DitujukanuntukmemenuhitugasKeperawatanDewasa
Kelompok
8 / PSIK II B
·
Aniatunissa
·
DiahRahmayanti
·
IrwanFirdaus
·
Muhammad Fahrudin
·
Nova Dwi Putra
TUGAS
ANALISA KASUS PASIEN DENGAN BPH(3)
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG
2013-2014
HAL
HAL YANG TIDAK DIMENGERTI
DC : Dower cateter.
Hesistency
: Anyang-anyangan, keterlambatan dalam memulai pengeluaran urin.
TURP
: Transurethral Resection Of The Prostate.
Pus
: Nanah.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Di
indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika
dilihat secara umumnya, diperkirakan
hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun, dengan kini usia
harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita penyakit BPH ini.
Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia sudah masuk ke dalam lingkungan usia di
atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta lebih bilangan rakyat
indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang berusia 60
tahun dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secara umumnya
dinyatakan bahwa kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH.
1.2 Rumusan masalah
1. Mencari istilah yang tidak dimengerti?
2. Menyebutkan definisi
3. Menyebutkan etiologi dan faktor resiko
4. Menjelaskan patofisiologi
5. Menjelaskan patomekanisme timbulnya gejala
6. Menjelaskan deskripsi riwayat kesehatan
7. Mendiskusikan pemeriksaan diagnostik
8. Mendiskusikan penatalaksanaan obat dan tindakan
medis yang dilakukan
9. Mengidentifikasi penatalaksanaan diet
10. Menentukan diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus menurut NANDA
11. Menentukan tujuan perawatan (NOC) setiap
diagnosa keperawatan yang muncul
12. Merancang intervensi keperawatan yang sesuai
(NIC)
1.3 Tujuan penulisan
Mengetahui lebih dalam pembelajaran dan pemberian
Asuhan Keperawatan pada pasien penderita BPH ( benign prostatic hyperplasia)
1.4 Manfaat penulisan
a.
Bagi penulis, makalah ini dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mendalami pemahaman tentang menganalisa kasus dan mebuat rencana
asuhan keperawatan pada pasien penderita BPH.
b.
Bagi pembaca, khususnya mahasiswa
keperawatan makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembelajaran asuhan
keperawatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 DEFINISI BPH ( BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA)
Merupakan
pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan karena hiperplasi beberapa atau
semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang
menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.
2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Penyebab
yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung. Pada hormone androgen. Faktor lain
yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan ada beberapa faktor
kemungkinan penyebab anatara lain :
·
Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan
reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami
hiperplasi
·
Perubahan keseimbangan hormone esterogen
– testoteron
Pada proses penuaan pada pria
terjadi peningkatan hormone esterogen dan penurunan testoeron yang
mengakibatkan hiperplasi stroma.
Faktor resiko
·
Umur
Sesuai dengan penambahan usia,
kadar testoteron mulai menurun dan menurunkan kemampuan buli-buli dalam mempertahankan
aliran urin pada proses adaptasi oleh adanya obstruksi karena pembesaran
prostat.
·
Riwayat keluarga
Karena dalam riwayat keluarga
terdapat mutasi dalam gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan tumor
mangalami gangguang sehingga sel akan berpoliferasi secara terus menerus tanpa
adanya batas kendali.
·
Kurangnya makanan berserat
Pada sayuran didapatkan mekanisme
yang multifactor dimana didalamnya dijumpai bahan atau substansi anti
karsinogen seperti karoteniod.
·
Kebiasaan merokok
Nikotin dan konitin pada rokok
meningkatkan aktivitas enzim perusak androgen sehingga menyebabkan penurunan
kadar testosterone.
2.3 PATOFISIOLOGI
Kelenjar prostat terletak tepat di
bawah leher kandung kemih dan melingkari uretra. Apabila terjadi pembesaran abnormal
atau multiplikasi sel karena sel benigna, tekanan pada uretra pars prostatika
akan timbul, yang selanjutnya dapat menghambat aliran keluar urine. Selama
proses ini, muskulus destrusor mulai menebal dan akhirnya kandung kemih menjadi
sangat peka sehingga kontraksi terjadi meskipun jumlah urine sedikit. Jika
tekanan pada kandung kemih tidak dikurangi maka akan terjadi aliran balik urine
ke dalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureter.
2.4
PATOMEKANISME TIMBULNYA GEJALA
Gejala hyperplasia prostat disebabkan oleh obstruksi
saluran keluar dan iritasi kandung kemih yang sering disebut prostatisme atau
belakangan ini lebih dikenal dengan sebutan gejala saluran kemih bawah. Karena
pemebesaran kelenjar prostat secara lambat, banyak gejala yang dapat
ditoleransi oleh pasien hingga terjadi retensi urine akut. Pada awalnya,
manifestasi klinis BPH meliputi : keluhan sering berkemih, berkemih secara
lambat, pancaran dan dorongan urine melemah. Iritasi kandung kemih dapat
menyebabkan gejala desakan untuk berkemih, nokturia, dan pengosongan kandung
kemih yang tidak sempurna sehingga terdapat residu urine dan terjadi infeksi.
Hematuria terjadi karena pembesaran
prostat dan pembuluh darah yang robek akibat mengejan. Pada BPH nyeri terasa
diperut sebelah bawah, bagian bawah atau sisi panggul.
2.5
DESKRIPSI RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan
utama : Tidak bisa BAK
Riwayat
terdahulu : hipertensi
Riwayat
sekarang : BPH ( benign prostatic Hiperplasia)
2.6
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Umum
:
Kasus :
Pemeriksaan
laboratorium :
Hematologi
/ HB ; 9,9 g/dl ,Leukosit ; 11.000/ML,
Trombosit
; 250.000, Hematokrit ; 30%
2.7 PENATALAKSANAAN
OBAT DAN TINDAKAN MEDIS
Umum :
alpha blocker, obat ini bekerja dengan menghambat
reseptor alpha yang banyak ditemukan diotot polos di trogonum, leher kandung
kemih, prostat, dan kapsul prostate. Penghambatan ini akan menyebabkan
relaksasi pada daerah prostat sehingga tekanan akan berkurang dan meringankan
obstruksi, sehingga gejala gangguan berkemih akan teratasi. Dan alpa blocker
merupakan pilihan pertama untuk mengatasi gejala gangguan berkemih yang
disebabkan oleh BPH. Pilihan obat-obatan lainnya adalah kelas 5-alpha reduktase
inhibitor dan fitoterapi yang merupakan pilihan kedua untuk mengatasi gejala
gangguan berkemih.
Kasus :
Pasang infuse RL 500cc/8 jam, ceftriaxone 3x500 gr,
ketorolax 3x1 ampul, ranitidine 3x1 ampul.
2.8 PENATALAKSANAAN DIET
Anjurkan pasien untuk diet tinggi makanan berserat,
makan banyak buah. Jangan anjurkan pasien terlalu banyak minum air putih berlebihan pada malam hari untuk
menghindari nokturia.
BAB
III
ANALISA
KASUS
Tanggal
11-10-12
Tn J umur 64 tahun pekerjaan : pensiunan PNS
selalu kontrol ke poli bedah untuk ganti selang DC, masih tidak bisa BAK, BAK pancaran melemah, hesistency(+), klien dianjurkan untuk operasi BPH namun klien masih menolak dengan alasan biaya dan tidak ada anak yg mau menunggunya di RS,diagnosa medis: BPH
Tn J umur 64 tahun pekerjaan : pensiunan PNS
selalu kontrol ke poli bedah untuk ganti selang DC, masih tidak bisa BAK, BAK pancaran melemah, hesistency(+), klien dianjurkan untuk operasi BPH namun klien masih menolak dengan alasan biaya dan tidak ada anak yg mau menunggunya di RS,diagnosa medis: BPH
Tanggal
15-10-12
Klien setuju dilakukan operasi TURP
Tanggal 17-10-12
Pada saat dikaji
Tn. J masih mengeluh nyeri luka post operasi. Nyeri bertambah apabila klien miring kiri/kanan skala nyeri 6 nyeri dirasakan klien terutama bila ganti balutan.klien tampak lemah berkeringat, klien mengatakan sudah 3 hari belum mandi,tampak luka operasi panjang 8cm, tampak kemerahan, pus (-)
TD : 160/80 mmhg, N: 84 x/mnt, R 22x/mnt S: 37°C.
Riwayat penyakit lain hipertensi (+)
Klien setuju dilakukan operasi TURP
Tanggal 17-10-12
Pada saat dikaji
Tn. J masih mengeluh nyeri luka post operasi. Nyeri bertambah apabila klien miring kiri/kanan skala nyeri 6 nyeri dirasakan klien terutama bila ganti balutan.klien tampak lemah berkeringat, klien mengatakan sudah 3 hari belum mandi,tampak luka operasi panjang 8cm, tampak kemerahan, pus (-)
TD : 160/80 mmhg, N: 84 x/mnt, R 22x/mnt S: 37°C.
Riwayat penyakit lain hipertensi (+)
Pemeriksaan
laboratorium:
Hematologi : Hb :9,9 g/dl
Leukosit ; 11.000 /Ml
Trombosit : 250.000
Hematokrit : 30 %
Hematologi : Hb :9,9 g/dl
Leukosit ; 11.000 /Ml
Trombosit : 250.000
Hematokrit : 30 %
Terapi ;
pasang infus rl 500cc/8 jam, cefriaxone 3 x 500 gr,ketorolak 3x1 amp,ranitidine
3x1 amp
DIAGNOSA
NANDA
Symptom
|
etiologi
|
problem
|
|||||||||
DO :
a.
Tampak luka operasi panjang 8 cm.
b.
Klien tampak lemah dan
berkeringat
c.
Luka operasi panjang 8 cm, tampak
kemerahan.
d.
TD : 160/80 mmhg,
N: 84x/mnt, R:
22x/mnt, S : 37°C
e.
Hematologi : Hb :9,9 g/dl
f.
Leukosit : 11.000
g.
Trombosit : 250.000
h.
Hematokrit : 30 %
DS
:
a.
Mengeluh nyeri post. Operasi
b.
Merasakan nyeri bertambah saat
miring kanan miring kiri.
c.
Skala nyeri 6 dirasakan saat
ganti balutan
d.
Klien mengatakan belum mandi 3
hari
|
Luka
operasi
Kerusakan integritas
jaringan
Impuls nyeri diteruskan ke bagian
medulla spinalis melalui saraf perifer
Hypothalamus sebagai respon otak
Nyeri
|
Nyeri akut
|
Rencana
keperawatan
Diagnosa
keperawatan
|
NOC
(tujuan)
|
NIC
(intervensi)
|
Aktifitas
|
Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri / agen cedera
|
Pain
level
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri pasien
berkurang dengan criteria hasil :
·
Melaprkan adanya nyeri secara verbal
·
Frekuensi nyeri dalam skala 0-3
·
Ekspresi nyeri pada wajah berkurang
·
Keringat berlebih berkurang
·
Pasien tidak malaise
|
Pain
management
|
·
Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
termasuk lokasi, durasi dan karakteristik.
·
Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
·
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
·
Ajarkan klien tentang tehnik non farmakolgi
·
Berikan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
·
Evaluasi keefektifan control nyeri
·
Tingkatkan istirahat
|
BAB
IV
KESIMPULAN
Umum penyakit :
Merupakan pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi
jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra
pars prostatika.
Faktor resiko yang sering terjadi dikarenakan faktor
usia, karena bertambahnya usis maka pembesaran terhadap kelenjar prostat juga
berkembang.
Kasus :
Tn. J didiagnosa keperawatan dengan nyeri akut, maka
dilakukan pain management dengan aktifitas yang tepat yaitu :
·
Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi, durasi dan karakteristik.
·
Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
·
Ajarkan klien tentang tehnik non
farmakolgi
·
Berikan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
·
Evaluasi keefektifan control nyeri
·
Tingkatkan istirahat
Dengan
criteria hasil :
·
Melaporkan adanya nyeri secara verbal
·
Frekuensi nyeri dalam skala 0-3
·
Ekspresi nyeri pada wajah berkurang
·
Keringat berlebih berkurang
·
Pasien tidak malaise
BAB
V
DAFTAR
PUSTAKA
Chang esther dkk 2006 Patofisiologi: “aplikasi pada
praktik keperawatan” Penerbit buku kedokterak EGC
Nanda international
2010 “Diagnosa Keperawatan :
definisi dan klasifikasi 2009-2014” penerbit buku kedokteran EGC
Eprints.undip.ac.id diambil pada tanggal 25 –
03-2014 pada jam 11.57 WIB
id.astellas.co.id/content/view/information/120/pembesaran-prostat-jinak-benign-prostatic-hyperplasia-bph.
Diambil pada tanggal 25 – 03 – 2014 dan pada jam 20.07 WIB
www.tanyaprostat.com
Diambil pada tanggal 23 – 03 -2014 dan pada jam 23.32 WIB
0 komentar:
Post a Comment