Tuesday, April 12, 2016

resume sistem pernapasan


RESUME SISTEM PERNAPASAN
PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA

RINA NINGSIH


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes FALETEHAN SERANG-BANTEN
 2015-2016




Sistem pernapasan pada manusia  adalah sistem menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air.  dalam proses pernapasan, oksigen merupakan kebutuhan zat  kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara dilingkungan sekitar. Alat-alat pernapasan berfungsi memasukan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pernapasan energi. Sistem pernapasan manusia mencakup dua hal yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan.
Saluran pernapasan atau tractus respiratoryus (respiratory tract) adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini berpangkai pada hidumg atau mulut dan berakhir pada paru-paru.
                                                                                               
A.       ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
1.      Lubang Hidung ( Nares Anterior )
Adalah saluran-saluran didalam lubang hidung , saluran-saluran itu bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai rongga hidung ( vestibulum ). Vestibulum dilapisi dengan epitelium organ yang bersambung dengan kulit. Lapisan ini memuat sejumlah kelenjar sebasea yang ditutupi oleh buluh kasar.
2.      Hidung
Secara normal udara masuk kedalam sistem pernapasan melalui hidung. Ujung hidung ditunjang oleh tulang rawan dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibatasi oleh 2 tipe mukosa, yaitu : Mukosa respirasi hangat dan jalanya masuk udara, dan mukosa olfaktory yang berisi receptor-receptor saraf pembau.\
Rongga hidung dibagi menjadi 2 yaitu
ü   Bagian depan seputum ditunjang oleh tulang rawan
ü  Bagian belakan ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid.
Terdapat 4 rongga paranasal ( sinus )
ü  Sinus maksilaris
ü  Sinus Frontalis
ü  Sinus Ethmoidal
ü  Sinus Sfenoidal
Fungsi Hidung terdiri dari :
ü  Bekerja sebagai saluran udara pernapasan
ü  Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
ü  Menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa
ü  Membunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir ( mukosa )

3.      Tekak ( Faring )
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar dibagian atas dan yang sempit dibagian bawah.
kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vetebrata servikal ke-6. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm. bagian ini merupakan  bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring  (hpofaring).
Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasukdalam sisitem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif. Pleksus dibentuk oleh cabang faring dari nervus vagus (motorik), cabang dari nervus glosofaring dan serabut simpatis.
Berdasarkan letaknya faring dibagi dalam tiga bagian :
a.       Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
b.      Bagian tengah yang sama tingginya dengan istimus fausium disebut orofaring
c.       Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.

4.      Pangkal Tenggorok ( Laring )
Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar dari pada bagian bawah. Batas atas adalah aditus laring sedangkang batas bawah adalah kaudal kartilago krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu lubang yaitu tulang hiloid dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hiloid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakan lidah.
Tulang rawan yang menyusun laring adalah
a.       Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (adam aple), sangat jelas terlihat pada pria.
b.      Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker.
c.       Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin.
d.      Kartilago epiglottis (1 buah).

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita suara palsu).bidang antara plika vokalis kiri dan kanan disebut rima glotis sedangkan antara kedua plika ventrikularis disebut rima vestibuli.
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi. Fungsi laring sebagai fonasi yaitu dengan membuat suara serta menentukan rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis dalam aduksi. Maka muskulus krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid kebawah dan kedepan, menjahui kartilago aritenoid.
Peroses Pembentukan Suara
a.       Tahap Mendengar
b.      Tahap Membaca


5.      Batang Tenggorok ( Trakea )
Trakea adalah pipa terbuka yang mempunyai diameter 2.5 cm dan panjang 10 sampai 12 cm. trakea terletak dibawah laring dan diatas paru-paru dimana terbagi menjadi 2 cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang masing-masing masuk keparu kanan dan kiri. Cabang terkecil dikenal sebagai bronkiolus.

6.      Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan V. bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.
7.      Lobus –lobus pada Paru-paru
Paru –paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada atau thoraks. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediatinum sentarl yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darahbesar.
8.      Peredaran Darah Paru-paru
Paru –paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronkial menyediakan darah teroksigenisasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru.
Tekanan darah sistemik sekitar 120/80 mmhg, sedangkan tekanan darah pulmonar (PAP) sekitar 25/10 mmhg dengan tekanan rata-rata sekitar 15 mmhg.
Pernapasan Paru-paru (Pernapasan Pulmoner)
Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Fungsi utama pernapasan adalah O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel.
a.         Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara asmofer dan alveolus akibat mekanik dari otot-otot. Selama inspirasi, volume thoraks bertambah besar karena diaphragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu otot sternocleidomastoideus mengangkat sternum keatas dan otot seratus. Sklanes dan intercostalis eksternus mengangkat iga-iga.

b.         Difusi
Transfer oksigen dan karbondioksida melintasi membran alveolus-kapiler yang tipis. Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg (21% dan 760 mmHg). Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen dikapiler darah paru-paru dan alveolus belangsung kira-kira 0,25 detik dari total wktu kontak selama 0,75 detik.
a.    Transfortasi Gas
Bagian fisiologi yang penting dari respirasi adalah perubahan gas antara alveoli dan kafiler dalam paru-paru, dan antara sel dan kapiler didalam jaringan tubuh. Perubahan yang dinamakan external respirasi dan internal respirasi.
       

B.        PENYAKIT / GANGGUAN YANG MUNCUL PADA SISTEM PERNAPASAN
1.      Asma
2.      Faringitis
3.      Influenza (Flu)
4.      Emfisema
5.      Bronkitis
6.      Asbestosis
7.      Sinusitis
8.      Tuberculosis (TBC)
9.      Pneumonia
10.   Dipteri
11.   Renitis
12.   Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
13.   Kanker Paru-paru
14.   SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
15.   Tonsilitis
16.   Hipoksia


PATOFISIOLOGI
Faktor pencetus : Allergen, stres, gaya hidup

Antigen yang terikat IgE pd permukaan sel
Mengeluarkan mediator : histamine, platelet bradikinin
Permeabilitas kapiler meningkat
Konsentrasi O2 dalam darah menurun
Edema mukosa, sekresi produktif, kontriksi otot polos meningkat
Hipoksemia
Ganggguan pertukaran gas
Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus
Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus pd tahap ekspirasi dan inspirasi
Mucus berlebih, batuk, sesak napas
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
 




















C.        PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA SISTEM PERNAPASAN
1.      CT scan
Pemeriksaan dengan zat kontras, dan MRI ( pencitraan resonasi magnetik) pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk melakukan keluasaan infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dan kasus tumor.
2.      Gas darah arteri (GDA)  dapat menunjukan hipoksemia berat (PaO2 dibawah 50 mmHg) dan hiperkapnia (PaCO2 diatas 50 mmHg).
3.      Foto dada menunjukan infiltrat alveolar jika terjadi SDPD, serta adanya area atelektasis.
4.      Pemeriksaan rontgen dada melihat keadaan patokogik clan atau kemajuan penyakit yang tidak diketahui.
5.      Hemodianamik
6.      EKG.

D.       RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERNAPASAN
1.      PENGKAJIAN UMUM SISTEM PERNAPASAN
Perawat yang memberikan asuhan kepada klien dengan gangguan sistem pernapasan melakukan dan menginterprestasi berbagai prosedur pengkajian. Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual
a.         Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status marital, alamat, penanggung jawab, hubungan dengan klien.
b.         Riwayat kesehatan
klien diawali dengan mengumpulkan informasi tentang data biografi, mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi kehidupan klien. Data demografi biasanya dicatat pada formulir pengkajian rumah sakit atau klinik. Perhatikan usia biologik klien dan bandingkan dengan penampilanya. Apakah klien tampak sesuai dengan usianya ? kelainan seperti kanker paru dan penyakit paru kronis sering membuat klien tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Situasi kehidupan, apakah klien hidup sendiri, dengan anak-anak, atau dengan orang terdekat (kerabat), penting untuk diketahui sehingga perawat dapat membuat rencana pemulangan yang sesuai.
Riwayat pernapasan mengandung pernapasan informasi tentang kondisi klien saat ini dan masalah-masalah pernapasan sebelumnya. Wawancara klien dan keluarga dan fokuskan pada manifestasi klinik tentang keluhan utama, peristiwa yang mengarah pada kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat psikososial.
c.         Keluhan Utama
Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas interversi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatanya saat ini. Keluhan umum penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum, hemoptisis, mengi, dan nyeri dada. Fokuskan pada manifestasi dan prioritaskan pertanyaan untuk mendapatkan suatu analisis gejala.
d.        Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mendapatkan riwayat sistem pernapasan yang sempurna, penting sekali mengkaji karakteristik setiap manisfestasi yang tampak. Jika klien menggambarkan gejala pernapasan tertentu, kaji setting, waktu, presepsi klien, kualitas dan kuantitas sputum, lokasinya, faktor-faktor yang memperburuk dan yang meredakan, serta manifestasi yang berkaitan.
Dalam setting seperti apa gejala timbul paling sering ? setting mengacu pada waktu dan tempat atau situasi tertentu-setting fisik dan lingkungan psikososial saat klien mengalami keluhan.
Waktu ( gejala terjadi bertahap atau mendadak) dan priode (berhari-hari,minggu, atau bulan), misalnya batuk pada pagi hari atau sesak napas berkaitan dengan berbaring terlentang pada malm hari.
Kualitas dan kuantitas masalah harus diuraikan dalam bahasa yang umum. Minta klien untuk melaporkan besar, ukuran, jumlah dan  keluasan keluhan utama. Terutama masalah yang berkaitan dengan pembentukan sputum,
Lokasi yang menjadi keluhan harus dicatat. Lokasi ini terutama penting ketika klien mengeluh tentang nyeri, karena lokasi membedakan apakah nyeri yang diderita berasal dari kelainan jantung atau pernapasan.
Faktor yang memperburuk dan meredakan. Tanyakan pada klien hal-hal apa yang dapat menimbulkan atau menghilangkan gejala yang dialaminya. Adakah ketrerkaitan dengan aktivitas tertentu dengan gejala yang dialami. Apakah timbul setelah klien menggunakan obat-obatan tertentu.
e.         Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan anggota keluarganya. Tanyakan klien tentang perawatan dirumah sakit atau pengobatan masalah pernapasan sebelumnya. Informasi tentang kapan penyakit terjadi atau waktu perawatan. Tanyakan klien adakah riwayat keluarga tentang penyakit pernapasan.

1.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan. Gunakan tekhnik inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Kondisi dan warna kulit klien perhatikan selama pemeriksaan, kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan selama pemeriksaan untuk menentukan kecukupan pertukaran gas.

a.      Inspeksi
Inspeksi dimulai dengan pengamatan kepala dan area leher untuk mengetahui setiap kelainan utama yang dapat mengganggu pernapasan, perhatikan bau napas dan apakah ada sputum, pengembangan cuping hidung, napas bibir dimoyongkan, atau sianosis membran mukosa.
b.    Palpasi
Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dada dan medula spinalis adalah tekhnik skrining umum untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi.
c.    Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengkaji  ekskrusi diafragm. Jika klien mempunyai penyakit pada lobus bawah misalnya konsolidasi atau cairan pleura akan terdengar bunyi perkusi pekak.

d.   Auskultasi
Untuk mengetahui bunyi  napas normal atau abnormal


1.      ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.
Ds  :
Do : pasien tampak sesak napas, susah mengeluarkan dahak

Gaya hidup

Antigen yang terikat IGE pd permukan sel mast atau basofil

Mengeluarkan mediator : histamin platelet, bradikinin

Permeabilitas kapiler meningkat

Edema mukosa, sekresi produktif, kontriksi otot polos meningkat

Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus
 

Penyempitan obstruksi proksimal dari bronkus pada tahap ekspirasi

Mukus berlebih, batuk, sesak napas

Ketidakefektifan bersihan jalan napas
ketidakefektifan bersihan jalan napas
2.
Ds :
Do : pasien tampak sesak, gelisah
Faktor pencetus : allergen, stres, cuaca

Antigen yang terikat IGE pd permukan sel mast atau basofil

Mengeluarkan mediator : histamin platelet, bradikinin

Permeabilitas kapiler meningkat

Edema mukosa, sekresi produktif, kontriksi otot polos meningkat

Konsentrasi O2 dalam darah menurun

Hipoksemia
 

Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas

2.        DIAGNOSA
a.    Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih
b.    Gangguan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen

3.        INTERVENSI
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
1.
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
Karakteristik :
·         Tidak ada batuk
·         Suara napas tambahan
·         Perubahan frekuensi napas
·         Perubahan irama napas
·         Sianosis
·         Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara
·         Penurunan bunyi napas
·          Dipsneu
Faktor-faktor yang berhubungan :
Lingkungan :
·         Perokok pasif
·         Mengisap asap
·         Merokok
Obstruksi jalan napas :
·         Spasme jalan napas
·         Mokus dalam jumlah berlebihan
·         Eksudat dalam jalan alveoli
·         Materi asing
·         Adanya jalan napas buatan
·         Sekresi bertahan/sisa sekresi
·         Sekresi dalam bronki
Fisiologis :
·         Jalan napas alergik
·         Asma
·         Penyakit paru obstruktif kronik
·         Hiperplasi dinding bronkial
·         Infeksi
·         Disfungsi neuromuskular
Setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kembali dengan normal Respiratory status :  ventilatio : Airway patency

Kriteria hasil :
·         Mendemostrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
·         Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal)
·         Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas.
Airway suction
·         Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
·         Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
·         Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
·         Minta klien napas dalam sebelum suction
·         Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
·         Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
·         Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasoterakeal
·         Monitor status oksigen pasien
·         Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
·         Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi O2.
Airway Management
·         Buka jalan napas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·         Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·         Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
·         Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·         Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
·         Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
·         Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
·         Monitor respirasi dan status O2.


2.
Gangguan pertukaran gas
Definisi : kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler
Batasan karakteristik :
·         Ph darah arteri abnormal
·         Ph arteri abnormal
·         Pernapasan abnormal (mis, kecepatan, irama, kedalaman
·         Warna kulit abnormal (mis, pucat, kehitaman)
·         Penurunan karbon dioksida
Faktor-faktor yang berhubungan :
·         Perubahan membran alveolar kapiler
·         Ventilasi perfusi
·         Gas exchange
·         Ventilation
·         Vital sign status
Kriteria hasil :
·         Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
·         Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distres pernapasan
·         Mendemonstrasikan batuk efektif  dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis  dan dyspneu( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips )
·         Tanda –tanda vital dalam rentang normal
Airway management
·         Buka jalan napas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·         Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·         Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
·         Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·         Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
·         Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Respiratory Monitoring
·         Monitor rata-rata, kedalaman irama dan usaha respirasi
·         Catet pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclapicular dan intercostal
·         Monitor suara napas , seperti dengkur



















DAFTAR PUSTAKA
Arip Mutakin, Medikal bedah, Askep dengan gangguan sistem pernapasan, Jakarta : Salemba Medika, 2007
Dra Suharyati samba, S kp.,dkk Rencana Asuhan keperawatan medikal bedah VOI 1. Jakarta: EDC, 1998
Ani Haryani Skep Ners dkk. Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung CV.Cakra, 2009.

Amin Huda Nuralif dan Hardhi Kusuma, Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis Dan NANDA NIC –NOC, Jogjakarta : Medication Jogja, 2015

0 komentar:

Post a Comment