Tuesday, March 22, 2016

resume sistem perkemihan














PRAKTEK KEPERAWATAN DEWASA I
RESUME SISTEM PERKEMIHAN

Di susun oleh :
1013031023
ASROPUL ANAM

Program studi ilmu keperawatan
STIKes faletehan serang - banten
2015-2016
A.    ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem ginjal dan urin meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Urine dibentuk oleh ginjal dan mengalir melalui struktur lainnya harus dihilangkan dari tubuh.
1.      Ginjal
Ginjal adalah sepasang berbentuk kacang, merah kecoklatan struktur terletak retroperitoneally (belakang dan di luar rongga peritoneum) di dinding posterior abdomen- yang dari vertebra toraks 12 ke lumbal ketiga verte-bra di (Gambar. 43-1A) dewasa. Rata-rata ginjal dewasa beratnya sekitar 113-170 g (sekitar 4,5 oz) dan 10 untuk panjang 12 cm, lebar 6 cm, dan 2,5 cm (Porth &
Matfin, 2009). Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena lokasi hati.
Eksternal, ginjal baik dilindungi oleh tulang rusuk dan oleh otot-otot perut dan punggung. Internal, lemak de-berpendapat mengelilingi setiap ginjal, memberikan perlindungan terhadap menggelegar. Ginjal dan lemak sekitarnya ditangguhkan dari dinding perut oleh fasia ginjal terbuat dari ikat tis-sue. Jaringan ikat fibrosa, pembuluh darah, dan Lym-phatics sekitarnya setiap ginjal dikenal sebagai ginjal kapsul. Kelenjar adrenal terletak di atas setiap ginjal. ginjal dan adrenal independen dalam fungsi, darah pasokan, dan persarafan Parenkim ginjal dibagi menjadi dua bagian: cor - tex dan medula ( Gambar 43-1B . ) . Medula , yang merupakan ap - proxima lebar 5 cm , adalah bagian dalam ginjal . Ini berisi loop Henle , yang recta vasa , dan saluran col - lecting dari nefron juxtamedullary . Saluran collect - ing dari kedua juxtamedullary dan kortikal yang nefron terhubung ke piramida ginjal , yang triangu - lar dan terletak dengan dasar menghadap permukaan cekung ginjal dan titik ( papilla ) menghadap hilus , atau panggul . Setiap ginjal mengandung sekitar 8-18 Pyra - MID . Piramida mengalir ke kalises kecil , yang menguras ke kalises utama yang membuka langsung ke pelvis ginjal .
Pelvis ginjal adalah awal dari sistem pengumpulan dan terdiri dari struktur yang dirancang untuk mengumpulkan dan mengangkut urin . Setelah urin meninggalkan pelvis ginjal , komposisi atau jumlah urine tidak berubah.

2.      Ureter , kandung kemih , dan Uretra

Urin yang terbentuk di nefron mengalir ke ginjal panggul dan kemudian ke ureter , yang tabung fibromus - cular panjang yang menghubungkan setiap ginjal ke kandung kemih . ini tabung sempit, setiap panjang 24-30 cm , berasal di bawah sebagian dari pelvis ginjal dan mengakhiri di trigonum dari dinding kandung kemih .
Ureter kiri sedikit lebih pendek dari ureter yang tepat. The lapisan ureter terdiri dari epitel sel transisional disebut urothelium. Urothelium mencegah reabsorpsi urin. Pergerakan urin dari setiap pelvis ginjal melalui ureter ke dalam kandung kemih difasilitasi oleh peristaltic kontraksi otot polos di dinding ureter. Di sana tiga bidang menyempit setiap ureter: ureteropelvic yang persimpangan, segmen ureter dekat persimpangan sacroiliac, Mengumpulkan tubulus Loop Henle Distal sulit pipa kecil Aferen arteriol Eferen arteriol Glomerulus Kapsul Bowman Proksimal sulit pipa kecil Peritubular kapiler Pembuluh darah Pembuluh darah
Gambar 43-2 Representasi nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron dari dua jenis: kortikal dan jux-tamedullary. Nefron kortikal terletak di korteks ginjal; nefron juxtamedullary yang berdekatan dengan medula. Bab 43 Penilaian ginjal dan saluran kemih Fungsi 1295 dan persimpangan ureterovesical. Ketiga daerah dari ureter memiliki kecenderungan untuk obstruksi oleh batu ginjal (batu anak-ney) atau striktur. Obstruksi ureteropelvic yang persimpangan adalah yang paling serius karena dekat dengan ginjal dan risiko disfungsi ginjal terkait.
Kandung kemih adalah otot , kantung berongga terletak hanya di belakang tulang kemaluan . Kapasitas kandung kemih dewasa 400 sampai 500 mL ( Bickley , 2007) . Kandung kemih ditandai oleh, wilayahnya pusat berongga , disebut vesikel , yang memiliki dua inlet ( ureter ) dan satu outlet ( uretra ) . Daerah sekitar leher kandung kemih disebut uretrovesika yang persimpangan . The memancing dari persimpangan ureterovesical adalah Cara utama menyediakan antegrade , atau ke bawah , bergerak -ment urin , juga disebut sebagai penghabisan urin . Ini sebuah - penyelundupan mencegah refluks vesicoureteral ( retrograde , atau back- bangsal , gerakan urine ) dari kandung kemih , sampai ureter , menuju ginjal .
Dinding kandung kemih berisi empat lapisan. Luar-paling lapisan adalah adventitia, yang terdiri dari ikat jaringan. Langsung di bawah adventitia adalah lapisan mus-cle halus yang dikenal sebagai detrusor tersebut. Di bawah detrusor adalah lapisan submukosa dari jaringan ikat longgar yang berfungsi sebagai antarmuka antara detrusor dan lapisan terdalam, sebuah
lapisan mukosa. Lapisan dalam mengandung khusus epitel sel transi-nasional, membran yang kedap air dan mencegah reabsorpsi urin disimpan di blad-der. The leher kandung kemih berisi kumpulan paksa otot polos yang membentuk sebagian dari sfingter uretra dikenal sebagai sfingter internal. Porsi penting dari mekanisme sfingter yang membantu mempertahankan kontinensia adalah sphincter kemih eksternal pada uretra anterior, segmen yang paling distal dari kandung kemih (Porth & Matfin,
2009). Selama berkemih (berkemih), meningkat intravesical Tekanan terus persimpangan ureterovesical ditutup dan terus urin dalam ureter. Begitu berkemih adalah com-pleted, kembali tekanan intravesical ke rendah nilai normal dasar-line, yang memungkinkan penghabisan urin untuk melanjutkan. Oleh karena itu, hanya waktu itu kandung kemih benar-benar kosong di terakhir detik berkemih, sebelum penghabisan resume urin.
Uretra muncul dari dasar kandung kemih : Dalam laki-laki , melewati penis ; pada wanita , membuka hanya anterior vagina . Pada pria , kelenjar prostat , yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih , mengelilingi ure - thra posterior dan lateral .




























B.     MACAM-MACAM PENYAKIT SISTEM PERKEMIHAN

Organ-organ dari sistem perkemihan tersebut sejatinya akan mengalami gangguan jika tidak dijaga kesehatanya, sehingga dapat menimbulkan gangguan atau penyakit. Berikut penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada sistem perkemihan/urinary
1.      Glomerulonefritis adalah proses inflamasi pada glumeruli dengan etiologi, patogenesis, perubahan-perubahan histologi pada ginjal berlainan tetapi dengan presentasi klinis seragam.
2.      Sindrom Nefrotik adalah kelainan pada sistem perkemihan/urinary yang ditandai dengan adanya peningkatan protein dalam urine (proteinuria), penurunan albumin dalam darah, dan adanya edema
3.       Gagal Ginjal Kronik adalah suatu kedaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal
4.       Ca Kandung Kemih adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli (kandung kemih) yang akan terjadi gros hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar kencing warna merah terus.
5.      BPH (Benign Prostat Hiperplasia) adalah pembesaran kelenjar prostat yang disebabkan adanya keseimbangan hormonal dalam tubuh sehingga terjadi hiperplasi (penambahan jumlah sel) pada kelenjar prostat
6.       ISK (Infeksi Saluran Kemih) adalah suatu keadaan klinis yang mana terdapat mikroorganisme pada saluran kemih
7.       Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu di dalam saluran kemih, baik dalam ginjal, ureter, maupun buli-buli / kandung kemih.

C.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Anamnesis yang lengkap (uretritis, trauma dengan kerusakan pada  panggul, straddle injury, instrumentasi pada uretra, penggunaan  kateter uretra, kelainan sejak lahir)
2.      Inspeksi: meatus eksternus sempit,pembengkakan serta fistula di  daerah penis,skrotum,perineum, suprapubik.
3.       Palpasi: teraba jaringan parut sepanjang perjalanan uretra anterior; pada bagian ventral penis, muara fistula bila dipijit mengeluarkan getah/nanah
4.       Rectal toucher (colok dubur)
5.      Uroflometri
6.       Ureterografi
7.       Ureteroskopi
8.       IVP (intra vena pielografi) dan USG jika dicurigai mulai gangg. Prostat









D.    PATOFISIOLOGI
1.    Patofisiologi dan Penyebab Ifeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1)      masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2)      Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1)      Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2)      Mobilitas menurun
3)      Nutrisi yang sering kurang baik
4)      System imunnitas yng menurun
5)      Adanya hambatan pada saluran urin
6)      Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.



















E.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Diagnosa Keperawatan
b.    Infeksi yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
c.    Perubahan pola eliminasi urine  ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
d.   Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
e.    Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.

2.      Intervensi (Perencanaan / Implementasi)
Perencanaan
a.       Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
1)     Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam  pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
2)     Kriteria Hasil :
a)      Tanda-tanda vital dalam batas normal
b)      Nilai kultur urine negative
c)      Urine berwarna bening dan tidak bau
3)     Intervensi :
a)      Kaji  suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas 38,50°C
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
b)      Catat karakteristik urine
Rasional :
Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c)      Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk mencegah stasis urine
d)     Monitor pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
e)      Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komlit setiap kali kemih.
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
f)       Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap  bersih dan kering.
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
b.    Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
1)     Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
2)     Kriteria Hasil :
a)      Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b)      Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c)      Klien dapat BAK dan berkemih
3)     Intervensi :
a)      Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input / output
b)      Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3  jam
Rasional  :
Untuk  mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung kemih.
c)      Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional  :
Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d)     Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional :
Untuk  memudahkan klien untuk berkemih.
e)      Bantu klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
c.    Nyeri yang berhubungan dengan ISK
1)     Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya  berkurang.
2)     Kriteria Hasil :
a)      Pasien mengatakan / tidak ada keluhan pada saat berkemih
b)      Kandung kemih tidak tegang
c)      Passien tampak tenang
d)     Ekspresi wajah tenang
3)     Intervensi  :
a)      Kaji inensitas, lokasi dan faktor yang memberatkan atau meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
b)      Berikan waktu istirahat yang cukup  dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat  dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot.
c)      Anjurkan minum banyak 2-3  liter jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih.
d)     Berikan  obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri.
d.   Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentangproses penyakit,  metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.
1)     Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
2)     Kriteria Hasil :
a)      Klien tidak gelisah
b)      Klien tenang
3)     Intervensi :
a)      Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
b)      Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
c)      Beri suport pada klien 
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan percaya diri tinggi terhadap perawatan atas kesembuhannya.
d)     Beri dorongan spiritual
Rasional :
Agar  klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME. Beri suport pada klien.
e)      Beri penjelasan terhadap penyakitnya
Rasional :
Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit  yang dialaminya.
3.      Implementasi /  Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat  respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan ( Doenges E  Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
4.      Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a.       Nyeri  yang menetap atau bertambah
b.      Perubahan warna urine
c.       Pola  berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing menetes setelah berkemih.




DAFTAR PUSTAKA



1.      Baughman, Diane.C. et all. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah : Buku Saku dari Brunner & Suddart. Jakarta : EGC

2.      https://www.google.com/search?q=pathway+isk&ie=utf-8&oe=utf-8#q=askep+penyakit+isk+pdf

0 komentar:

Post a Comment