Tuesday, April 12, 2016

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)



 
KONSEP DASAR BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)  DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)  
Mata Kuliah : Praktik Keperawatan Dasar

KELOMPOK 1
Arif Rianto
Asropul Anam
Enny Noviani
Ikhwanul Muslimin
Kurniadi Abdilah
Samran
Winda Firdaus

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SEARANG - BANTEN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga kepada kita semua serta dengan izinnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar  Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dan Asuhan Keperawatan pada Klien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)”
Tidak mengurangi rasa hormat, terima kasih kepada :
1.      Bapak H.Maman Sutisna, SKM.,M.Kes, selaku ketua STIKes Faletehan Serang.
2.      Bapak Deni Suwardiman, S.Kep,.M.Kep, selaku ketua program studi ilmu keperawatan STIKes Faletehan Serang.
3.      Ibu Eka Ernawati S.Kep., Ners selaku dosen Praktik Keperawatan Dasar yang telah menugaskan makalah ini sehingga kami dapat belajar dan menyusun makalah ini.
4.      Kedua orang tua yang telah memberikan segenap dukungan moril maupun materil.
5.      Pihak-pihak yang telah membantu serta mendoakan yang terbaik bagi penulis.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk proses pembelajaran kedepannya. 

               Serang, Oktober 2015
                                                                                                        Penulis



DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftarisi..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah....................................................................................................
C.     Tujuan......................................................................................................................
D.    Manfaat...................................................................................................................
BAB II TEORI
A.    Pengertian................................................................................................................
B.     Etiologi....................................................................................................................
C.     Patofisiologi.............................................................................................................
D.    Manifestasi Klinis....................................................................................................
E.     penatalaksanaan.......................................................................................................
F.      Komplikasi...............................................................................................................
BAB III KASUS
A.    Kata – kata yang tidak di mengerti.........................................................................
B.     Mekanisme produksi urin........................................................................................
C.     Asuhan Keperawatan..............................................................................................
D.    Pendidikan Kesehatan.............................................................................................
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan..............................................................................................................
B.     Saran........................................................................................................................
Daftar pustaka




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau tumor prostat jinak, menjadi masalah bagi kebanyakan kaum pria yang berusia diatas 50 tahun BPH pada pria muncul tanpa ada gejala awal terlebih dahulu, sehingga seringkali pasien tidak menyadari bahwa mereka menderita BPH prevalensi BPH pada pria yang berumur lebih dari 50 tahun adalah sekitar 50% sedangkan pada umur 80-85 tahun, kemungkinannya akan meningkat menjadi 90% (Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D, 1997)

BPH adalah obstruksi uretra pars prostatika yang disebabkan oleh hyperplasia beberapa atau semua komponen prostat yang meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskuler. Serin mengenai lobus lateralis dan lobus medialis karena pada lobus tersebut terdapat banyak jaringan kelenjar. Jarang mengenai bagian posterior (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat. Lobus anterior kurang mengalami hyperplasia karena sedikit mengandung jaringan kelenjar.

Hormon esterogen dan testosterone yang tidak  seimbang pada pria berusia lanjut menyebutkan terjadinya sekresi estradiol yang berlebihan, peningkatan estradiol berasosiasi dengan peningkatan senyawa aromatase pada prostatic stromal cells. Senyawa yang berperan penting adalah dalam peningkatan aromatase adalah prostaglandine. Peningkatan aromatase akan menyebabkan peningkatan hormone estrogen yang akan berperan pada pertumbuhan BPH.




B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana konsep dasar Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) ?
2.      Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)?

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui konsep dari Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
2.      Untuk memenuhi asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) ?
3.      Memenuhi tugas mata kuliah Praktek Keperawatan Dewasa

D.    MANFAAT
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) mulai dari pengertian, patofisiologi, manifestasi klinis hingga penatalaksanaan sesuai dengan asuhan keperawatan











BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN
Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran prostat, kelenjaran prostat membesar memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat urine, dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter (Brunner & Suddart, 2000). Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran dari beberapa kelenjar ini yang mengakibatkan obstruksi urine (Mary Buradero dkk, 2000).
Klasifikasi secara klinis derajat berat, dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu :
1.      Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (colok dubur) ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari 50 ml.
2.      Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
3.      Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urine lebih dari 100 ml.
4.      Derajat 4 : Apabila sudah restensi total.

B.     ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan (counter part). Oleh karena itu dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut syamsum Hidayat dan Wim De Jong tahun 2004 etiologi dari Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah :
1.      Adanya hyperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan testosterone dan estrogen. Dengan meningkatknya usia pada pria terjadi peningkatan hormone estrogen dan penurunan testosterone sedangkan estradiol tetap yang menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.
2.      Ketidak seimbangan endokrin
3.      Factor umu/ usia lanjut biasanya terjadi pada usia 50 tahun
4.      Tidak diketahui secara pasti penyebab BPH tidak diketahui secara pasti (idiopatik), tetapi biasanya disebabkan oleh keadaan testis dan usia lanjutr.

C.     PATOFISIOLOGI
Hiperplasi prostatadalah pertumbuhan nodul-nodul fiibroadenmatosa majemuik dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang julahnya berbeda beda. Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi perubahan di pembesaran prostad, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostad meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Pase penebalan destrusor di sebut pase kompensasi, keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna maka akan terjadi statis urine. Urine yang statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri (baradero dkk, 2007)
Obstruksi urine yang berkembang secara perlahan lahan dapat mengakibatkan aliran urine tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urine yang menetes, kencing terputus putus (intermiten,) dengan adanya obstruksi maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi.) gejala iritasi juga menyertai obstruksi urine. Vesika urinariianya mengalami iritasi dan urine yang tertahan di dalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan interpal di setiap berkemih lebih pendek (nokturia dan prekuensi.) dengan adanya gejala iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang mendesak/urgensi dan nyeri dsaat berkemih/dysuria (purnomo, 2011).
Tekanan vesika yang lebih tinggi dari pada tekanan sfinter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal di percepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita harus mengejan sehingga lala kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urine dapat menyebabkan terbentuknya batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematrunia. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis bila terjadi refluk akan mengakibatkan pielonefritis (sjansuhdrat dan de jong. 2005)

D.    MANIFESTASI KLINIS
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih. Dan tanda, gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih.
1.      Keluhan pada saluran kemih bawah
a.       Gejala obstruksi meliputi : restensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin tidak bisa keluar), pancaran miksi lemah, intemiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)
b.      Gejala iritasi meliputi : frekuensi, nokturia, urgensi, dan dysuria
2.      Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas ataua berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan pinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda infeksi atau europsis
3.      Gejala di saluran kemih
Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia inguinas atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan prostat di dapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidaknyaman pada epigastrik dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang besar.
E.     PENATALAKSANAAN
1.      Observasi
Biasanya di lakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien di anjurkan untuk mengurangi minum setelah makan malam yang di tujukan agar tidak terjadi nokturia, menghindari obat obatan dekongestan (paramsimpatolitik) mengurangi minum kopi dan tidak di perbolehkan minum alcohol agar tidak terlalu sering miksi. Pasien di anjurkan untuk menghindari mengangkat barang yang berat agar perdarahan dapat di cegah. Anjurkan pasien agar sering mengosongkan kandung kemih untuk menghindari distensi kandung kemih dan hipertrofi kandung kemih. Secara periodic pasien di anjurkan untuk melakukan control keluhan, pemeriksaan laboratorium, sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur (purnomo,2011).
            Pemeriksaan derajat obstruksi prostat menurut purnomo (2011) dapat di perkirakan dengan mengukur residual urine dan pancaran urine
a.       Residual urine, yaitu jumlah sisa urine setelah miksi. Sisa urine dapat di ukur dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau di tentukan dengan pemeriksaan USG setelah miksi.
b.      Pancaran urine (flow rate), dapat di hitung dengan cara menghitung jumlah urine di bagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat urofrometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urine
2.      Terapi bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakuk an pembedahan didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensio urin berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan perubahan fisiologi pada prostat. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi : pembedahan terbuka dan pembedahan endourologi.
a.       Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang biasa digunakan adalah :
1.      Prostatektomi suprapubik
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Insisi dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar prostat diangat dari atas.
2.      Prostatektomi perineal
Adalah suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Teknik ini lebih praktis dan sangat berguan untuk biopsy terbuka
3.      Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak tinggi dalam pubis.
b.      Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi transurethral dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik diantaranya:
1.      Transurethral Prostatic Resection (TURP)
Merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar prostat dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TURP ialah gejala-gejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gr.Tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra. Setelah TURP yang memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih secara terus menerus dilaksanakan untuk mencegah pembekuan darah
2.      Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Adalah prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan ini
dilakukan apabila volume prostat tidak terlalu besar atau prostat fibrotic. Indikasi dari penggunan TUIP adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil (30 gram atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan memasukan instrument kedalam uretra
F.      KOMPLIKASI
1.      Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2.      Infeksi saluran kemih
3.      Involusi kontraksi kandung kemih
4.      Refluk kandung kemih
5.      Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
6.       Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7.      Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.




BAB III
KASUS
KASUS II
Tn. J umur 58 tahun klien datang ke poli bedah dengan keluhan tidak bisa BAK, urgensi (+), nocturia (+), urge incontinence (+), dysuria (+). BAK pancaran melemah, hesitancy (+), straining (+),  intermittency(+). Blass (+) penuh, saat directal tussi kelenjar prostat teraba membesar, nyeri tekan (+). TD : 140/80 mmHg, N: 84 x/mnt, R 22x/mnt dan S: 37°C.
Riwayat penyakit lain hipertensi (+)  
Pemeriksaan diagnosik :
PSA (+)
Diagnosa medis : klien mengalami BPH dan perlu segera dilakukan tindakan TURP

A.    KATA-KATA YANG TIDAK DIMENGERTI
1.      Urgensi (+) : perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
2.      Nocturia (+) : terbangun untuk miksi pada malam hari
3.      Urge incontinence (+) :
4.      Dysuria (+) : nyeri pada saat miksi
5.      Hesitancy (+) : kalau mau miksi harus menunggu lama
6.      Straining (+) : harus mengedan ketika miksi
7.      Intermittency (+) : kencing terputus-putus
8.      Blass (+) penuh :
9.      Pemeriksaan PSA
PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit psa yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar psa dalam darah meningkat. Jadi peningkatan kadar psa bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat juga disebabkan oleh BPH.

10.  Transurethral Prostatic Resection (TRUP)
Merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar prostat dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TRUP ialah gejala-gejala sedang sampai berat, prostat kurang dari 90 gr, tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra. Setelah TRUP ynag memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih secara terus menerus dilaksanakan untuk mencegah pembekuan darah. Manfaat pembedahan TRUP antara lain tidak meninggalkan atau bekas sayatan waktu operasi dan waktu tinggal di rumah sakit lebih singkat. Komplikasi TRUP adalah rasa tidak enak pada kandung kemih, spasme kandung kemih yang terus menerus, adanya perdarahan, infeksi, infertilitas (Baradero dkk, 2007)

B.     MEKANISME PRODUKSI URIN
Proses pembentukan urin terdiri atas 3 tahap, yaitu; Filtrasi, Reabsorpsi dan Augmentasi. Urin dibentuk di nefron, yaitu dengan menyaring darah dan kemudian mengambil kembali ke dalam darah bahan-bahan yang bermanfaat. Dengan demikian akan tersisa bahan tak berguna, yang nantinya akan keluar dari nefron dalam bentuk suatu larutan yang disebut urin.
1.      Filtrasi
a.       Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa metabolisme yang dapat menjadi racun bagi tubuh.
b.      Filtrasi terjadi di glomerulus yang ada di badan malpighi.
c.       Hasil dari filtrasi di glomerulus, menuju kapsula bowman dan dihasilkan urin primer.
d.       Urin primer terdiri dari: air, gula, asam amino, garam/ion anorganik, urea.
2.      Reabsorpsi
a.       Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan menghasilkan urin sekunder.
b.      Urin primer yang terkumpul di kapasula Bowman masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal dan terjadi reabsorpsi.
c.       Pada proses ini terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh oleh dinding tubulus, lalu masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus.
d.      Zat-zat yang diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino, dan ion-ion anorganik (Na+, Ka+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HPO43-, SO43-)
e.       Hasil dari reabsorpsi urin primer adalah urin sekunder yang mengandung sisa limbah nitrogen dan urea.
f.       Urin sekunder masuk ke lengkung henle. Pada tahap ini terjadi osmosis air di lengkung henle desenden sehingga volume urin sekunder berkurang dan menjadi pekat. Ketika urin sekunder mencapai lengkung henle asenden, garam Na+ dipompa keluar dari tubulus, sehingga urin menjadi lebih pekat dan volume urin tetap
3.      Augmentasi
a.       Dari lengkung henle asenden, urin sekunder akan masuk ke tubulus distal untuk masuk tahap augmentasi (pengumpulan zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh).
b.      Zat sisa yang dikeluarkan oleh pembuluh kapiler adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran ion H+ ini membantu menjaga pH yang tetap dalam darah.
c.       Selama melewati tubulus distal, urin banyak kehilangan air sehingga konsentrasi urin makin pekat.
d.      Selanjutnya urin memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica urinaria, untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urin diatur oelh otot-otot sfingter. Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml.






















A.    PATHWAY
Perubahan usia (usia lanjut)
perubahan keseimbangan antara hormone testosterone dan estrogen
↓                                                         
Kadar testosterone menurun                          
↓                                                                     
Mempengaruhi RNA dalam inti sel               
                                                                
Poliferasi sel prostat
Hyperplasia kelenjar prostat
                                                               BPH
                                   
penyempitan lumen uretra
menghambat aliran urin                                                    
Text Box: Resiko infeksiObstruksi saluran kemih ke vesika urinaria                      
penumpukan urin divesikaurinari          pertumbuhan mikroorganisme
Text Box: Nyeri akutPeningkatan tekanan intra vesikal
Peningkatan kontraksi otot dari detrusor dari buli-buli         spasme otot sprinter
Hipertropi otot destrusor
Terbentuknya selula, sekula dan vertikel buli-buli
LUTS (Lower urinary tract sindrom/keluhan pada saluran kencing bagian bawah)
Gejala obstruksi                                                    gejala iritatif
Intermiten                                                             urgensi
Hesitansi                                                               nokturia
Pancaran lemah                                                     dysuria
Text Box: Retensi UrinBAK tidak puas                                                                           









B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih, efek mengejan saat miksi sekunder dari pembesaran prostat dan obstruksi uretra.
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan penimbunan urin di kandung kemih










C.     RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Analisa Data
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1



2
DD :
·         Klien mengeluh tidak bisa BAK
DO :
·         Urgency (sering berkemih)
·         Berkemih sedikit
·         Dysuria (nyeri saat berkemih)
·         Blass (+) penuh
BPH
Pre operasi
Obstruksi saluran kemih ke vesika urinaria
Penebalan otot destrusor
Dekompensasi otot destrusor
Akumulasi urin di vesika
Sukar berkemih/ berkemih tidak lanca
Retensi Urine

Retensi Urin
2
DO :
·         Saat directaltusi kelenjar prostat teraba membesar
·         Nyeri tekan (+)
BPH
Pre operasi
Obstruksi saluran kemih ke vesika urinaria
Penebalan otot destrusor
Dekompensasi otot destrusor
Akumulasi urin di vesika
peregangan vesika urinaria melebihi kapasitas
spasme otot spingter
Nyeri Akut
Nyeri Akut
3
DO :
·         Klien perlu dilakukan tindakan TRUP
Pre operasi
pasien kurang informasi kesehatan dan pengobatan
kurang pengetahuan
Ansietas/Cemas

Ansietas/cemas

2.      Intervensi
NO
DIAGNOSA
NOC
NIC
RASIONAL
1
Retensi urin b.d obstruksi mekanik, pembesaran prostat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi retensi urine pada pasien dengan kriteria hasil:
·         Residu pasca berkemih kurang dari 50 ml
·         Tidak adanya tetesan atau kelebihan cairan
1.      Dorongan pasien unutk berkemih tiap 2-4 jam atau bila tiba-tiba dirasakan.
2.      Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
3.      Awasi dan catat setiap berkemih dan jumlah tiap berkemih, perhatikan penurunan haluaran urin dan perubahan berat jenis.
4.      Lakukan perkusi/palpasi suprapubik
1.      Meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih.
2.      Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
3.      Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas yang dapat mempengaruhhi fungsi ginjal. Adanya deficit darah ke ginjal menggunakan kemampuannya untuk memfilter dan mengkonsentrasi substansi.
4.      Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik
2
Nyeri akut b.d distensi kandung kemih, efek mengejan saat miksi dari pembesaran prostat dan obstruksi uretra
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol atau berkurang dengan kriteria hasil:
·         Nyeri berkurang atau terkontrol
·         Pasien tampak rileks
·         Mampu tidur dan istirahat dengan tepat
1.      Kaji tipe nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10), lama nya.
2.      Pertahankan tirah baring bila diindikasikan
3.      Berikan tindakan kenyamanan, distraksi selama nyeri akut seperti pijatan punggung, membantu pasien melakukan posisi yang nyaman, mendorong penggunaan relaksasi atau latihan napas dalam, aktivitas terapeutik.
4.      Kolaborasi pemberian obat pereda nyeri (analgetik).
1.      Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan atau kefektifan intervensi.
2.      Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi akut.
3.      Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
4.      Menurunkan adanya nyeri, dan kaji 30 menit kemudian untuk mengetahui keefektifan nya.
3
Resiko infeksi berhubungan dengan penimbunan urin di kandung kemih
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam resiko infeksi tidak terjadi KH :
1.      Tidak mengalami infeksi
1.      Berikan sistem kateter steril, berikan salep antibiotik disekitar sisi kateter.
2.      Awasi tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan.
3.      Berikan antibiotik sesuai indikasi
1.      mencegah pemasukan bakteri dan infeksi / sepsis lanju
2.      mendeteksi infeksi sejak dini
3.      kemungkinan diberikan secara profilaktik berhubungan dengan peningkatan resiko pada prostatektomi.


D.    PENDIDIKAN KESEHATAN
1.      Ajarkan klien teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
2.      Berikan informasi yang jelas tentang penyakit klien
3.      Berikan informasi yang jelas tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga dan klien
4.      Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake nutrisi; dorong pasien untuk konsumsi buah-buahan,meningkatkan diet tinggi serat
5.      Anjurkan kepada pasien untuk membatasi aktifitas misalnya menghindari mengangkat beban berat, latihan keras, duduk yang  terlalu lama, memanjat tangga.
6.      Motivasi latihan berkemih
7.      Ajarkan tentang cara perawatan kateter


BAB IV
PENUTUP




Daftar pustaka

Brunner & Syddarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 5. Jakarta : EGC



2 comments:

  1. We tried to get pregnant for a few years in a local clinic. There were no results. We've tried everything possible but nothing. We were recommended to use donor eggs. I know we have to try herbal made medicine. I was terrified. I didn't know how to go about it and where to begin my search. When my friend recommended me to Dr Itua herbal medicine in Western African. I thought she was joking. I knew nothing about that country and I was afraid  with shame I must say I thought it was a little bit...wild? Anyway she convinced me to at least check it out. I've done the research and thought that maybe this really is a good idea. Dr Itua has reasonable prices. Also it has high rates of successful treatments. Plus it uses Natural Herbs. Well I should say I was convinced. My Husband gave it a try and now we can say it was the best decision in our lives. We were trying for so long to have a child and suddenly it all looked so simple. The doctors and staff were so confident and hopeful they projected those feelings on me too. I am so happy to be a mother and eternally thankful to Dr Itua  and Lori My Dear Friend. Don’t be afraid and just do it! Try Dr itua herbal medicine today and sees different in every situation.Dr Itua Contact Info...Whatsapp+2348149277967/drituaherbalcenter@gmail.com Dr Itua have cure for the following diseases.All types of cancer,Liver/Kidney inflammatory,Fibroid,Infertility.Diabetes,Herpes Virus,Diabetis,Bladder cancer,Brain cancer,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Gestational trophoblastic disease,Head and neck cancer,Hodgkin lymphoma. Intestinal cancer,Kidney cancer,Leukemia,Liver cancer,Lung cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Neuroendocrine tumors. Non-Hodgkin lymphoma,Oral cancer,Ovarian cancer,Sinus cancer,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Stomach cancer. Testicular cancer,Throat cancer,Thyroid Cancer,Uterine cancer,Vaginal cancer,Vulvar cancerBipolar Disorder, Bladder Cancer,Colorectal Cancer,HPV,Breast Cancer,Anal cancer.Appendix cancer.,Kidney Cancer,Prostate Cancer,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Adrenal cancer.Bile duct cancer,Bone cancer.Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,OsteoporosisAlzheimer's disease,Brain cancer.Dementia.Weak Erection,Love Spell,Leukemia,Fribroid,Infertility,Parkinson's disease,Inflammatory bowel disease ,Fibromyalgia.

    ReplyDelete
  2. Best Casinos in Las Vegas 2021 - Mapyro
    Looking for the 태백 출장마사지 best casinos in Vegas 2021? Mapyro 세종특별자치 출장샵 is your top 바카라 pick to try your luck 정읍 출장안마 in your search. Find your ideal 남원 출장샵 location today!

    ReplyDelete