Tuesday, April 12, 2016

isk

BAB I
PENDAHULUAN

A.    DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : resiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

B.     ETIOLOGI
1.      Bakteri :
a.       Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b.      Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c.       Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2.      Jamur dan virus
3.      Prostat hipertropi (urine sisa)/BPH

C.     PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1.      Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2.      Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.






PATHWAY
Mikroorganisme patogenik : E. Coli

Berkoloni di vulva/penis

Masuk ke vesika urinaria melalui uretra

Infeksi



ISK

penimbunan cairan bertekanan                Inflamasi pada uretra
dalam pelvis dan ureter/ hidronetrosis
Nyeri
Obstruksi aliran urin
(urolitiasas, hipertrofi prostate, jaringan parut ginjal)

Perubahan Pola Eliminasi












D.    TANDA DAN GEJALA
Gejala – gejala dari infeksi saluran kemihsecara umum sering meliputi:
1)      Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
2)     Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3)     Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4)     Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5)     Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
6)     Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7)     Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8)     Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9)     Demam
10) Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan, hilangnya kekuatan, demam
11) Sering berkemih pada malam hari
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal. Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
1)      Desakan yang kuat untuk berkemih
2)      Rasa terbakar pada saat berkemih
3)      Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
4)      Adanya darah pada urin (hematuria)


Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1.      Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2.      Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3.      Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

E.     MANIFESTASI KLINIS
1.      Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
a.       Mukosa memerah dan oedema
b.      Terdapat cairan eksudat yang purulent
c.       Ada ulserasi pada urethra
d.      Adanya rasa gatal yang menggelitik
e.       Good morning sign
f.       Adanya nanah awal miksi
g.      Nyeri pada saat miksi
h.      Kesulitan untuk memulai miksi
i.        Nyeri pada abdomen bagian bawah.

2.      Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
a.       Disuria (nyeri waktu berkemih)
b.      Peningkatan frekuensi berkemih
c.       Perasaan ingin berkemih
d.      Adanya sel-sel darah putih dalam urin
e.       Nyeri punggung bawah atau suprapubic
f.       Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

3.      Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
a.       Demam
b.      Menggigil
c.       Nyeri pinggang
d.      Disuria

F.      KOMPLIKASI
1.    Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2.    Gagal ginjal

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.  Urinalisis
a.          Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
b.          Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
2.  Bakteriologis
a.          Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102-103 koliform/mL urin plus piuria.
b.          Biakan bakteri
3.  Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
4.  Hitung koloni: Hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.  Metode tes
a.         Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

b.                     Tes Penyakit simplek
Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

H.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a.    Terapi antibiotika dosis tunggal
b.    Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c.    Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d.   Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN


A.    PENGKAJIAN
1.      Keluhan Utama
Pada penyakit ISK pasien mengeluh sakit saat berkemih (disuria).
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sakit pada daerah di atas pubis disertai demam. Rasa sakit timbul saat berkemih. Rasa sakitnya seperti terbakar dan perih. Pada ISK tipe Pyelonephritis akut, nyeri menyebar ke bagian punggung atas dan panggul. Sering timbul ingin berkemih pada malam hari dan biasanya urin yang keluar sangat sedikit. Skala nyeri 5 (sedang), nyeri dirasakan pada malam hari selama 2 menit.
3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit ISK ( Infeksi Saluran Kemih). Pada kasus ISK dapat dikaji dari pola personal hygiene serta pekerjaan pasien seperti bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).
4.      Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yanng memiliki riwayat hipertensi, kaji kebersihan kamar mandi/toilet dirumah seperti air dan lantai kamar mandi.









Pola Aktivitas Sehari-Hari
Pola Aktivitas
Sebelum Sakit
Sesudah Sakit
Pola Nutrisi
Normal
Klien mengalami
penurunan nafsu makan
karena mual, muntah saat
makan sehingga makan
hanya sedikit bahkan
tidak makan sama sekali.
Pola Eliminasi
-          BAK Normal
-          BAB Normal
-          Eliminasi alvi klien tidak dapat
mengalami konstipasi
oleh karena tirah
baring lama.
-          Sedangkan eliminasi
urine mengalami
gangguan karena ada
organisme yang
masuk sehingga urine
tidak lancar.
-          Adanya sel darah merah pada urin
-          Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin





Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan Umum                : Klien tampak lemah
2.      Kesadaran                                     : Normal GCS 4-5-6
3.      Tanda-Tanda Vital
a.       Tekanan Darah            : 119/60 mmHg
b.      Nadi                            : 100 x/menit
c.       Respirasi                      : 20 x/menit
d.      Suhu                            : 38,2 °C

4.      Sistem Integumen : Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
5.      Sistem Gastrantestinal : Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
6.      Sistem Muskuloskeletal : Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
7.      Sistem Abdomen : Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.
8.      Sistem Kardiovaskuler : Terjadi penurunan tekanan darah





Analisa Data

NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS :
-          Klien mengeluh
demam
DO :
-          Klien tampak
lemah
-          TD : 119/60 mmHg
-          Suhu : 38,2 °C
Mikroorganisme patogenik : E. Coli

Berkoloni di vulva/penis

Masuk ke vesika urinaria melalui uretra

Infeksi
Infeksi
2
DS :
-          Sering timbul ingin 
berkemih pada
malam hari dan
biasanya urin yang
keluar sangat
sedikit
-          Nyeri dirasakan
pada malam hari
selama 2 menit.
-          Adanya sel darah merah pada urin
-          Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
DO :
-          Skala nyeri 5
(sedang)
-          TD : 119/60 mmHg
-          Suhu : 38,2 °C
-          Klien tampak
Lemah
Mikroorganisme patogenik : E. Coli

Berkoloni di vulva/penis

Masuk ke vesika urinaria melalui uretra

ISK

penimbunan cairan bertekanan                dalam pelvis dan ureter/ hidronetrosis
Obstruksi aliran urin (urolitiasas, hipertrofi prostate, jaringan parut ginjal)
Perubahan Pola Eliminasi

Perubahan pola eliminasi urine
3
DS :
-          Pasien mengeluh
sakit saat berkemih
-          Rasa sakitnya
seperti terbakar dan perih
-          Nyeri dirasakan
pada malam hari
selama 2 menit.
DO :
-          Skala nyeri 5
(sedang)
-          TD : 119/60 mmHg
-          Suhu : 38,2 °C
-          Klien tampak
lemah
Mikroorganisme patogenik : E. Coli

Berkoloni di vulva/penis

Masuk ke vesika urinaria melalui uretra

ISK
Inflamasi pada uretra

Nyeri
Nyeri


B.     DIAGNOSA
1.      Infeksi yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
2.      Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
3.      Nyeri yang berhubungan dengan ISK.








C.     RENCANA KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
NOC
NIC
RASIONAL
1
Infeksi yang
berhubungan
dengan adanya
bakteri pada
saluran kemih.

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam  pasien
memperlihatkan tidak
adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
a.       Tanda-tanda vital
dalam batas normal
b.      Nilai kultur urine
negative
c.       Urine berwarna bening
dan tidak bau

a)      Kaji  suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas 38,50°C
b)     Catat karakteristik urine
c)      Anjurkan pasien untuk
minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
d)     Monitor pemeriksaan ulang
urine kultuur dan sensivitas
untuk menentukan respon
terapi.
e)      Anjurkan pasien untuk
mengosongkan kandung
kemih secara komlit setiap
kali kemih.
f)      Berikan perawatan perineal,
pertahankan agar tetap  bersih
dan kering
-          Tanda vital menandakan
adanya perubahan di dalam
tubuh
-          Untuk mengetahui /
mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
-          Untuk mencegah stasis urine
-          Mengetahui seberapa jauh
efek pengobatan terhadap
keadaan penderita.
-          Untuk mencegah adanya
distensi kandung kemih.
-          Untuk menjaga kebersihan
dan menghindari bakteri yang
membuat infeksi uretra

2
Perubahan pola
eliminasi urine
(disuria, dorongan,
frekuensi, dan
atau nokturia )
yang berhubungan
dengan ISK.

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam klien dapat
mempertahankan pola
eliminasi secara adekuat.
Kriteria hasil :
-          Klien dapat berkemih
setiap 3 jam
-          Klien tidak kesulitan
pada saat berkemih
-          Klien dapat BAK dan
Berkemih
a)      Ukur dan catat urine setiap
kali berkemih
b)     Anjurkan untuk berkemih
setiap 2-3  jam
c)      Palpasi kandung kemih tiap 4
jam
d)     Bantu klien ke kamar kecil ,
memakai pispot / urinal.
e)      Bantu klien mendapatkan
poosisi berkemih yang
nyaman.
-          Untuk mengetahui adanya
perubahan warna dan untuk
mengetahui input / output
-          Untuk  mencegah terjadinya
penumpukan urine dalam
kandung kemih.
-          Untuk memudahkan klian
dalam berkemih.
-          Untuk  memudahkan klien
untuk berkemih.
-          Supaya klien tidak sukar
untuk berkemih.
3
Nyeri yang
berhubungan dengan ISK.

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam pasien merasa nyaman
dan nyerinya  berkurang.
Kriteria Hasil :
-          Pasien mengatakan /
tidak ada keluhan pada
saat berkemih
-          Kandung kemih tidak
tegang
-          Passien tampak tenang
-          Ekspresi wajah tenang
a.       Kaji inensitas, lokasi dan
faktor yang memberatkan atau
meringankan nyeri.
b.      Berikan waktu istirahat yang
cukup  dan tingkat aktivitas
yang dapat di toleran.
c.       Anjurkan minum banyak 2-3 
liter jika tidak ada kontra
indikasi.
d.      Berikan  obat analgetik sesuai 
dengan program terapi.

-          Rasa sakit yang hebat
menandakan adanya infeksi.
-          Klien dapat istirahat  dengan 
tenang dan dapat merilekskan otot-otot.
-          Untuk membantu klien dalam berkemih.
-          Analgetik memblok lintasan
nyeri.

















D.    Implementasi /  Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat  respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan ( Doenges E  Marilyn, dkk. 2000 ).

E.     Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a.       Nyeri  yang menetap atau bertambah
b.      Perubahan warna urine
c.       Pola  berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing menetes setelah berkemih.













BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi pada saluran kemih infeksi saluran kemih yang paling umum terjadi adalah sititis.
Sisitis adalah peradangan pada kandung kemih ini bisa menjadi masalah serius jika infeksi tersebut menyebar pada ginjal
B.     SARAN
Jagalah keberhihan mulai dari saat ini sebelum melakukan aktivitas.penyakit mudah dan cepat berkembang
















DAFTAR PUSTAKA

Dengoes Marilyn E, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC, Jakarta
Tessy Agus, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, FKUI. Jakarta
Mansgoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 FKUI. Jakarta
Nvn
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.


0 komentar:

Post a Comment