
·         Umur
Sesuai dengan penambahan usia, kadar testoteron mulai menurun dan menurunkan kemampuan buli-buli dalam mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh adanya obstruksi karena pembesaran prostat.
·         Riwayat keluarga
Karena dalam riwayat keluarga terdapat mutasi dalam gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan tumor mangalami gangguang sehingga sel akan berpoliferasi secara terus menerus tanpa adanya batas kendali.
·         Kurangnya makanan berserat
Pada sayuran didapatkan mekanisme yang multifactor dimana didalamnya dijumpai bahan atau substansi anti karsinogen seperti karoteniod.
·         Kebiasaan merokok
Nikotin dan konitin pada rokok meningkatkan aktivitas enzim perusak androgen sehingga menyebabkan penurunan kadar testosterone.



2.3 PATOFISIOLOGI
            Kelenjar prostat terletak tepat di bawah leher kandung kemih dan melingkari uretra. Apabila terjadi pembesaran abnormal atau multiplikasi sel karena sel benigna, tekanan pada uretra pars prostatika akan timbul, yang selanjutnya dapat menghambat aliran keluar urine. Selama proses ini, muskulus destrusor mulai menebal dan akhirnya kandung kemih menjadi sangat peka sehingga kontraksi terjadi meskipun jumlah urine sedikit. Jika tekanan pada kandung kemih tidak dikurangi maka akan terjadi aliran balik urine ke dalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureter.
2.4 PATOMEKANISME TIMBULNYA GEJALA
Gejala hyperplasia prostat disebabkan oleh obstruksi saluran keluar dan iritasi kandung kemih yang sering disebut prostatisme atau belakangan ini lebih dikenal dengan sebutan gejala saluran kemih bawah. Karena pemebesaran kelenjar prostat secara lambat, banyak gejala yang dapat ditoleransi oleh pasien hingga terjadi retensi urine akut. Pada awalnya, manifestasi klinis BPH meliputi : keluhan sering berkemih, berkemih secara lambat, pancaran dan dorongan urine melemah. Iritasi kandung kemih dapat menyebabkan gejala desakan untuk berkemih, nokturia, dan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna sehingga terdapat residu urine dan terjadi infeksi. Hematuria  terjadi karena pembesaran prostat dan pembuluh darah yang robek akibat mengejan. Pada BPH nyeri terasa diperut sebelah bawah, bagian bawah atau sisi panggul.
2.5 DESKRIPSI RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama : Tidak bisa BAK
Riwayat terdahulu : hipertensi
Riwayat sekarang : BPH ( benign prostatic Hiperplasia)
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Umum :
·         Cystoscopy


Kasus :
Pemeriksaan laboratorium :
Hematologi / HB ; 9,9 g/dl ,Leukosit ; 11.000/ML,
Trombosit ; 250.000, Hematokrit ; 30%
2.7 PENATALAKSANAAN OBAT DAN TINDAKAN MEDIS
Umum :
alpha blocker, obat ini bekerja dengan menghambat reseptor alpha yang banyak ditemukan diotot polos di trogonum, leher kandung kemih, prostat, dan kapsul prostate. Penghambatan ini akan menyebabkan relaksasi pada daerah prostat sehingga tekanan akan berkurang dan meringankan obstruksi, sehingga gejala gangguan berkemih akan teratasi. Dan alpa blocker merupakan pilihan pertama untuk mengatasi gejala gangguan berkemih yang disebabkan oleh BPH. Pilihan obat-obatan lainnya adalah kelas 5-alpha reduktase inhibitor dan fitoterapi yang merupakan pilihan kedua untuk mengatasi gejala gangguan berkemih.
Kasus :
Pasang infuse RL 500cc/8 jam, ceftriaxone 3x500 gr, ketorolax 3x1 ampul, ranitidine 3x1 ampul.
2.8 PENATALAKSANAAN DIET
Anjurkan pasien untuk diet tinggi makanan berserat, makan banyak buah. Jangan anjurkan pasien terlalu banyak minum  air putih berlebihan pada malam hari untuk menghindari nokturia.










BAB III
ANALISA KASUS
Tanggal 11-10-12
Tn J umur 64 tahun pekerjaan : pensiunan PNS 
selalu kontrol ke poli bedah untuk ganti selang DC, masih tidak bisa BAK, BAK pancaran melemah, hesistency(+), klien dianjurkan untuk operasi BPH namun klien masih menolak dengan alasan biaya dan tidak ada anak yg mau menunggunya di RS,diagnosa medis: BPH
Tanggal 15-10-12
Klien setuju dilakukan operasi TURP
Tanggal 17-10-12
Pada saat dikaji 
Tn. J masih mengeluh nyeri luka post operasi. Nyeri bertambah apabila klien miring kiri/kanan skala nyeri 6 nyeri dirasakan klien terutama bila ganti balutan.klien tampak lemah berkeringat, klien mengatakan sudah 3 hari belum mandi,tampak luka operasi panjang 8cm, tampak kemerahan, pus (-)
TD : 160/80 mmhg, N: 84 x/mnt, R 22x/mnt S: 37°C.
Riwayat penyakit lain hipertensi (+)
Pemeriksaan laboratorium:
Hematologi : Hb :9,9 g/dl
Leukosit ; 11.000 /Ml
Trombosit : 250.000 
Hematokrit : 30 %
Terapi ; pasang infus rl 500cc/8 jam, cefriaxone 3 x 500 gr,ketorolak 3x1 amp,ranitidine 3x1 amp
DIAGNOSA NANDA
Symptom
etiologi
problem
DO :
a.       Tampak luka operasi panjang 8 cm.
b.      Klien tampak lemah dan berkeringat
c.       Luka operasi panjang 8 cm, tampak kemerahan.
d.      TD : 160/80 mmhg,
N: 84x/mnt, R: 22x/mnt, S : 37°C
e.       Hematologi : Hb :9,9 g/dl
f.       Leukosit : 11.000
g.      Trombosit : 250.000
h.      Hematokrit : 30 %
DS :
a.       Mengeluh nyeri post. Operasi
b.      Merasakan nyeri bertambah saat miring kanan miring kiri.
c.       Skala nyeri 6 dirasakan saat ganti balutan
d.      Klien mengatakan belum mandi 3 hari
Luka operasi
 


Kerusakan integritas jaringan
 



Impuls nyeri diteruskan ke bagian medulla spinalis melalui saraf perifer


Hypothalamus sebagai respon otak

 



Nyeri
Nyeri akut

Rencana keperawatan

Diagnosa keperawatan
NOC
(tujuan)
NIC
(intervensi)
Aktifitas
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri / agen cedera
Pain level
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan criteria hasil :
·         Melaprkan adanya nyeri secara verbal
·         Frekuensi nyeri dalam skala 0-3
·         Ekspresi nyeri pada wajah berkurang
·         Keringat berlebih berkurang
·         Pasien tidak malaise
Pain management

·         Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, durasi dan karakteristik.
·         Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·         Pilih dan lakukan penanganan nyeri
·         Ajarkan klien tentang tehnik non farmakolgi
·         Berikan analgetik untuk  mengurangi rasa nyeri
·         Evaluasi keefektifan control nyeri
·         Tingkatkan istirahat





BAB IV
KESIMPULAN
Umum penyakit :
Merupakan pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.
Faktor resiko yang sering terjadi dikarenakan faktor usia, karena bertambahnya usis maka pembesaran terhadap kelenjar prostat juga berkembang.
Kasus :
Tn. J didiagnosa keperawatan dengan nyeri akut, maka dilakukan pain management dengan aktifitas yang tepat yaitu :
·         Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, durasi dan karakteristik.
·         Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·         Pilih dan lakukan penanganan nyeri
·         Ajarkan klien tentang tehnik non farmakolgi
·         Berikan analgetik untuk  mengurangi rasa nyeri
·         Evaluasi keefektifan control nyeri
·         Tingkatkan istirahat
Dengan criteria hasil :
·         Melaporkan adanya nyeri secara verbal
·         Frekuensi nyeri dalam skala 0-3
·         Ekspresi nyeri pada wajah berkurang
·         Keringat berlebih berkurang
·         Pasien tidak malaise



BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Chang esther dkk 2006 Patofisiologi: “aplikasi pada praktik keperawatan” Penerbit buku kedokterak EGC
Nanda international  2010 “Diagnosa Keperawatan :  definisi dan klasifikasi 2009-2014” penerbit buku kedokteran EGC
Eprints.undip.ac.id diambil pada tanggal 25 – 03-2014 pada jam 11.57 WIB
id.astellas.co.id/content/view/information/120/pembesaran-prostat-jinak-benign-prostatic-hyperplasia-bph. Diambil pada tanggal 25 – 03 – 2014 dan pada jam 20.07 WIB
www.tanyaprostat.com Diambil pada tanggal 23 – 03 -2014 dan pada jam 23.32 WIB



0 komentar:

Post a Comment