Tuesday, April 12, 2016

ILEUS OBSTRUKTIF



ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Y DENGAN ILEUS OBSTRUKTIF DI RUANG NUSA INDAH RSUD MAJALENGKA”
MATA KULIAH PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA 1

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

FARIS SAY PRATAMA
HUDROMI HIDAYAT
IRMA ASTUTI
NOERFAIZAH
NOVIANA MEILANI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG – BANTEN
2015
KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengn Ileus Obstruktif di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan Praktik Keperawatan Dewasa 1 STIKes Faletehan Serang.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT.




Cilegon, 17 Desember 2015

     Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II TINJUAN TEORITIS
A.    Pengertian.................................................................................................. 3
B.     Etiologi...................................................................................................... 3
C.     Tanda dan gejala....................................................................................... 3
D.    Patofisiologi.............................................................................................. 5
E.     Pemeriksaan penunjang............................................................................. 7
F.      komplikasi................................................................................................. 8
G.    Penatalaksanaan........................................................................................ 8
BAB III TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian................................................................................................. 10
B.     Diagnosa Keperawatan............................................................................. 18
C.     Rencana Tindakan Keperawatan............................................................... 19
D.    Implementasi............................................................................................. 22
E.     Evaluasi..................................................................................................... 24
BAB IV PENUTUP
F.      Kesimpulan................................................................................................ 26
G.    Saran.......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan energinya dengan cara mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian diuraikan dalam sistem pencernaan menjadi sumber energi, sebagai komponen penyusun sel dan jaringan tubuh, dan nutrisi yang membantu fungsi fisiologis tubuh. Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Luasnya daerah permukaan saluran cerna dan fungsi digestifnya menunjukan betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungannya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus gastrointestinal. (Dona L.Wong, 2008 )
Obstruksi intestinal merupakan salah satu bentuk kelainan pada traktus digestivus dan menjadi kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 orang menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Sedangkan di Indonesia berdasarkan data Depkes RI tahun 2004 tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada Ny.Y dengan ileus obstrukstif yang dirawat di RuangNusa Indah RSUD Majalengk.



B.      Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai asuhan keperawatan padapasien dengan ileus obstrutif di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
2.      Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata tentang :
a.       Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
b.      Penyusunan diagnosa keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah RSUD Majalengka.
c.       Penyusunan rencana tindakan keperawatan pada Nn.Y dengan ileusobstruktif di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
d.      Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah RSUD Majalengka.
e.       Pelaksanaan evaluasi keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah RSUD Majalengka.









BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional. (Tucker, 1998).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.
B.     Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu:
1.      Mekanis
Yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, diantaranya :
·         Intususepsi
·         Tumor dan neoplasma
·         Stenosisd.
·         Striktur
·         Perlekatan (adhesi)
·         Hernia
·         Abses
2.      Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. (Brunner and Suddarth, 2002)
C.    Tanda dan Gejala
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002) :
1.      Nyeri abdomen
2.      Muntah
3.      Distensi
4.      Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
Gejala ileus obstruktif bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2002) :
1.      Lokasi obstruksi
2.      Lamanya obstruksi
3.      Penyebabnya
4.      Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa. (Winslet, 2002)















D.    Patofisiologi
Perlengketan, intususepsi, volvulus, hernia dan tumor
           
Refluk inhibisi spingter terganggu                  Akumulasi gas dan cairan dalam lumen                                      Klien rawat inap
                                                                             bagian proksimal letak obstruksi
spingter ani eksterna tidak relaksasi                                    Distensi abdomen                                                 Reaksi hospitalisasi
Refluks lama dalam kolon dan rectum                        Tekanan intra lumen meningkat                                           CEMAS
                 Konstipasi                                                       Iskemia dinding usus
                                                                                    Metabolisme anaerob glukosa
Kontraksi anuler pylorus                                  Merangsang pengeluaran mediator kimia (histamine,bradikinin, prostaglandin)
Ekspalasi isi lambung ke esofagus                            Merangsang reseptor nyeri                              Proliferasi bakteri yang berlangsung cepat
Gerakan isi lambung inpark ke mulut                                         NYERI                                       Pelepasan bakteri dan toksin dari usus
      Mual/muntah                                  Merangsang syaraf otonom aktifasi norepineprin       bakteri melepaskan endotoksin dan merangsang
    Intake kurang                                                                                                                         tubuh melepaskan zat Ptrogen oleh leukosit
Hipotalamus                             Syaraf simpatis terangsang mengaktifkan RAS                Impuls disampaikan ke bagian termogulator melauli
NUTRISI KURANG                           mengaktifkan kerja organ tubuh                                          melalui ductus toracicus
DARI KEBUTUHAN                                         REM menurun                                                                 HIPERTERMI
Kehilangan H2O dan elektrolit                              Klien terjaga
Volume ECFmenurun                                GANGGUAN POLA TIDUR                             kontraksi otot-otot abdomen ke diafragma
RESIKO KURANG VOLUME                                                                                              Relaksasi otot-otot diafragma terganggu
             CAIRAN                                                                                                                                      Ekspansi paru menurun
                                                                                                                                                                POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF





E.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan radiologi
a.       Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
b.      Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
c.       CT – Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT– Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
d.      USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.
e.       MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.
f.       Angiografi
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.
2.      Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic. (Brunner and Suddarth,2002)
F.     Komplikasi
1.      Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.      Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra abdomen.
3.      Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4.      Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.(Brunner and Suddarth, 2001)
G.    Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dancairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1.      Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda -tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena,diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah danmengurangi distensi abdomen.
2.      Farmakologis
Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
3.      Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedahyang dilakukan pada obstruksi ileus :
a.       Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
b.      Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c.       Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,misalnya pada Ca stadium lanjut.
d.      Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujungusus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karenapenyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Casigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis. (Sabara, 2007).


BAB III
TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian
Waktu : 28/12/2012
Tempat : Ruang Nusa Indah
1.      Identitas pasien
Nama                                                               : Nn. Y
Umur                                                               : 15 Tahun
Jenis Kelamin                                                  : Perempuan
Suku/Bangsa                                                   : Sunda/Indonesia
Agama                                                             : Islam
Pekerjaan                                                         : Pelajar
Pendidikan                                                      : SMP
Alamat                                                                        :Desa Silihwangi Kab. Majalengka
Tanggal Masuk Rumah Sakit                          : 26/12/2012
Cara Masuk Rumah Sakit                               : Masuk melalui UGD
Diagnosa Medis                                              : Illeus Obstruktif Partial
Alasan dirawat                                                : Perut nyeri, kembung, muntah , tidak bisa buang air besar dan flatus
Upaya yang telah dilakukan                           : Langsung di bawa ke UGD RumahSakit Umum Daerah Majalengka
Terapi/Operasi yang pernah dilakukan            :
·         IVFD RL 15 tetes/menit
·         Cefatoxim 2 x 1 gr, per IV
·         Ranitidin 2 x 1 ampul, per IV
·         Metronidazol 3 x 500 mg, per IV
·         Ketorolac 2 x 1 ampul, per IV
·         Dulcolak supp 0-0-1, per rectal
2.      Riwayat keperawatan (nursing history)
a.       Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Nn. Y dirawat di RSUD Majalengka sejak 2 hari yang lalu, klien langsung dibawa ke UGD RSUD Majalengka dengan keluhan mendadak nyeri perut, tidak bisa buang air besar dan flatus. Pada saat dikaji klien masih mengalami nyeri perut, nyeri berat dengan skala 7 (1-10), nyeri melilit dari perut sekitar pusar (supra umbilikus) menyebar ke bagian atas, disertai dengan muntah 2 kali, tidak bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri timbul setiap 3-5 menit, nyeribertambah jika tidur terlentang atau dalam posisi miring, dan nyeri berkurangdalam posisi setengah duduk (semi fowler).
c.       Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat operasi dan sakit pada saluran pencernaan sebelumnya.
d.      Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek dari ibu menderita penyakit hipertensi, tidak ada anggota yang menderita penyakit keturunan (herediter) lainya, dan tidak ada anggota keluarg ayang mempunyai penyakit/kelainan bawaan lahir (congenital).
3.      Observasi dan pemeriksaan fisik
a.       Keadaan Umum
Penampilan            : Klien tampak meringis kesakitan
Kesadaran             : Composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
b.      Tanda-tanda Vital
Suhu                      : 36,7oC
Nadi                      : 84 x/menit
Tekanan Darah      : 100/70 mmHg
Respirasi                : 24 x/menit
c.       Pemeriksaan Fisik
1)      Sistem Pengindraan
a)      Penglihatan
Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea (+), ptosis (-), distribusi kedua alismerata, tajam penglihatan normal (klien dapat membaca huruf padakoran pada jarak baca sekitar 30 cm), strabismus (-), lapang pandang pada kedua mata masih dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata.
b)      Penciuman
Fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat membedakan bau kopi dan kayu putih.
c)      Pendengaran
Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen, fungsi pendengaran pada kedua telinga baik ditandai dengan klien dapat menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus diulang, tidak ada nyeri tragus, tidak ada nyeri tekan pada kedua tulang mastoid, tidak ada massa pada kedua telinga.
d)     Pengecapan/Perasa
Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis,asam, asin dan pahit.
e)      Peraba
Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya dipegang, kliendapat merasakan sensasi nyeri ketika dicubit.
2)      Sistem Pernafasan
Mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris, tidak ada lesipada hidung, polip (-), keadaan hidung bersih, sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada area sinus, tidak ada lesi pada daerah leher dan dada, tidak ada massa pada daerah leher, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan pada daerah leher dan dada, pergerakan dada simetris, tidak tampak pernapasan cuping hidung dan retraksi interkosta, tidak ada kesulitan saat bernafas atau berbicara. Pola nafas reguler dengan bunyi nafas vesikuler.
3)      Sistem Pencernaan
Keadaan bibir simetris, mukosa bibir lembab, stomatitis (-), tidak ada gigi yang tanggal maupun berlubang, lidah berwarna merah muda, terpasang NGT, cairan NGT hijau ± 400 cc, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada parut, nyeri tekan (+) pada area supra umbilikus, bising usus3 x/menit, perut kembung (distensi), tidak bisa BAB dan flatus, muntah 2 kali.
https://html2-f.scribdassets.com/8aek2jgwsg24khxp/images/31-70d05ef49a.jpg
 






Gambar distensi abdomen pada ileus obstruktif
4)      Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan vena jugularis, Capillary Refill Time (CRT) kembali kurang dari 2 detik, bunyi perkusi dullness pada daerah ICS 2 lineasternal dekstra dan sinistra, terdengar jelas bunyi jantung S1 pada ICS4 lineasternal sinistra dan bunyi jantung S2 pada ICS 6 midklavikula sinistra tanpa ada bunyi tambahan, irama jantung reguler.
5)      Sistem Urinaria
Tidak ada keluhan nyeri atau sulit BAK, tidak terdapat distensi pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada daerah supra pubis, terpasang cateter.
6)      Sistem Endokrin
Pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tremor (-), tidak ada kretinisme, tidak ada gigantisme.
7)      Sistem Muskuloskeletal
a)      Ekstremitas Atas
Kedua tangan dapat digerakkan, reflek bisep dan trisep positif pada kedua tangan. ROM (range of motion) pada kedua tanganmaksimal, tidak ada atrofi otot kedua tangan, terpasang infuse padatangan kiri.
b)      Ekstremitas Bawah
Kedua kaki dapat digerakkan, tidak ada lesi, reflek patella positif,reflek babinski negative, tidak ada varises, tidak ada edema.
8)      Sistem Reproduksi
Pertumbuhan payudara (+), tidak ada lesi, tidak ada benjolan pada payudara. Klien mengalami haid pertama pada usia 12 tahun (kelas 6SD), siklus haid 28 hari, kadang-kadang nyeri haid (dismenorhoe).
9)      Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, keadaan kulit kepala bersih, rambut ikaltumbuh merata, turgor kulit baik, tidak ada lesi, kuku pendek dan bersih.
d.      Pola aktivitas sehari-hari
NO
KEBUTUHAN
SEBELUM SAKIT
SETELAH SAKIT
1.
NUTRISI
a.       BB/TB
b.      Diet
c.       Frekuensi
d.      Porsi makan
e.       Makanan yang menimbulkan alergi
f.       Makanan yang disukai

43 kg/158 cm
Nasi, lauk pauk,sayur
3 kali/hari
1 piring
tidak ada

Mie instan & baso

43 kg/158 cm
Puasa
-
-
-

-
2.
CAIRAN
a.       Intake
·         Oral
Jenis
Jumlah
b.      Intra vena
Jenis
jumlah
c.       Out put
·         Urine
·         Keringat, dll
·         Cairan NGT



Air putih
±1500-2000cc/hari

-
-

± 1200 cc/hari
± 800 cc/hari
-



Puasa
-

Asering
2000 cc/hari

± 900 cc/hari
-
± 400cc/hari

4.      Diagnostic test
a.       Laboratorium
Tanggal
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Analisa
27/12/2012
HB
Leukosit
LED
SGOT
SGPT
Natrium
Kalium
12,4
7800
40
20
18
137
4,2
12-18
4000-10.000
0-20
s/d 29
s/d 29
135-145
3,5-5,5
Normal
Normal
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Normal

b.      Radiologi
Foto Polos Abdomen Tanggal 27/12/2012
https://html1-f.scribdassets.com/8aek2jgwsg24khxp/images/37-dc4839687f.jpg
Kesan : Terdapat distribusi gas pada lambung, usus halus, colon sigmoid danrectum
c.       Terapi
No
Nama Obat
Dosis
Jam
Catra Pemberian
Sediaan
1.
IVFD: Asering
30 tts/menit
12-24
Intravena
Flabot
2.
Cefotksin
2x1 gr
12-24
Intravena
Flakon
3.
Ranitidin
2x1
12-24
Intravena
Ampul
4.
Ketorolac
2x1
12-24
Intravena
Ampul
5.
Alinamin
2x1
12-24
Intravena
Ampul
6.
Metronidazol
3x500 mg
12-20-04
Intravena
Botol
7.
Dulcolac sup
2x1
12-24
Per rectal
Tablet supp

5.      Analisa data
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS :
·         Klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen
DO :
·         Klien tampak kesakitan
·         Ekspresi wajah meringis
·         Skala nyeri 7 (1-10)
·         Distensi abdomen
·         Peristaltik usus 3 kali/menit
Obstruksi usus

Peristaltik usus menurun

Akumulasi cairan dan gas

Distensi abdomen

Rangsangan nyeri ditangkap oleh reseptor nyeri

Rangsangan nyeri sampai keserabut syaraf nyeri

Sampai ke dorsal horn prostaglandin

Melalui traktus spinotalamikus anterolateralis

Thalamus

Cortex cerebri

Nyeri abdomen dipersepsikan
Nyeri Akut
DO :
·         Klien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa BAB dan flatus
DO :
·         Distensi abdomen
·         Peristaltik usus 3 kali/menit
Obstruksi usus

Peristaltik usus menurun

Refluk inhibisi spingter terganggu
 

Spingter ani ekterna tidak relaksasi
 

Refluk lama dalam colon dan rectum
 

Konstipasi
Gangguan pola eliminasi Konstipasi
 
DO :
·         Klien mengeluh badan lemas dan muntah 2 kali
DO :
·         Klien tampak lemah
·         Distensi abdomen
·         Cairan NGT hijau jumlah ± 400 cc
Obstruksi usus

Peristaltik usus menurun

Peningkatan ekskresi cairan kedalam lumen usus

Penimbunan cairan intralumen

Kehilangan H2O dan elektrolit

Volume ECF menurun
 

Resiko hipovolemik
Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
DS :
·         Klien mengeluh badan lemas, kilen puasa
DO :
·         Klien tampak lemah
·         Bising usus 3x/menit
·         Distensi abdomen
Obstruksi usus

Peristaltik usus menurun

Akumulasi cairan dan gas

Distensi abdomen

Gangguan absorbsi nutrisi

Resiko perubahan nutisi kurang dari kebutuhan
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

B.     Diagnosa Keperawatan
Pre porasi
1.      Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi abdomen
2.      Ganguan pola eliminasi : Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus
3.      Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan akumulasi cairan dalam lumen usus dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
4.      Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absobsi nutrisi
Post oprasi
1.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan post op
2.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efeksamping terkait terapi
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik







C.    Rencana Tindakan Keperawatan
Pre oprasi
DIAGNOSA
TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi abdomen, yang ditandai dengan :
DS :
·         Klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen
DO :
·         Klien tampak kesakitan
·         Ekspresi wajah meringis
·         Skala nyeri 7 (1-10)
·         Distensi abdomen
Peristaltik usus 3 kali/menit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :
·         Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri hilang.
·         Skala nyeri 0 (1-10)
·         Klien dapat rileks.
·         Klien mampu mendemonstrasikan keterampilan relaksasi
·         TTV dalam batas normal
1.      Observasi TTV tiap shif
2.      Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakanpesien sehubungan denganadanya distensi abdomen
3.      Berikan posisi yang nyaman:posisi semi fowler
4.      Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saatmerasa nyeri
5.      Kolaborasi dengan medic untuk terapi analgetik
1.      Nyeri hebat yang dirasakanpasien akibat adanya distensiabdomen dapat menyebabkanpeningkatan hasil TTV.
2.      Mengetahui kekuatan nyeriyang dirasakan pasien danmenentukan tindakanselanjutnya guna mengatasinyeri.
3.      Posisi yang nyaman dapatmengurangi rasa nyeri yangdirasakan pasien
4.      Relaksasi dapat mengurangirasa nyeri
5.      Analgetik dapat mengurangirasa nyeri
Ganguan pola eliminasi : Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus, yang ditandai dengan :
DO :
·         Klien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa BAB dan flatus
DO :
·         Distensi abdomen
Peristaltik usus 3 kali/menit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam konstipasi klien teratasi, dengan kriteria hasil :
·         Pola BAB dalam batas normal
·         konsistensi lembek
·         BU normal : 6-12 x/menit
·         tidak ada distensi abdomen.
1.      Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces
2.      Auskultasi bising usus
3.      Kaji adanya flatus
4.      Kaji adanya distensi abdomen
5.      Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam BAB
6.      Kolaborasi dalam pemberianterapi pencahar (Laxatif)
1.      Mengetahui ada atau tidaknyakelainan yang terjadi padaeliminasi fekal.
2.      Mengetahui normal atautidaknya pergerakan usus.
3.      Adanya flatus menunjukanperbaikan fungsi usus.
4.      Gangguan motilitas usus dapat menyebabkan akumulasi gas didalam lumen usus sehingga terjadi distensi abdomen.
5.      Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga serta untuk meningkatkan kerjasama antara perawat-pasien dan keluarga
6.      Membantu dalam pemenuhan kebutuhan eliminas
Resiko kekurangan volume cairandan elektrolit berhubungan dengan akumulasi cairan dalam lumen usus dan ketidakefektifan penyerapan usus halus, yang ditandai dengan :
DO :
·         Klien mengeluh badan lemas dan muntah 2 kali
DO :
·         Klien tampak lemah
·         Distensi abdomen
Cairan NGT hijau jumlah ± 400 cc
Setelah dilakukan tindakan perawatan luka selama 2 x24 jam klien tidak mengalami kekurangan volume cairan dan elektrolit, dengan kriteria hasil :
·         TTV dalam batas normal
·         Intake dan output cairan seimbang
·         Turgor kulit elastic
·         Mukosa lembab
·         Elektrolit dalam batas normal
(Na:135-147mmol/L, K: 3,5-5,5mmol/L, Cl: 94-111mmol/L)
1.      Kaji kebutuhan cairan pasien
2.      Observasi tanda-tanda vital
3.      Observasi tingkat kesadaran dantanda-tanda syok
4.      Observasi bising usus pasien tiap 1-2 jam
5.      Monitor intake dan outputsecara ketat
6.      Pantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematocrit
7.      Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan: pemasanganNGT dan puasa
8.      Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena
1.      Mengetahui kebutuhan cairanpasien.
2.      Perubahan yang drastis padatanda-tanda vital merupakanindikasi kekurangan cairan.
3.      kekurangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi tingkatkesadaran dan mengakibatkan syok.
4.      Menilai fungsi usus1
5.      Menilai keseimbangan cairan
6.      Menilai keseimbangan cairandan elektrolit
7.      Meningkatkan pengetahuanpasien dan keluarga sertakerjasama antara perawat-pasien-keluarga.
8.      Memenuhi kebutuhan cairandan elektrolit pasien
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan gangguan absorbsi nutrisi yang ditandai dengan :
DS :
·         Klien mengeluh badan lemas, kilen puasa
DO :
·         Klien tampak lemah
·         Bising usus 3x/menit
Distensi abdomen
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam klien tidak mengalami perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dengan kriteria :
·         Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
·         Berat badan stabil
·         Bising usus 6-12kali/menit
1.      Lakukan pengkajian nutrisidengan seksama
2.      Auskultasi bising usus.
3.      Mulai dengan nutrisi cairanperlahan, bila masukan oraldimulai
4.      Berikan makanan enteral atau parenteral jika diindikasikan
1.      Mengidentifikasi kebutuhan
2.      Kembalinya fungsi usus menunjukan kesiapan untuk mencerna kembali.
3.      Menurunkan insiden kram abdomen dan mual.
4.      Untuk mengantisipasi kebutuhan tubuh dalam metabolisme

Post oprasi
DIAGNOSA
TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses insisi post opasi
DS : pasien terlihat meringis kesakitan
DO : kerusakan lapisan kulit

Setelah di lakukan tindakan keperawatan :
·         tissue integrity : skin and mucous membranes
·         hemodialis akses
dalam waktu 2X 24 jam di harapkan pasien menunjukan proses penyembuhan luka yang baik dengan kriteria hasil :
·         integritas kulit yang baik dapat di pertahankan
·         perfusi jaringan perifer baik
·         mampu mempertahankan kelembaban kulit dan melindungi kulit

1.      Batasi natrium seperti yang diresepkan.
2.   Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
3.   Balik dan ubah posisi pasien dengan sering.
4.   Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
5.   Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus.
6.   Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya
1.      Meminimalkan pembentukan edema.
2.      Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.
3.      Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
4.      Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
5.      Meningkatkan mobilisasi edema.
6.      Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efeksamping terkait terapi

Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama ..x 24 jam diharpkan pola eliminasi urine membaik dengan kriteria hasil :
a.       ecara subjektif melaporkan pola miksi membaik.
b.      Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan perubahan
c.       pola miksi.
d.      Ekspresi klien relaks
a.       Awasi intake dan output, serta karetiristik urine
b.      Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yg terjadi.
c.       Dorong peningkatan asupan cairan
d.      Gunakan kateter dengan bahan silikon Kateter dengan bahan silikon memiliki
e.       Kolabrasi untuk pemberian : Antibiotik

a.       Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
b.      Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan brkrmih segera
c.       Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah dan debris.
d.      Gunakan kateter dengan bahan silikon Kateter dengan bahan silikon memiliki kemungkinan 10 kaki lebih rendah untuk terjadi uretritis dari pada penggunaan kateter lateks karena daya traumatiknya lebih ringan pada uretra
e.       Antibiotik yg rasional sesuai dengan jenis uji sensitivitas dapat menurunkan morbididitas dan untuk mengurangi penularan penyakit kepada orang lain
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Selama 1x24 jam klien toleran terhadap aktivitas, dengan kriteria hasil:
1.       Menunjukkan teknik atau perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas. 
2.       Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan klien.
3.      Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup.
4.       Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan.

1.      Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
2.      Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
3.      Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat
Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap
1.      Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
2.      Memberikan nutrien tambahan.
3.      Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.
Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Nn.y dengan gangguansistem Pencernaan : Ileus Obstruktif Partial di Ruang Nusa Indah Rumah Sakit UmumDaerah Majalengka pada tanggal 28 – 30 Desember 2012, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Pada pengkajian tidak menemukan perbedaan yang mencolok antara yang tertulis pada teori dengan kasus di rumah sakit
2.      Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan hasil analisa terhadap data senjang hasil pengkajian pada pasien. Prioritas diagnosa keperawatan disusun dari masalah actual ke masalah potensial. Tidak semua diagnosa keperawatan yang ada pada teori dapat ditemukan pada kasus di rumah sakit.
3.      Intervensi disusun berdasarkan pada prioritas masalalah keperawatan yang telah disusun dansesuai dengan intervensi yang ada pada konsep teorinya.
4.      Implementasi yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
5.      Pada evaluasi hanya masalah ganguan pola eliminasi konstipasi yang dapat teratasi, Sedangkan masalah lainya yang belum teratasi, dikonfirmasikan kembali pada perawat di ruangan.
B.     Saran
Bagi RSUD Majalengka diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan ileus obstruksi khususnya untuk ruang Nusa Indah RSUD Majalengka




DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih Bahasa AgungWaluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta: EGC; 2002.6
Price &Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1. Jakarta: EGC; 2007
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC; 2005.11.
Doengoes, Marylin E & Moorhouse. Rencana Askep : Pedoman untuk Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2000.


0 komentar:

Post a Comment