KONSEP DASAR
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
Mata
Kuliah : Praktik Keperawatan Dasar
KELOMPOK 1
Arif Rianto
Asropul Anam
Enny Noviani
Ikhwanul Muslimin
Kurniadi Abdilah
Samran
Winda Firdaus
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SEARANG - BANTEN
2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga kepada kita
semua serta dengan izinnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dan Asuhan
Keperawatan pada Klien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)”
Tidak
mengurangi rasa hormat, terima kasih kepada :
1. Bapak
H.Maman Sutisna, SKM.,M.Kes, selaku ketua STIKes Faletehan Serang.
2. Bapak
Deni Suwardiman, S.Kep,.M.Kep, selaku ketua program studi ilmu keperawatan
STIKes Faletehan Serang.
3. Ibu
Eka Ernawati S.Kep., Ners selaku dosen Praktik Keperawatan Dasar yang telah
menugaskan makalah ini sehingga kami dapat belajar dan menyusun makalah ini.
4. Kedua
orang tua yang telah memberikan segenap dukungan moril maupun materil.
5. Pihak-pihak
yang telah membantu serta mendoakan yang terbaik bagi penulis.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan karena
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan. Maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk proses pembelajaran kedepannya.
Serang, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftarisi..................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................................
B.
Rumusan Masalah....................................................................................................
C.
Tujuan......................................................................................................................
D.
Manfaat...................................................................................................................
BAB
II TEORI
A.
Pengertian................................................................................................................
B.
Etiologi....................................................................................................................
C.
Patofisiologi.............................................................................................................
D.
Manifestasi Klinis....................................................................................................
E.
penatalaksanaan.......................................................................................................
F.
Komplikasi...............................................................................................................
BAB
III KASUS
A. Kata
– kata yang tidak di mengerti.........................................................................
B. Mekanisme
produksi urin........................................................................................
C. Asuhan
Keperawatan..............................................................................................
D. Pendidikan
Kesehatan.............................................................................................
BAB
IV PENUTUP
A.
Kesimpulan..............................................................................................................
B.
Saran........................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau tumor
prostat jinak, menjadi masalah bagi kebanyakan kaum pria yang berusia diatas 50
tahun BPH pada pria muncul tanpa ada gejala awal terlebih dahulu, sehingga
seringkali pasien tidak menyadari bahwa mereka menderita BPH prevalensi BPH
pada pria yang berumur lebih dari 50 tahun adalah sekitar 50% sedangkan pada
umur 80-85 tahun, kemungkinannya akan meningkat menjadi 90% (Sjamsuhidajat R.
dan Jong W.D, 1997)
BPH adalah obstruksi uretra pars prostatika yang
disebabkan oleh hyperplasia beberapa atau semua komponen prostat yang meliputi
jaringan kelenjar/jaringan fibromuskuler. Serin mengenai lobus lateralis dan
lobus medialis karena pada lobus tersebut terdapat banyak jaringan kelenjar.
Jarang mengenai bagian posterior (lobus posterior) yang merupakan bagian
tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat. Lobus anterior
kurang mengalami hyperplasia karena sedikit mengandung jaringan kelenjar.
Hormon esterogen dan testosterone yang tidak seimbang pada pria berusia lanjut menyebutkan
terjadinya sekresi estradiol yang berlebihan, peningkatan estradiol berasosiasi
dengan peningkatan senyawa aromatase pada prostatic stromal cells. Senyawa yang
berperan penting adalah dalam peningkatan aromatase adalah prostaglandine.
Peningkatan aromatase akan menyebabkan peningkatan hormone estrogen yang akan
berperan pada pertumbuhan BPH.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
konsep dasar Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) ?
2. Bagaimana
asuhan keperawatan pada kasus Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)?
C. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui konsep dari Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
2. Untuk
memenuhi asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan pada pasien Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH) ?
3. Memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Keperawatan Dewasa
D. MANFAAT
Mahasiswa
dapat memahami konsep dasar Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) mulai dari pengertian,
patofisiologi, manifestasi klinis hingga penatalaksanaan sesuai dengan asuhan
keperawatan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran
prostat, kelenjaran prostat membesar memanjang kearah depan kedalam kandung
kemih dan menyumbat urine, dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter (Brunner
& Suddart, 2000). Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran dari
beberapa kelenjar ini yang mengakibatkan obstruksi urine (Mary Buradero dkk,
2000).
Klasifikasi secara klinis derajat berat, dibagi
menjadi 4 gradasi, yaitu :
1. Derajat 1 : Apabila ditemukan
keluhan prostatismus, pada DRE (colok dubur) ditemukan penonjolan prostat dan
sisa urine kurang dari 50 ml.
2. Derajat 2 : Ditemukan tanda dan
gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba
dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
3. Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya
batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urine lebih dari 100 ml.
4. Derajat 4 : Apabila sudah restensi
total.
B. ETIOLOGI
Penyebab
terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat
merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap
undangan (counter part). Oleh karena itu dianggap etiologi adalah karena tidak
adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut syamsum Hidayat dan Wim De Jong tahun
2004 etiologi dari Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah :
1. Adanya hyperplasia periuretral yang
disebabkan karena perubahan keseimbangan testosterone dan estrogen. Dengan
meningkatknya usia pada pria terjadi peningkatan hormone estrogen dan penurunan
testosterone sedangkan estradiol tetap yang menyebabkan terjadinya hyperplasia
stroma.
2. Ketidak seimbangan endokrin
3. Factor umu/ usia lanjut biasanya
terjadi pada usia 50 tahun
4. Tidak diketahui secara pasti
penyebab BPH tidak diketahui secara pasti (idiopatik), tetapi biasanya
disebabkan oleh keadaan testis dan usia lanjutr.
C. PATOFISIOLOGI
Hiperplasi
prostatadalah pertumbuhan nodul-nodul fiibroadenmatosa majemuik dalam prostat,
pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang
terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan
hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot
polos yang julahnya berbeda beda. Proses pembesaran prostat terjadi secara
perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara
perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi perubahan di pembesaran
prostad, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostad meningkat, serta
otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.
Pase penebalan destrusor di sebut pase kompensasi, keadaan berlanjut, maka
destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu
lagi untuk berkontraksi/terjadi dekompensasi sehingga terjadi retensi urin.
Pasien tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna maka akan
terjadi statis urine. Urine yang statis akan menjadi alkalin dan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri (baradero dkk, 2007)
Obstruksi
urine yang berkembang secara perlahan lahan dapat mengakibatkan aliran urine
tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urine yang menetes, kencing terputus
putus (intermiten,) dengan adanya obstruksi maka pasien mengalami kesulitan
untuk memulai berkemih (hesitansi.) gejala iritasi juga menyertai obstruksi
urine. Vesika urinariianya mengalami iritasi dan urine yang tertahan di
dalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong
setelah berkemih yang mengakibatkan interpal di setiap berkemih lebih pendek
(nokturia dan prekuensi.) dengan adanya gejala iritasi pasien mengalami
perasaan ingin berkemih yang mendesak/urgensi dan nyeri dsaat berkemih/dysuria
(purnomo, 2011).
Tekanan
vesika yang lebih tinggi dari pada tekanan sfinter dan obstruksi, akan terjadi
inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluk vesiko ureter,
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal di
percepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita harus mengejan
sehingga lala kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat
sisa urine dapat menyebabkan terbentuknya batu endapan di dalam kandung kemih.
Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematrunia. Batu
tersebut dapat juga menyebabkan sistitis bila terjadi refluk akan mengakibatkan
pielonefritis (sjansuhdrat dan de jong. 2005)
D. MANIFESTASI KLINIS
Obstruksi
prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar
saluran kemih. Dan tanda, gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih
bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bawah
a. Gejala obstruksi meliputi : restensi
urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin tidak bisa keluar), pancaran
miksi lemah, intemiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes
setelah miksi)
b. Gejala iritasi meliputi : frekuensi,
nokturia, urgensi, dan dysuria
2. Gejala pada saluran kemih bagian
atas
Keluhan akibat hiperplasi prostat
pada saluran kemih bagian atas ataua berupa adanya gejala obstruksi, seperti
nyeri pinggang, benjolan pinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau
demam yang merupakan tanda infeksi atau europsis
3. Gejala di saluran kemih
Pasien datang diawali dengan keluhan
penyakit hernia inguinas atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan
sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal.
Adapun gejala dan tanda lain yang tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan
prostat di dapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan,
anoreksia, mual dan muntah, rasa tidaknyaman pada epigastrik dan gagal ginjal
dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang besar.
E. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Biasanya di lakukan pada pasien
dengan keluhan ringan. Pasien di anjurkan untuk mengurangi minum setelah makan
malam yang di tujukan agar tidak terjadi nokturia, menghindari obat obatan
dekongestan (paramsimpatolitik) mengurangi minum kopi dan tidak di perbolehkan
minum alcohol agar tidak terlalu sering miksi. Pasien di anjurkan untuk
menghindari mengangkat barang yang berat agar perdarahan dapat di cegah.
Anjurkan pasien agar sering mengosongkan kandung kemih untuk menghindari distensi
kandung kemih dan hipertrofi kandung kemih. Secara periodic pasien di anjurkan
untuk melakukan control keluhan, pemeriksaan laboratorium, sisa kencing dan
pemeriksaan colok dubur (purnomo,2011).
Pemeriksaan
derajat obstruksi prostat menurut purnomo (2011) dapat di perkirakan dengan
mengukur residual urine dan pancaran urine
a. Residual urine, yaitu jumlah sisa
urine setelah miksi. Sisa urine dapat di ukur dengan cara melakukan
kateterisasi setelah miksi atau di tentukan dengan pemeriksaan USG setelah miksi.
b. Pancaran urine (flow rate), dapat di
hitung dengan cara menghitung jumlah urine di bagi dengan lamanya miksi
berlangsung (ml/detik) atau dengan alat urofrometri yang menyajikan gambaran
grafik pancaran urine
2. Terapi
bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan,
keputusan untuk dilakuk an pembedahan didasarkan pada beratnya obstruksi,
adanya ISK, retensio urin berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi ginjal, ada
batu saluran kemih dan perubahan fisiologi pada prostat.
Menurut Smeltzer dan Bare (2002)
intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi : pembedahan terbuka dan pembedahan
endourologi.
a. Pembedahan terbuka, beberapa teknik
operasi prostatektomi terbuka yang biasa digunakan adalah :
1. Prostatektomi suprapubik
Adalah
salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Insisi dibuat
dikedalam kandung kemih, dan kelenjar prostat diangat dari atas.
2. Prostatektomi perineal
Adalah suatu tindakan dengan
mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Teknik ini lebih
praktis dan sangat berguan untuk biopsy terbuka
3. Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat
dilakukan, dengan cara insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu
antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.Teknik ini
sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak tinggi dalam pubis.
b. Pembedahan endourologi, pembedahan
endourologi transurethral dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik
diantaranya:
1. Transurethral Prostatic Resection
(TURP)
Merupakan
tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar prostat
dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah
yang akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TURP ialah gejala-gejala
sedang sampai berat, volume prostat
kurang dari 90 gr.Tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi
dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra. Setelah TURP yang memakai
kateter threeway. Irigasi kandung kemih secara terus menerus dilaksanakan untuk
mencegah pembekuan darah
2. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Adalah
prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan ini
dilakukan
apabila volume prostat tidak terlalu besar atau prostat fibrotic. Indikasi dari
penggunan TUIP adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat
normal/kecil (30 gram atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan
memasukan instrument kedalam uretra
F. KOMPLIKASI
1. Retensi
urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi
saluran kemih
3. Involusi
kontraksi kandung kemih
4. Refluk
kandung kemih
5. Hidroureter
dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut maka pada
suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan mengakibatkan
tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi
infeksi
7. Hematuri,
terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu endapan
dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat
pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan
pielonefritis.
BAB
III
KASUS
KASUS II
Tn. J umur 58 tahun
klien datang ke poli bedah dengan keluhan tidak bisa BAK,
urgensi (+), nocturia (+),
urge incontinence (+), dysuria (+). BAK pancaran melemah, hesitancy (+), straining (+), intermittency(+). Blass
(+) penuh, saat directal tussi kelenjar prostat teraba
membesar, nyeri tekan (+). TD : 140/80 mmHg, N: 84 x/mnt, R 22x/mnt dan S: 37°C.
Riwayat penyakit
lain hipertensi (+)
Pemeriksaan
diagnosik :
PSA (+)
Diagnosa medis :
klien mengalami BPH dan perlu segera dilakukan tindakan TURP
A. KATA-KATA
YANG TIDAK DIMENGERTI
1. Urgensi (+) : perasaan ingin miksi
yang sangat mendesak
2. Nocturia (+) : terbangun untuk
miksi pada malam hari
3. Urge incontinence (+) :
4. Dysuria (+) : nyeri pada saat
miksi
5. Hesitancy (+) : kalau mau miksi
harus menunggu lama
6. Straining (+) : harus mengedan
ketika miksi
7. Intermittency (+) : kencing terputus-putus
8. Blass (+) penuh :
9. Pemeriksaan
PSA
PSA
adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan
cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya
sedikit psa yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan
atau kerusakan jaringan prostat maka kadar psa dalam darah meningkat. Jadi
peningkatan kadar psa bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat
juga disebabkan oleh BPH.
10. Transurethral
Prostatic Resection (TRUP)
Merupakan
tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar prostat
dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah
yang akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TRUP ialah gejala-gejala
sedang sampai berat, prostat kurang dari 90 gr, tindakan ini dilaksanakan
apabila pembesaran prostat terjadi dalam lobus medial yang langsung mengelilingi
uretra. Setelah TRUP ynag memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih
secara terus menerus dilaksanakan untuk mencegah pembekuan darah. Manfaat
pembedahan TRUP antara lain tidak meninggalkan atau bekas sayatan waktu operasi
dan waktu tinggal di rumah sakit lebih singkat. Komplikasi TRUP adalah rasa
tidak enak pada kandung kemih, spasme kandung kemih yang terus menerus, adanya
perdarahan, infeksi, infertilitas (Baradero dkk, 2007)
B. MEKANISME
PRODUKSI URIN
Proses pembentukan urin terdiri atas 3 tahap, yaitu;
Filtrasi, Reabsorpsi dan Augmentasi. Urin dibentuk di nefron, yaitu dengan
menyaring darah dan kemudian mengambil kembali ke dalam darah bahan-bahan yang
bermanfaat. Dengan demikian akan tersisa bahan tak berguna, yang nantinya akan
keluar dari nefron dalam bentuk suatu larutan yang disebut urin.
1. Filtrasi
a. Filtrasi
adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa metabolisme
yang dapat menjadi racun
bagi tubuh.
b. Filtrasi
terjadi di glomerulus yang ada di badan malpighi.
c. Hasil
dari filtrasi di glomerulus, menuju kapsula bowman dan dihasilkan urin primer.
d. Urin
primer terdiri dari: air, gula, asam amino, garam/ion anorganik, urea.
2.
Reabsorpsi
a.
Reabsorpsi
terjadi di tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan menghasilkan urin
sekunder.
b.
Urin
primer yang terkumpul di kapasula Bowman masuk ke dalam tubulus kontortus
proksimal dan terjadi reabsorpsi.
c.
Pada
proses ini terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi
tubuh oleh dinding tubulus, lalu masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi
tubulus.
d.
Zat-zat
yang diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino, dan ion-ion
anorganik (Na+, Ka+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HPO43-, SO43-)
e.
Hasil
dari reabsorpsi urin primer adalah urin sekunder yang mengandung sisa limbah
nitrogen dan urea.
f.
Urin
sekunder masuk ke lengkung henle. Pada tahap ini terjadi osmosis air di
lengkung henle desenden sehingga volume urin sekunder berkurang dan menjadi
pekat. Ketika urin sekunder mencapai lengkung henle asenden, garam Na+ dipompa
keluar dari tubulus, sehingga urin menjadi lebih pekat dan volume urin tetap
3.
Augmentasi
a.
Dari
lengkung henle asenden, urin sekunder akan masuk ke tubulus distal untuk masuk
tahap augmentasi (pengumpulan zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh).
b. Zat sisa yang dikeluarkan oleh
pembuluh kapiler adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), NH3 dan kreatinin.
Pengeluaran ion H+ ini membantu menjaga pH yang tetap dalam darah.
c. Selama melewati tubulus distal, urin
banyak kehilangan air sehingga konsentrasi urin makin pekat.
d. Selanjutnya urin memasuki pelvis
renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica urinaria, untuk
ditampung sementara waktu. Pengeluaran urin diatur oelh otot-otot sfingter.
Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml.
A. PATHWAY
Perubahan
usia (usia lanjut)
↓
perubahan keseimbangan
antara hormone testosterone dan estrogen
↓
Kadar
testosterone menurun
↓
Mempengaruhi
RNA dalam inti sel
Poliferasi
sel prostat
Hyperplasia kelenjar
prostat
BPH
penyempitan
lumen uretra
menghambat
aliran urin
Obstruksi
saluran kemih ke vesika urinaria
penumpukan
urin divesikaurinari pertumbuhan
mikroorganisme
Peningkatan
tekanan intra vesikal
Peningkatan
kontraksi otot dari detrusor dari buli-buli spasme otot sprinter
Hipertropi
otot destrusor
Terbentuknya
selula, sekula dan vertikel buli-buli
LUTS
(Lower urinary tract sindrom/keluhan pada saluran kencing bagian bawah)
Gejala obstruksi gejala
iritatif
Intermiten urgensi
Hesitansi nokturia
Pancaran
lemah dysuria
BAK
tidak puas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Retensi urin berhubungan dengan
obstruksi mekanik, pembesaran prostat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi
kandung kemih, efek mengejan saat miksi sekunder dari pembesaran prostat dan
obstruksi uretra.
3. Resiko
infeksi berhubungan dengan penimbunan urin di kandung kemih
C. RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Analisa
Data
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
|
|
|
2
|
DD :
·
Klien
mengeluh tidak bisa BAK
DO :
·
Urgency
(sering berkemih)
·
Berkemih
sedikit
·
Dysuria
(nyeri saat berkemih)
·
Blass
(+) penuh
|
BPH
↓
Pre operasi
↓
Obstruksi saluran kemih ke vesika urinaria
↓
Penebalan
otot destrusor
↓
Dekompensasi
otot destrusor
↓
Akumulasi
urin di vesika
↓
Sukar berkemih/ berkemih tidak lanca
↓
Retensi
Urine
|
Retensi
Urin
|
2
|
DO
:
·
Saat
directaltusi kelenjar prostat teraba membesar
·
Nyeri
tekan (+)
|
BPH
↓
Pre operasi
↓
Obstruksi saluran kemih ke vesika urinaria
↓
Penebalan
otot destrusor
↓
Dekompensasi
otot destrusor
↓
Akumulasi
urin di vesika
↓
peregangan vesika urinaria melebihi kapasitas
↓
spasme otot spingter
↓
Nyeri
Akut
|
Nyeri
Akut
|
3
|
DO :
·
Klien
perlu dilakukan tindakan TRUP
|
Pre operasi
↓
pasien kurang informasi kesehatan
dan pengobatan
↓
kurang pengetahuan
↓
Ansietas/Cemas
|
Ansietas/cemas
|
2. Intervensi
NO
|
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
1
|
Retensi
urin b.d obstruksi mekanik, pembesaran prostat.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi retensi
urine pada pasien dengan kriteria hasil:
·
Residu pasca berkemih kurang dari
50 ml
·
Tidak adanya tetesan atau
kelebihan cairan
|
1.
Dorongan pasien unutk berkemih
tiap 2-4 jam atau bila tiba-tiba dirasakan.
2.
Observasi aliran urine,
perhatikan ukuran dan kekuatan.
3.
Awasi dan catat setiap berkemih
dan jumlah tiap berkemih, perhatikan penurunan haluaran urin dan perubahan
berat jenis.
4.
Lakukan perkusi/palpasi
suprapubik
|
1.
Meminimalkan retensi urine
distensi berlebihan pada kandung kemih.
2.
Berguna untuk mengevaluasi
obstruksi dan pilihan intervensi.
3.
Retensi urine meningkatkan
tekanan dalam saluran perkemihan atas yang dapat mempengaruhhi fungsi ginjal.
Adanya deficit darah ke ginjal menggunakan kemampuannya untuk memfilter dan
mengkonsentrasi substansi.
4.
Distensi kandung kemih dapat
dirasakan diarea suprapubik
|
2
|
Nyeri
akut b.d distensi kandung kemih, efek mengejan saat miksi dari pembesaran
prostat dan obstruksi uretra
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol
atau berkurang dengan kriteria hasil:
·
Nyeri berkurang atau terkontrol
·
Pasien tampak rileks
·
Mampu tidur dan istirahat dengan
tepat
|
1.
Kaji tipe nyeri, perhatikan
lokasi, intensitas (skala 0-10), lama nya.
2.
Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan
3.
Berikan tindakan kenyamanan,
distraksi selama nyeri akut seperti pijatan punggung, membantu pasien
melakukan posisi yang nyaman, mendorong penggunaan relaksasi atau latihan
napas dalam, aktivitas terapeutik.
4.
Kolaborasi pemberian obat pereda
nyeri (analgetik).
|
1.
Memberikan informasi untuk
membantu dalam menentukan pilihan atau kefektifan intervensi.
2.
Tirah baring mungkin diperlukan
pada awal selama fase retensi akut.
3.
Meningkatkan relaksasi,
memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
4.
Menurunkan adanya nyeri, dan kaji
30 menit kemudian untuk mengetahui keefektifan nya.
|
3
|
Resiko infeksi
berhubungan dengan penimbunan urin di kandung kemih
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 2x24 jam resiko infeksi tidak terjadi KH :
1.
Tidak mengalami infeksi
|
1. Berikan
sistem kateter steril, berikan salep antibiotik disekitar sisi kateter.
2. Awasi
tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan.
3. Berikan
antibiotik sesuai indikasi
|
1. mencegah
pemasukan bakteri dan infeksi / sepsis lanju
2. mendeteksi
infeksi sejak dini
3. kemungkinan
diberikan secara profilaktik berhubungan dengan peningkatan resiko pada
prostatektomi.
|
D. PENDIDIKAN
KESEHATAN
1. Ajarkan
klien teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
2. Berikan
informasi yang jelas tentang penyakit klien
3. Berikan
informasi yang jelas tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga dan klien
4. Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake nutrisi; dorong pasien untuk konsumsi
buah-buahan,meningkatkan diet tinggi serat
5. Anjurkan
kepada pasien untuk membatasi aktifitas misalnya menghindari mengangkat beban
berat, latihan keras, duduk yang terlalu
lama, memanjat tangga.
6. Motivasi
latihan berkemih
7. Ajarkan
tentang cara perawatan kateter
BAB
IV
PENUTUP
Daftar pustaka
Brunner & Syddarth. 2001.Buku Ajar
Keperawatan Medical Bedah. Edisi 5. Jakarta : EGC
We tried to get pregnant for a few years in a local clinic. There were no results. We've tried everything possible but nothing. We were recommended to use donor eggs. I know we have to try herbal made medicine. I was terrified. I didn't know how to go about it and where to begin my search. When my friend recommended me to Dr Itua herbal medicine in Western African. I thought she was joking. I knew nothing about that country and I was afraid with shame I must say I thought it was a little bit...wild? Anyway she convinced me to at least check it out. I've done the research and thought that maybe this really is a good idea. Dr Itua has reasonable prices. Also it has high rates of successful treatments. Plus it uses Natural Herbs. Well I should say I was convinced. My Husband gave it a try and now we can say it was the best decision in our lives. We were trying for so long to have a child and suddenly it all looked so simple. The doctors and staff were so confident and hopeful they projected those feelings on me too. I am so happy to be a mother and eternally thankful to Dr Itua and Lori My Dear Friend. Don’t be afraid and just do it! Try Dr itua herbal medicine today and sees different in every situation.Dr Itua Contact Info...Whatsapp+2348149277967/drituaherbalcenter@gmail.com Dr Itua have cure for the following diseases.All types of cancer,Liver/Kidney inflammatory,Fibroid,Infertility.Diabetes,Herpes Virus,Diabetis,Bladder cancer,Brain cancer,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Gestational trophoblastic disease,Head and neck cancer,Hodgkin lymphoma. Intestinal cancer,Kidney cancer,Leukemia,Liver cancer,Lung cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Neuroendocrine tumors. Non-Hodgkin lymphoma,Oral cancer,Ovarian cancer,Sinus cancer,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Stomach cancer. Testicular cancer,Throat cancer,Thyroid Cancer,Uterine cancer,Vaginal cancer,Vulvar cancerBipolar Disorder, Bladder Cancer,Colorectal Cancer,HPV,Breast Cancer,Anal cancer.Appendix cancer.,Kidney Cancer,Prostate Cancer,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Adrenal cancer.Bile duct cancer,Bone cancer.Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,OsteoporosisAlzheimer's disease,Brain cancer.Dementia.Weak Erection,Love Spell,Leukemia,Fribroid,Infertility,Parkinson's disease,Inflammatory bowel disease ,Fibromyalgia.
ReplyDeleteBest Casinos in Las Vegas 2021 - Mapyro
ReplyDeleteLooking for the 태백 출장마사지 best casinos in Vegas 2021? Mapyro 세종특별자치 출장샵 is your top 바카라 pick to try your luck 정읍 출장안마 in your search. Find your ideal 남원 출장샵 location today!