KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
yang tak terhingga kepada kita semua serta dengan izinnya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
keperawatan SLE (System Lupus Erythematosus)”
Tidak
mengurangi rasa hormat, terima kasih kepada :
1. Bapak
H.Maman Sutisna, SKM.,M.Kes, selaku ketua STIKes Faletehan Serang.
2. Bapak
Deni Suwardiman, S.Kep,.M.Kep, selaku ketua program studi ilmu keperawatan
STIKes Faletehan Serang.
3. Eka
Ernawati Ns., M.kep selaku dosen Keperawatan Dewasa II yang telah menugaskan
makalah ini sehingga kami dapat belajar dan menyusun makalah ini.
4. Kedua
orang tua yang telah memberikan segenap dukungan moril maupun materil.
5. Pihak-pihak
yang telah membantu serta mendoakan yang terbaik bagi penulis.
Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk proses pembelajaran
kedepannya.
Serang,
30 September 2015
Penulis
DAPTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI ................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................
A. LATAR
BELAKANG ..................................................................... 1
B. RUMUSAN
MASALAH ................................................................. 2
C. TUJUAN
........................................................................................... 2
D. MANFAAT
....................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A. KONSEP
DASAR ............................................................................ 4
B. DEFINISI
......................................................................................... 4
C. ETIOLOGI
....................................................................................... 5
D. GEJALA
........................................................................................... 6
E. KLASIFIKASI
................................................................................. 6
F. PATOFISIOLOGI
............................................................................ 10
G. MANIFESTASI
................................................................................ 11
H. PENATALAKSANAAN
................................................................. 13
BAB III ASKEP SLE
(SYSTEMIS LUPUS ERITHEMATOSIS)
A. PENGKAJIAN
................................................................................. 14
B. DIAGNOSA
..................................................................................... 18
C. PERENCANAAN
............................................................................ 19
BAB IV PENUTUP
A. KWSIMPULAN
............................................................................... 21
B. SARAN
............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Imunohematologi adalah sebuah ilmu yang
mempelajari system ilmu pada darah. Penyakit pada system imun yang sering kita
kenal antara lain: Hipersensitivitas, Autoimun, HIV/AIDS, dll. Autoimun,
seperti dengan namanya adalah keadaan abnormal dimana sistem imun tubuh
menyerang bagian ubuh itu sendiri seperti jaringan atau organ dalam karena
dianggap oleh system imun sebagai benda asing. Salah satu penyakit autoimun
adalah systemic lupus erythematosus atau yang sering dikenal sebagai penyakit
lupus. Penyakit lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti “Anjing hutan,”
atau “Serigala,” memiliki ciri yaitu munculnya bercak atau kelainan pada
kulit, dimana di sekitar pipi dan hidung akan terlihat kemerah-merahan seperti
kupu-kupu. Lupus juga menyerang organ dalam lainnya seperti ginjal, jantung,
dan paru-paru.Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena
mengenai hampir seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit
saja, sedangkan organ lain tidak terkena, maka disebut Lupus Kulit (lupus
kutaneus) yang tidak terlalu berbahaya di bandingkan lupus yang
sistemik (Sistemik Lupus /SLE) . Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE
adalah suatu penyakit yang di tandai dengan peningkatan sistem kekebalan tubuh
sehingga antibodi yang seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus
yang masuk ke dalam
tubuh berbalik merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah
merah, leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara
penderita satu dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering berbeda, misalnya
akibat kerusakan di ginjal terjadi bengkak pada kaki dan perut,
anemia berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah (Sukmana, 2004). Perkembangan
penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut hasil penelitian Lembaga
Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS Hasan Sadikin Bandung sudah
terdapat 350 orang yang terkena SLE ( sistemiclupus erythematosus).
Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang seringterl ambat diketahui
sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat,penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapioleh penderita SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukunganyang terkait dengan
SLE. Manifestasi klinis dari SLE bermacam-macam meliputi sistemik,
muskuloskeletal, kulit, hematologik, neurologik, kardio pulmonal,
ginjal,saluran cerna, mata, trombosis, dan kematian janin (Hahn, 2005).
B. RUMUSAN
Berdasarkan latar
belakang tersebut penulis memiliki kasus dan memunculkan beberapa pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apa
pengertian, etiologi, klasifikasi, gejala pada klien dengan SLE?
2. Bagaimana
membuat anamnesa dan pemeriksaan fisik pada klien SLE ?
3. Apa
itu pemeriksaan penunjang atau diagnostik pada klien SLE ?
4. Bagaimana
cara memberikan analisa data (pathway sampai muncul masalah) pada klien dengan
SLE ?
5. Bagaimana
membuat asuhan keperawatan pada klien SLE ?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa
mampu untuk memahami pengertian,etiologi,gejala dan klasifikasi SLE.
2. Mahasiswa
mampu membuat Anamnesa dan Pemeriksaan fisik pada klien dengan SLE
3. Mahasiswa
mampu untuk memahami Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik pada klien SLE
4. Mahasiswa
mampu memberikan analisa data (pathway sampai muncul masalah) pada klien dengan
SLE
5. Mahasiswa
mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien SLE.
D. MANFAAT
Mahasiswa mampu membuat asuhan
keperawatan pada klien dengan SLE denagan jelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP
DASAR
System Lupus Erythematosus (SLE) atau yang biasa disebut dengan penyakit lupus adalah penyakit autoimmune inflamasi kronik yang dapat menyerang banyak organ sistem kulit, sendi sendi dan organ dalam. Penyakit ini dapat di golongkan dalam skala ringan,berat, bahkan mengancam jiwa. (ADAM Medical Education,.Penyakit autoimun sendiri adalah suatu keadaan dimana tubuh dalam keadaan normal menghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan Antigen atau benda asing yang ada di tubuh, tetapi dalam keadaan ini, antibodi tersebut malah merusak sel, jaringan, atau organ tubuh sendiri. Organ tubuh yang sering dirusak adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, paru, otak, dan sistem pembuluh darah.Pada sistem pembuluh darah lupus dapat menyebabkan inflamasi yang disebut vasculitis karena itu para dokter memperkirakan pasien lupus mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita penyakit arteri koroner. Lupus juga dapat menyerang darah dengan menurunkan jumlah sel darah putih dan jumlah platelet. Beberapa pasien lupus juga mengidap anemia,suatu kondisi dimana sel-sel darah merah jumlahnya sangat rendah sehingga oksigen yang seharusnya dibawa dan disebarkan keseluruh jaringan tubuh menjadi sangat berkurang .
B. DEFINISI
System Lupus Erythematosus (SLE) merupakan
penyakit rematik autoimun yang di tandai adanya inflamasi tersebar luas, yang
mempengaruhi setiap orang atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan
dengan deposisi autoantibody dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan
kerusakan jaringan (sudoyoaru,dkk 2009).
C. ETIOLOGI
Penyebab dari SLE belum
diketahui dengan pasti. Diduga melibatkan interaksi yang kompleks dan
multifaktorial antara berfariasi genetic dan faktor lingkungan:
1. Faktor
genetic
Kejadian
SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%) di bandingkan dengan kembar
dizigotik (3%),peningkatan frekuensi SLE pada keluarga penderita di bandingkan
dengan control sehat dan peningkatan revalensi SLE pada kelompok etnik tertentu,menguatkan
dugaan bahwa faktor genetic berperan dalam patogenetik SLE.
2. Faktor
hormonal
SLE merupakan penyakit
yg lebih banyak menyerang perempuan.serangan pertama kali jarang terjadi pada
usia pre pubertas dan setelah menopause
3. Auto
antibody
Auto
anti body ini di tunjukan kepada self molekul yang terdapat pada
nucleus,sitoplasma,permukaan sel,dan juga terdapat molekul terlarut seperti igG
dan faktor koagulasi
4. faktor
lingkungan
a. faktor
fisik atau kimia
·
Hydrazine
·
Aminaromatic
·
Obat-obatan (prokainamid, hidralazin,
klorpromazin, isoniazid, fenitoin, fenisilamin
b. Faktor
makanan
·
Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
·
L-canafanine (kuncup dari elfalfa)
c. agen
infeksi
·
Retrifirus
·
DNA bakteri
d. Hormone
dan estrogen lingkungan
·
Terapi sulih (HRT) pil kontrasepsi oral
·
Paparan estrogen prenatal
D. GEJALA
Gejala penyakit lupus sistemik amat beragam.
Demam merupakan gejala yang sering timbul. Di samping itu mungkin juga terdapat
nyeri sendi, kelainan pada kulit, anemia, gangguan fungsi ginjal, nyeri kepala sampai kejang. Pada jantung atau paru, bisa terdapat cairan sehingga timbul sesak napas. Gejala ini
tidak semuanya timbul pada seorang penderita lupus. Penderita lupus mungkin hanya
mengalami beberapa gejala saja.Gejala lainnya adalah perempuan
merasa lebih gampang lelah, rambut rontok,sering demam, sering sariawan,
kencing mengandung protein, serta mengalami fotosensitif. Ini dikemukakan oleh
Prof. Handono Kalim selaku Ketua Indonesian Rheumatology Association (IRA)
(Antar News, 2012).Seperti yang diungkapkan dalam buku kecil Care for
Lupus (Syamsi Dhuha),Lupus adalah sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut
sebagai Lupus Erythematosus Dalam istilah sederhana, seseorang
dapat dikatakan menderita penyakit Lupus Erythematosus saat tubuhnya menjadi
alergi pada dirinya sendiri. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran disebut Systemic
Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah
menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia. Dalam ilmu
imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kankeratau
HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan
darisesuatu yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam
proteinyang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan
demikian,Lupus disebut sebagai autoimmune disease (penyakit dengan
kekebalan tubuh berlebihan).
E. KLASIFIKASI
Penyakit ini dikelompokkan dalam tiga jenis
(kelompok), yaitu :
1.
Penyakit Lupus Diskoid
Cutaneus Lupus atau sering disebut
dengan discoid, adalah penyakit lupus yang terbatas pada kulit. Klien dengan
lupus diskoid memiliki versi penyakit yang
terbatas pada kulit, ditandai dengan ruam yang muncul pada wajah, leher,dan
kulit kepala, tetapi tidak memengaruhi organ internal. Penyakit
ini biasanya lebih ringan biasanya sekitar 10%-15% yang berkembang menjadi
lupus sistemik.
2.
Penyakit Lupus Sistemik
Pada sekitar 10% pasien lupus diskoid,
penyakitnya berevolusi dan berkembang menjadi lupus sistemik yang memengaruhi organ internal tubuh
seperti sendi, paru-paru, ginjal, darah, dan jantung. Lupus jenis ini sering ditandai
dengan periode suar (ketika penyakit ini aktif) dan periode remisi(ketika
penyakit ini tidak aktif). Tidak ada cara untuk memperkirakan berapalama suar
akan berlangsung. Setelah suar awal, beberapa pasien lupus sembuh dan tidak
pernah mengalami suar lain, tetapi pada beberapa pasien lain suar datang dan
pergi berulang kali selama bertahun-tahun.
3.
Drug Induced Lupus (DIL)
DIL atau dikenal dengan nama Lupus karena
pengaruh obat. Jenis lupus ini disebabkan oleh reaksi terhadap obat resep
tertentu dan menyebabkan gejala sangat mirip lupus sistemik. Obat yang paling
sering menimbulkan reaksi lupus adalah obat hipertensi hydralazine dan obat
aritmia jantung procainamide, obatTBC Isoniazid, obat jerawat Minocycline dan
sekitar 400-an obat lain. Gejala penyakit lupus mereda setelah pasien
berhenti mengkonsumsi obat pemicunya. Ada juga “Lupus neonatal” yang jarang
terjadi. Kondisi ini terjadi pada bayi yang belum lahir dan bayi baru lahir
dapat memiliki ruam kulit dan komplikasi lain pada hati dan darahnya karena
serangan antibodi dari ibunya. Ruam yangmuncul akan memudar dalam enam bulan
pertama kehidupan anak.Penyakit lupus ini bermacam-macam. Jika menyerang kulit,
kulit kepala akanngelotok sehingga rambutpun akan rontok. Jika menyerang
tulang, seluruhnyasakit, berbaring posisi apa pun sakit. Biasanya untuk
menghilangkan sakit menggunakan morfin, tapi jika menggunakan morfin efeknya
tidak baik, jadisering kali penderita berteriak kesakitan, mengerikan memang.
Jika menyerang darah, darahnya akan mengental dan tidak mencapai otak, stroke
dan koma. Lupusitu mirip AIDS bahkan mungkin lebih parah, daya tahan tubuh penderita
menurundrastis, sehingga penyakit-penyakit mudah menyerang tubuh
penderita.Penyakit lupus ini dapat menyerang siapa saja dan para peneliti masih
menindak lanjuti penyebab penyakit ini. Penyakit lupus justru kebanyakaan diderita
wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang
mengalaminya. Menurut perkiraan para ilmuwan bahwa hormon wanita
(hormonestrogen) mungkin ada hubungannya dengan penyebab penyakit lupus karena
darifakta yang ada diketahui bahwa 9 dari 10 orang penderita penyakit lupus
adalah wanita. Yang memicu penyakit lupus adalah lingkungan, stress,
obat-obatan tertentu, infeksi, dan paparan sinar matahari.Pada kehamilan dari
perempuan yang menderita penyakit lupus, seringdiduga berkaitan dengan
kehamilan yang menyebabkan abortus,
gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk gejala penyakit lupus.Sering
dijumpai gejala penyakit lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.Kebanyakan
kasus memiliki latar belakang dari riwayat keluarga yang pernahterkena
sebelumnya, namun dalam beberapa kasus tidak ada penyebab yang jelasuntuk
penyakit ini. Penyakit lupus telah banyak diteliti dan telah dikaitkan dengan gangguan
lain, tetapi hanya dalam teori, tidak ada yang jelas dinyatakan
sebagaifakta.Sampai saat ini, Lupus masih merupakan penyakit misterius di
kalanganmedis. Kecuali lupus yang disebabkan reaksi obat, penyebab pasti
penyakit initidak diketahui. Perdebatan bahkan masih berlangsung mengenai
apakah lupu sadalah satu penyakit atau kombinasi dari beberapa penyakit yang
berhubungan.Sekitar 90% penderita lupus adalah perempuan, yang mengindikasikan
bahwa penyakit ini mungkin terkait hormon-hormon perempuan. Menstruasi,
menopause dan melahirkan dapat memicu timbulnya lupus. Sekitar 80% pasien lupus
menderita penyakit ini di usia antara 15 sampai dengan 45 tahun atau
50 tahun.
Biasanya odipus (orang hidup dengan lupus) akan
menghindari hal-hal yangdapat membuat penyakitnya kambuh dengan :
1.
Menghindari stress
2.
Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari.
3.
Mengurangi beban kerja yang berlebihan.
4.
Menghindari pemakaian obat tertentu. ( sumber
wikipedia indonesia)
Pada tahun 1982 American College of Rheumatology
atau American Rheumatism Association (ARA) menetapkan
“Sebelas Kriteria Lupus” untuk membantu dokter mendiagnosis lupus dan yang
diperbaharui tahun 1997. Kriteria SLE ini mempunyai selektivitas 96%.
Diagnosa SLE dapat ditegakkan jika pada suatu
periode pengamatan ditemukan 4 atau lebih kriteria dari 11 kriteria yaitu
:
1.
Artritis, arthritis nonerosif pada dua atau lebih sendi perifer
disertai rasanyeri, bengkak, atau efusi dimana tulang di sekitar persendian
tidak mengalami kerusakan.
2.
Tes ANA diatas titer normal = Jumlah ANA yang abnormal ditemukan dengan
immunofluoroscence atau pemeriksaan serupajika diketahui tidak
ada pemberian obat yang dapat memicu ANA sebelumnya.
3.
Bercak Malar / Malar Rash (Butterfly rash) = Adanya eritema
berbatas tegas,datar, atau berelevasi pada wilayah pipi sekitarhidung (wilayah
malar).
4.
Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari = peka terhadap sinar UV
/matahari,menyebabkan pembentukan atau semakin memburuknya ruam kulit5.
5.
Bercak diskoid = Ruam pada kulit.
6.
Salah satu Kelainan darah :
a.
anemia hemolitik,
b.
Leukosit < 4000/mm³,
c.
Limfosit <1500/mm³, dan
d.
Trombosit <100.000/mm³
7.
Salah satu Kelainan Ginjal :
a.
Proteinuria > 0,5 g / 24 jam,
b.
Sedimen seluler = adanya elemen abnormal dalam air kemih
yang berasaldari sel darah merah/putih maupun sel tubulus ginjal
8.
Salah satu Serositis :
a.
Pleuritis,
b.
Perikarditisa
c.
Salah satu kelainan Neurologis antara lain Konvulsi /
kejang dan Psikosis.
9.
Ulser Mulut, Termasuk ulkus oral dan nasofaring yang dapat
ditemukan.
10. Salah satu Kelainan
Imunologi :.
a.
Sel LE+
b.
Anti ds DNA diatas titer normalc.
c.
Anti Sm (Smith) diatas titer normald.
d.
Tes serologi sifilis positif palsu
F. PATOFISIOLOGI
Antibody ini secara
bersama-sama disebut ANA (anti-nuklear antibodi). Dengan antigennya yang
sepesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dari sirkulaasi kompleks
imun ini akan mengendap pada berbagai macam organ dengan akibat terjadinya
piksasi komplemen pada organ tersebut
Peristiwa ini menyebabkan aktivitas komplemen yang menghasilkan
substensi penyebab timbulnya reaksi radang. Bagian yang penting dalam
patogenisis ini iyalah terganggunya
mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah autoimunitas
patologis pada individu yang resisten. Gangguan imunologis : pengujian imun
yang abnormal termasuk anti-bodi anti-DNA atau anti-Sm (Smith), positif semu
pada pengujian darah untuk sifilis, anti-bodi anti-kordiolipin, uji LE positif.
Anti-bodi anti nuclear : pengujian antibody ANA (+). Sebagai
tambahan dari 11 kriteria tersebut, penguji lainnya dapat membantu mengevaluasi
pasien dengan lupus eritematosus sistemik untuk menentukan keparahan
organ-organ yang terlibat. Termasuk diantaranya darah rutin dengan laju endap
darah, pengujian kimia darah, analisa langsung cairan tubuh lainnya serta
biopsy jaringan . kelainan cairan tubuh dan sempel jaringan dapat membantu
diagnose lanjut lupus eritematosus sistemik.
G. MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi klinis
penyakit ini sangat beragam dan sering kali pada keadaan awal tidak di kenali
sebagai SLE
Menurut American
college ada 11 kriteria SLE dan jika terdapat 4 kriteria maka diagnosis SLE
dapat di tegakan
1. Ruam
malara
2. Ruam
discoid
3. Fotosensitifitas
4. Ulserasi
dimulut atau nasofaring
5. Arthritis
6. Serositis:
yaitu leuritis atau trikarditis
7. Kelainan
ginjal, yaitu proteinuria persisten >0,5 gr/hari, atau adalah silinder sel
8. Kelainan
neurologic, yaitu kejang-kejang atau pisikosis
9. Kelainan
hematologic, yaitu anemia hemolytic atau lekopenia atau limfopenia atau
trombositopenia.
10. Kelainan
imunologik yaitu sel SLE positif atau anti DNA positif, atau anti Sm positif
atau tes serologic untuk sifilis yang positif palsu
11. Antibody
antinuclear (+)
Kecurigaan akan
penyakit SLE bila di jumpai dua atau lebih keterlibatan organ seperti :
a. Jender
wanita pada tentang usia reproduksi
b. Gejala
konstitusional : kelelahan, demam, atau tanpa bukti infeksi dan penurunan berat
badan
c. Muskuloskiletal
: nyeri otot (mialgia), nyeri sendi atau
atralgia, miositis
d. Kulit
: ruam kupu-kupu (butterflay atau malar rsh ) fotosensifitas, SLE’membran mukosa,
alpesia, phenomena reynound,pur-pura,urtikaria,paskulitis.
e. Paru-paru
: pleurisy, hipertensi pulmonal,SLE parenkim paru
f. Jantung
: pericarditis,niokarditis,endokarditis
g. Ginjal
: hematuria, protenuria, cetakan, sindrom nefrotik
h. Gastrointestinal
: mual, muntah, nyeri abnomen
i.
Retikulo-endoorganomegali(limfadenopati,splenomegali,hepatomegali).
j.
Hematogali : anemia, leucopenia, dan
trombositopenia
k. Neuropskiatri
: psikosis, kejang, sindroma otak organic, mielitis transpersa, neuropati
cranial dan perifer.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan SLE harus mencakup obat, diet,
aktivitas yang ,melibatkan banyak ahli ,alat pemantauan pengobatan pasien SLE
adalah evaluasi klinis dan laboratories yang sering untuk menyesuaikan obat dan
mengenali serta menangani aktivitas penyakit
Lupus
adalah penyakit seumur hidup, karena pemantauan harus dilakukan selamanya
Tujuan
pengobatan SLE adalah mengontrol manifestasi penyakit, sehingga pasien dapat
memiliki kualitas hidup yang baik tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah
kerusakan organ serius yang dapat menyebabkan kematian.adapun obat-obatan yang
di butuhkan antara lain :
1.
Antinflamasi non-steroid. Untuk pengobatan simpomatik artalagia
nyeri sendi.
2.
Antimalaria , diberikan untuk lupus discoid. Pemakaian jangka
panjang memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.
3.
Kortikosteroid dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis seperti
demam, dermatitis, efusi pleura. Diberikan selama 4 mingu minimal sebelum
dilakukan penyepihan. Dosis tinggi untuk mengatasi krisis lupus, gejala nefritis,
SSP, dan anemia hemolitik
4.
Obat imunosupresan/sitostatika. Imunosupresan diberikan pada SLE
dengan keterlibatan SSP, Nefritis dipus dan memberantosa anemia hemolitik akut,
dan kasus yang resisten terhadap pemberian kortikosteroid
5.
Obat anti hipertensi . atasi hipertensi pada nefritislupus denagn
agresif
6.
Diet. Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan.
Sebagian besar pasien memerlukan kortiosteroid, dan saat itu diet yang
diperbolehkan adlah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah
garam. Pasien di sarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat
tradisional
7.
Aktivitas. Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal,
olahraga diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan
normal. Tetapi tiddak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering
dihubungkan dengan kekambuhan pasien disarankan untuk menghindari sinar
matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim
pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam
8.
Kalsium . semua pasien SLE yang mengalami arteritis seperti
mendapat terapi prednisone beresiko untuk mengalami osteopalmia, karena
memerlukan suplementasi kalsium.
9.
Penatalaksanaan infeksi . pengobatan segera bila ada infeksi
terutama infeksi bakteri. Setiap klainan urin harus dipikirkan kemungkinan
pielonefritis.
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
SLE
(SYSTEMIS LUPUS ERYTHEMATOSIS)
KASUS
Ny.
P umur 28 tahun dirawat dengan keluhan BAK sedikit ,nyeri pinggang (+) ,
konjungtiva anemis, terdapat ruam merah yang membentang di kedua pipi. Dokter
menganjurkan untuk dilakukan hemodialisa namuin klien menolak dengan alasan
biaya. Hasil Lab : Hb 7 gr/dl, trombositopenia, leukositosis, antibodi
antinukleus (+).
Kalimat yang tidak dimengerti :
1. Trombositopenia : bagian sel darah yang berfungsi membantu
dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritaas vaskuler. Nilai normal
trombosit berkisar antara 150000-400000 sel darah.
2. Leukositosis : adalah peningkatan jumalh sel darah
putih dalam sirkualasi
3. Antibody
antinukleus : antibody yang timbul
lebih tinggi ketika terjadi penyakit autoimun uji ANA mengukur pola dari
autoantibody yang dapat merusak jaringan tubuh bila jarinagn tersebut di dapat
dari benda asing.
A. PENGKAJIAN
:
IDENTITAS
Nama : Ny P
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : -
Status Marietal : -
Alamat :
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang
dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang
pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas,
anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
a. Keluhan utama : Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan
gejala pada pasien. Kaji apakah klien mengeluh badannya kaku dan nyeri sendi
dikaki maupun tangan disertai demam dan muntah?
b. Riwayat kesehatan sekarang : Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja sebelum atau
sesudah bergerak maupun beraktivitas, setelah terkena sinar UV terlalu lama,
atau setelah mengkonsumsi obat-obat tertentu? Kaji apakah klien mengeluh
badannya kaku, nyeri sendi dikaki dan tangan, merasa lemah, demam, muntah,
terdapat lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi atau tidak, nafsu makan menurun dan rambut
rontok atau tidak.
c. Riwayat kesehatan dahulu : Kaji apakah gejala
berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum, atau karena
mengkonsumsi obat-obatan tertentu? Kaji adakah riwayat penyakit tersebut
sebelumnya?
d. Riwayat kesehatan keluarga : Kaji riwayat kesehatan keluarga klien apakah ada anggota keluarga
yang ernah menderita penyakit tersebut sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Kulit,
Ruam eritematou, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
2.
Kardiovaskuler
a. Friction rub perikardium yang
menyertai miokarditis dan efusi pleura.
b. Lesi eritematous papuler dan purpura
yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari
tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral
tanga.
3.
Sistem
integumen
a. Lesi akut pada kulit yang terdiri
atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
b. Ulkus oral dapat mengenai mukosa
pipi atau palatum durum.
4.
Sistem
vaskuler
inflamasi pada
arteorle terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan pupura
diujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau
sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
5.
Sistem
urinaria
Intake autput sedikit, di sertai darah atau tidak BAKnya,
nyeri di daerah ginjal baik kanan dan kiri, edema di ureter.
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan darah
Leukopeni/lipopeni, anemia, trombositopenia, LED
meningkat
2.
Imunologi
a.
ANA (antibody antinuklear)
b.
Antibody DNA untai ganda (ds DNA) meningkat
c.
Kadar komplemen C3 dan C4 menurun
d.
Tes CRP (C-rective protein) positif
3.
Fungsi ginjal
a.
Kreatinin serum meningkat
b.
Penurunan GFR
c.
Protein uri (> 0,5 gr/24 jam)
d.
Ditemukan sel darah dan atau sedimen granular
4.
Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikuagulan lupus
APTT memanjang yang tidak baik poda pemberian
plasma normal
5.
Serologi VDRL (sifilis)
Memberikan hasil positif palsu
6.
Tes vital lupus
Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit Ig M pada persambungan
dermo-epidermis pada kulit yang terlibat dan yang tidak.
NO
|
DATA
|
ETOIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
DS
: klien mengeluh BAK sedikit dan nyeri pinggang
|
Hormonal (wainita usia produktif)
↓
Sel T helper meningkat >< sel T sitotoksik
menurun
↓
Autoimun
↓
Inflamasi
↓
Perkemihan
↓
Distruksi nefron
↓
Filtrasi menurun
↓
Urine autput menurun
↓
Resiko retensi urine
|
Resiko
retensi urine
|
2.
|
DO : Hb menurun, edema.
|
Hormonal (wainita usia produktif)
↓
Sel T helper meningkat >< sel T sitotoksik
menurun
↓
Autoimun
↓
Inflamasi
↓
Perkemihan
↓
Distruksi nefron
↓
Filtrasi menurun
↓
Reaksi absorbs menurun
↓
Cairan vaskuler meningkat
↓
Edema
↓
Kelebihan volume cairan
|
Kelebihan
volume cairan
|
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Retensi
urine berhubungan dengan sumbatan
2. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
C. PERENCANAAN
NO
|
DX
|
Perencanaan
|
|
Tujuan (Noc)
|
Intervensi (Nic)
|
||
1
|
I
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan urinary elimination dan urinary
continence
Kriteria
hasil :
-
Kandung kemih kosong secara penuh
-
Tidak ada residu urin >
100-200 cc
-
Bebas dari ISK
-
Tidak ada spasme bladder
-
Balace cairan seimbang
|
Urinary
retention care
-
Monitor intake dan output
-
Monitor kegunaan obat
antikolionnerik
-
Monitor derajat distensi bladder
-
Intruksikan pada pasien dan
keluarga untuk mencatat output urin
-
Sediakan privasi untuk eliminasi
-
Stimulasi reflek bladder dengan
kompres dingin pada abdomen
-
Katerisasi jika perlu
-
Monitor tanda dan gejala ISK
(panas, hematuria, perubahan baud an konsistensi urin )
Urinary
elimation management
|
2
|
II
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan electrolit and acid base
balance, fluid balance, hydration
Kriteria
hasil :
-
Terbebas dari anemia
-
Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau kebingungan
-
Menjelaskan indicator kelebihan
cairan
|
Fluid managemen
-
Pertahankan catatan intek dan
autput yang adekuat
-
Pasang urin kateter jika
diperlukan
-
Monitor hasil hb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUM, Hmt, osmolaritas urine)
-
Monitor status hemodinamik
-
Monitor indikasi retensi atau
kelebihan cairan
-
Kaji lokasi dan luas edema
-
Monitor masukan makanan atau
cairan dan hitung intake kalori
-
Monitor status niutrisi
-
Kolaborasi pemberian diuretic
sesuai intriksi
-
Batasi masukan cairan kepada
keadaan hi[ponatermi dilusi dengan serum Na <130 mEg-l kolaborasi dokter
jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid monitoring
-
Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
-
Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidakseimbangan cairan (hipertermia, terapi diuretic kelainan
renal, gagal jantung, diaphoresis, disfungsi hati dll )
-
Monitor serum dan elektoril urine
-
Catat secara akutar intake dan
aoutput monitor tanda dan gejala dari onema
|
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien SLE adalah :
1. Retensi
urine b/d sumbatan
2. Kelebihan
volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
Berdasarkan retensie urine b/d
sumbatan dan kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi. Di
harapkan klien mampu mendemonstrasikan
intake output yang normal dan terbebas dari edem dan menjelaskan
indicator kelebihan volume cairan kembali secara normal.
B. SARAN
1. Perawat atau tenaga medis lain yang
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan SLE yang di derita pasien
setiap petugas medis di harapkan saling berkolaborasi.
2. Rumah sakit di harapkan memiliki dan
memberikan fasilitas yang memadai untuk menangani klien dengan keluhan
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2000.Buku
Saku Patofisiologi. Buku Kedokteran
D jaunzi, Samsuridjal.
an.Raih Kembali Kesehatan : Mencegah Berbagai Penyakit
Hidup Sehat untuk Keluarga. Jakarta : Kompas
Doenges,MarilynE.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaandan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Gibson J.M, MD. 1996.Mikrologi dan Patologi Modern untuk Perawat .
Buku Kedokteran.
Lumenta,Nico A. dkk.
2006.Manajemen Hidup Sehat : Kenali Jenis Penyakitdan
Cara Penyembuhannya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Robins. Kumar. 1995.Buku
Ajar Patologi (edisi 4). Buku Kedokteran
Robins., dkk. 1996.Buku
Saku Robins : Dasar Patologi Penyakit (edisi 5). Buku
Kedokteran Smeltzer, Suzanne C. 2007.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner danSuddart edisi 8 volume 3. Jakarta : EGC
Amin Huda Nurarif ,
Hardhi Kusuma. 2015.Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis. Yogyakarta:
Medication Jogja.
0 komentar:
Post a Comment