BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Talasemi beta tersebar luas
didaerah mediterania seperti Itali, Yunani, Afrika utara , Timur Tengah , India
selatan , Srilanka , sampai kawasan asia tenggara. Frekuensi talasemia beta di
asia tenggara adalah antara 3 – 9 dan didapat pula pada negro America, darah
daerah tertentu di italia dan negara – negara mediterania frekuensi carier
talasemia beta dpat mencapai 15 sampai 20%. Di tailand 20% penduduknya
mempunyai 1 atau jenis lain talasemia alfa . di indonesia belum jelas , diduga
sekitar 3-5% sama seperti malaysia dan singapura. Di Indonesia diperkirakan
jumlah pembawa sifat talasemia sekitar 6-10% dari jumlah populasi.
Factor genetika ternyata menjadi
pemicu talasemia. Temuan mengejutkan ini disampaikan tim peneliti dari lembaga
biologi molekuler Eijkman setelah melakukan penelitian di Sumatera dan Nusa
Tenggara.
Mendukung pendapat tersebut ,
ilmuwan biologi molekuler mengatakan talasemia merupakan penyakit genetic
tipikal penduduk wilayah tropis seperti Sardinia , Italia , Ciprus,
Mediteranian semua negara asia sampai papua Nugini.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian Thalashemia
?
2. Bagaimana Patofisiologi
thalasemia ?
3. Bagaimana Pathway thalasemia ?
4. Apa saja macam thalasemia ?
5. Apakah penyebab thalasemia ?
6. Bagaimana pencegahan dan
pengobatan thalasemia ?
7. Bagaimana faktor resiko
thalasemia ?
C.
Tujuan
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami
bertujuan untuk :
1. Memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dewasa tentang kasus
2.
Sebagai media pembelajaran mahasiswa
D. Manfaat Penulisan
·
Mengetahui pertanyaan apa saja yang
didapat pada kasus tersebut.
·
Bagaimana Diagnose Keperawatan pada
kasus tersebut.
·
Bagaimana Rencana Asuhan Keperawatan
yang sesuai pada kasus tersebut
BAB
II
TINJAUAN
MATERI
A. Gambaran
umum
Thalasemia merupakan kelainan
herediter yang ditandai dengan penurunana sintesis rantai globin (alfa atau
beta). Penurunana sintesis rantai globin ini menyebabkan penurunana sintesis
hemoglobin dan dapat menyebabkan anemia mikrositik hipokromik, disebabakan oleh
hemoglobinisasi eritrosit yang tidak efektif. Thalasemia dapat dibedakan
menjadi anemia hipoprofilerasi, anemia hemolitik, dan anemia yang berhubungan
dengan hemoglobin yang abnotmal, karean semua factor tersebut dapat berperan
pada pathogenesis.
Hemoglobin dewasa normal terutama
terdiri dari hemoglobin A yaitu sekitar 98% dari hemoglobin sirkulasi.
Hemoglobin A di bentuk dari tetramer- 2 rantai alfa dan dua rantai beta- dan
dapat dinyatakan dengan 22. Dua kopian gen globin berlokasi pada kromosom 16
dan tidak terdapat pengganti a globin dalam pembentukan globin. Gen beta globin
berada dalam kromosom 11 berdekatan dengan gen globin yang mengkode rantai
globin mirip beta; yaitu rantai delta dan gama. Tretamer membentuk hemoglobin , yang pada dewasa normal jumlahnya sekitar
1-2%. Tetramer membentuk hemoglobin F,
dimana merupakan hgemoglobin utama pada bayi namun hanya terdapat kurang dari
1% pada dewasa normal.
B. Patofisiologi
Hemoglobin yang terdapat dalam
sel darah merah, menganduyng zat besi (Fe). Kerusakan sel darah merah pada
penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam tubuh.
Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk
membentuk sel darah merah baru. Pada penderita thalasemia, zat besi yang
ditinggalkan sel darah merah yang rusak itu menumouyk dalm organ tubuh seperti
jantung dan hati (liver). Jumlah zat besi yang menumpuk dalam tubuh atau iron
overload ini akan mengganggu fungsi organ tubuh. Penumpukan zat besi terjadi karerna penderita thalasemia
memperoleh suplai darah merah darai transfuse darah. Penumpukan zat besi ini ,
bila tidak dikeluarkan , akan sangat membahayakan karena dapat merusak jantung,
hati, dan organ tubuh blainnya yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian.
C. Macam
– macam Thalasemia :
Secara molekuler thalasemia
dibedakan atas :
1.
Alfa
– Thalasemia ( melibatkan rantai alfa)
Alfa – thalasemia paling sering
ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen ). Sindrom
thalasemia- a disebabkan oleh delesi pada gen a globin pada kromosom 16 (
terdapat 2 gen a
globin pada tiap kromosom 16) dan
nondelesi seperti gangguan mRNA pada penyambungan gen yang menyebabkan rantai menjadi lebih
panjang dari kondisi normal.
- Beta – Thalasemia
(melibatkan rantai beta)
Beta thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan asia tenggara.
Thalasemia b disebabkan oleh mutasi pada gen b globin pada sisi pendek kromosom
11.
Secara klinis, terdapat 2(dua)
jenis thalasemia, yaitu :
1)
Thalasemia
mayor, karena sifat – sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit
yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.
2)
Thalasemia
minor, individu hanya membawa gen penyakit thalasemia , namun individu hidup
normal, tanda – tanda penyakit. Thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor
tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi
masalah.
- Penyebab
Thalasemia
1)
Gangguan
genetic
Orangtua memiliki sifat carier (heterozygote) penyakit thalasemia
sehingga klien memiliki gen resesif homozygote.
2)
Kelainan
struktur hemoglobin. Kelainan struktur globin di dalam fraksi hemoglobin.
3)
Produksi
satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu.
4)
Terjadi
kerusakan sel darah merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit pendek kurang
dari 100 hari.
5)
Deoksigenasi
( penurunan tekanan O2)
- PENCEGAHAN
DAN PENGOBATAN
Pada thalassemia yang berat
diperlukan transfuse darah rutin dan pemberian asan folat.
Penderita yang menjalani
transfuse, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat
oksidatif (misalnya sulfonomid), karena zat besin yang berlebihan bisa
menyebabkan keracunan.
Pada bentuk yang sangat berat,
mungkin diperlukan pencangkokan susmsum tulang. Terapi genetic masih dalam
tahap penelitian. Thalassemia menurut para ahli belum ada obatnya, tetapi
pengobatan alami dengan menggunakan cyano spirulina dan jelly gamat akan
membantu mengurangi frekuensi transfuse darahnya.
Alasannya: kandungan cyano
spirulina terdapat 5 zat gizi utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan 4 pigmen alami yaitu betakaroten, kalorofil, xantofil,
dan fikosianin.
Pigmen adalah zat warna alami
yang ada pada tumbuhan. Pigmen pada cyano spirulina berfungsi sebagai
detoksifikasi (pembersihan racun), pelindungan tubuh terhadap radikal bebas,
antioksidan, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan jumlah bakteri”baik”
diusus, meningkatkan haemoglobin (HB), dan sebagai anti kanker.
Selain itu, cyano spirilina
mengandung klorofil, vitamin B12, asam folat dan zat besi yang diperlukan untuk
pembentukan darah merah. Konsumsi cyano spirulina secara teratur akan mencegah
terjadinya anemia (kurang darah)
pada keluarga dengan riwayat
thalassemia perlu dilakukan penyembuhan genetic untuk menentukan resiko
memiliki anak yang menderita thalassemia.
- Faktor
resiko penderita thalassemia
- Anak dengan orang tua yang
memiliki gen thalassemia
- Resiko laki-laki atau
perempuan untuk terkena sama
- Thalassemia beta mengenai
orang asli dari mediterania atau ancestry
(yunani, italai, ketimuran, pertengahan) dan orang dari asia dan
afrika pendaratan
- Alfa thalassemia kebanyakan
mengenai orang tenggara asia orang india, cina, atau orang filifina.
BAB
III
ANALISA
KASUS
1) Kasus
:
An. O laki-laki umur 10
tahun di rawat di rsud kebumen dengan keluhan demam dan lemas. Dokter
mendiagnosa thalasemia mayor. Klien mengatakan tidak nafsu makan sejak seminggu
terakhir, tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari sehingga hanya tiduran
ditempat tidur karena lemes. Klien nampak pucat, konjungtiva anemis, perut
cembung dan teraba pembesaran hepar dan lien. Kulit tampak kehitaman dan
kering, nadi 80x/menit suhu 38,5 c RR 20X/menit dari hasil pemeriksaan
laboratorium di dapatkan kadar hb 6 gram %.
2) Identitas
:
Nama : an O
Usia : 10 tahun
Keadaan umum : demam dan nampak lemas.
3) Pengkajian
:
Data Objektif : -
klien nampak pucat
-
Konjungtiva anemis
-
Perut cembung dan teraba pembesaran hepar dan
lien
-
Kulit tampak kehitaman dan kering
-
Nadi 80x/menit ( normal : 60-100x/menit)
-
Suhu 38,5 derajat celcius ( normal : 36,5- 37,5
derajat celcius)
-
RR 20x/menit ( 18 – 20x/menit)
-
Kadar hb 6 gram % ( normal laki – laki : 13 – 18
gr% )
Data Subjektif
: - klien mengatakan tidak nafsu
makan sejak seminggu terakhir.
-
Tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari
sehingga hanya tiduran di tempat tidur karena lemas.
4) Pemeriksaan
fisis
Inspeksi : klien
nampak pucat , konjungtiva anemis , perut cembung , kulit tampak kehitaman dan
kering.
Palpasi : teraba
pembesaran hepar dan lien.
5) Pemeriksaan
penunjang
a)
Darah
tepi:
- Hb rendah dapat dampai 2-3
g%
- Gambaran morfologi eritrosit:
mikrositik hiokromik, sel target, anisositosis berat dengan
makroopalositosis, mikroferosit, polikromasi, basofilich stippling, benda
howell – jolly, poyikilositosis dan sek target. Gambaran ini lebih kurang
khas.
- Retikulosit meningkat
b)
Sumsum
tulang (tidak menentukan diagnosis)
- Hiperplasi sistem
eritropoesis dengan normoblas terbanayak dari jenis asidofil.
- Granula Fe (dengan
pengecatan Russian biru) meningkat.
c)
Pemeriksaan
khusus :
- Hb F meningkat : 20% -90% hb
total
- Elektroforesis Hb :
hemoglobinopati lain dan mengukur kadar hb F.
- Pemeriksaan fedigree : kedua
orang tua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier) dengan hb A2
meningkat (> 3,5% dari hb total)
6)
Pemeriksaan
lain
- Foto Ro tulang kepala:
gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula
tegak lurus pada korteks.
- Foto tulang pipih dan ujung
tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas.
7)
Diagnosis
banding
Thalasemia minor :
- Anemia kurang besi
- Anemia karna infeksi menahun
- Anemia pada keracunan timah
hitam (TB)
- Anemia sidoroblastik
8)
Diagnosa
keperawatan
- ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
- Intolerensi aktifitas b.d
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
- Perubahan perfusi jaringan
b.d penurunan kadar hemoglobin
- Resiko infeksi b.d perubahan
sekunder tidak adekuat
- Resiko kerusakan integritas
kulit b.d perubahan sirkulasi
- Kurang pewngetahuan b.d
tidak mengenal sumber informasi
9)
Fokus
intervensi
1. Ketidakseimbanagan nutrisi b.d
anoreksia. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan , diharpakan nutrisi
pasien adekuat.
NOC : status nutrisi , kriteria
hasil :
a. Tidak terjadi penurunan berat
badan .
b .Asupan nutrisi adekuat
c. Tidak terjadi tanda – tanda
malnutrisi
NIC: Pengelolaan nutrisi
aktivitas :
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Ketahui makanan kesukaan
pasien
c. Anjurkan makan sedikit tapi
sering.
d. Timbang berat badan dlam
interval yang tepat.
e. Sajikan makanan selagi hangat
dan dalam bentuk yang menarik .
f. Kolaborasi dengan ahli gizi
uuntuk menentgukan diet yang tepat.
2. Intoleransi aktifitas b.d
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh .
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat beraktifitas seperti biasa .
NOC : Penghematan energy .
kriteria hasil :
a. Menyadari keterbatasan energy
b. Menyeimbangkan aktifitas dan
istirahat.
c. Tingkat daya tahan adekuat
untuk beraktifitas.
NIC : Pengelolaan energy
aktifitas
a. Tentukan penyebab keletihan
misalnya karena perawatan nyeri dan pengobatan .
b. Pantau respon oksiogen pasien
terhadap aktifitas perawatan diri.
c. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi pilihan waktu.
d. Bantu dengan aktifitas teratur
misalnya berubah posisi sesuai kebutuhan .
e. Batasi rangsang lingkungan
(kebisingan )
f. Berikan istirahat adekuat.
g. Pantau asupan nutrisi untuk
memastikan keadekuatan sumber energy.
3. Perubahan perfusi jaringan
bd. Penurunan kadar Hb . Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapakan perfusi jaringan efektif.
NOC: Perfusi jaringan perifer
kriteria hasil :
a. Kulit utuh , warna normal .
b . Suhu ekrtrem , hangat .
c. Tingkat sensasi normal.
NOC : Penatalaksaan senssasi
perifer aktifitas :
a. Kaji tingkat tidak nyaman
b. Pantau adanya kesemutan .
c. Pantau penggunaan alat yang panas atau yang
dingin.
d. Periksa kulit setiap hari dari
adanya perubahan integritas kulit.
e. Diskusikan dan identifikasin
penyebab dari sensasi tidak normal atau perubahan sensasi.
4. Resiko infeksi b.d perubahan
sekunder tidak adekuat. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tanda tanda infeksi terjadi.
NOC : Pengendalian infeksi.
Kriteria hasil :
a. mendapatkanm imunisasi yang
tepat.
b. terbebas dari tanda dan gejala
infeksi .
c. mengubah gaya hidup untuk
mengurangi resiko.
NIC : Pengendalian infeksi
aktifitas :
a.
Ajarkan pada klien dan keluarga tanda dan gejala terjadinya infeksi dan kapan
harus kepada petugas .
b.
Pertahankan tehnik isolasi
c.
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan .
d.
Informasikan pada keluarga kapan jadwal imunisasi
e.
Jelaskan keuntungan dan efek dari imunisasi
5. Resiko kerusakan intregitas
kulit b.d perubahan sirkulasi . tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharpakan tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
NOC : pengendalian resiko
kriteria hasil :
a. memantau factor resiko dari
perilaku dan lingkungan yang memperparah kerusakan intregitas kulit.
b. mengenal perubahan pada
stadium kesehatan .
NIC : surveilans kulit .
aktifitas :
a. Kaji adanya factor resiko yang
dapat menyebabkan kerusakan kulit.
b. Pantau kulit dari adanya ruam
dan lecet , warna dan suhu area kemerahan .
6. Kurang pengetahuan b.d tidak
mengenal sumber informasi . Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga bertambah.
NOC : Pengetahuan proses
penyakit. Kriteria hasil; :
a. Mengenal nama penyakit
b. Deskripsi proses penyakit
c. Deskripsi factor penyebab.
NIC : Pembelajaran proses
penyakit . aktifitas :
a. Jelaskan tanda dan gejala
penyakit
b. Jelaskan proses penyakit
c. Identifikasi penyebab penyakit
.
d. Beri informasi tentang kondisi
pasien.
BAB
IV
PENUTUP
Thalasemi adalah suatu penyakit
congenital herediter yang diturunkan secara autosom berdasarkan kelainan
hemoglobin, dimana satu atau rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak
terbentuk sehingga mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik. Penyebab kerusakan tersebut adalah
hb yang tidak normal akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin
atau sturktur Hb.
Kelaninan hemoglobin ini karena
adanya gangguan pembentukan yang disebbkan oleh gangguan structural pembentukan
hemoglobin (hemoglobin abnormal).
Penyebab talasemia beta mayor:
thalasemia berlaku apabila gen yang cacat diwarisi dari pada kedua ibu dan
bapak. Jika ibu atau bapak merupakan pembawa thalasemia, mereka boleh
menurunkan cirri ini kepada anak mereka.
Tanda-tanda thalasemia: kelesuan,
bibir lidah tangan kaki dan bagian lain berwarna pucat, sesak nafas, hilang
selera makan dan bengkak bagian abdomen
DAFTAR PUSTAKA
M, Tierney, Lawrence, dkk 2003 Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit
Dalam. Salemba Medika: Jakarta
Permono, Bambang, dkk 2006 Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesi: Jakarta
0 komentar:
Post a Comment