TUGAS PAPER DISASTER
MANAJEMEN BENCANA UNTUK BENCANA
KECELAKAAN TRANSPORTASI ( LINGKUNGAN STIKes FALETEHAN )
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
III
IRMA
ASTUTI
IVAN
DHANY HIDAYAT
IWAN
ROSADI
KARTIKA
BUDIARTI
KURNIADI
ABDILLAH
MOHAMMAD
NASHIR ANJANI
|
MUHANDI
NOERFAIZAH
NOVIANA
MEILANI
NURLELA
RENA
FITRI YANTI
|
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES FALETEHAN SERANG BANTEN
2015-2016
LATAR BELAKANG
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan
keadaan serius yang menjadi masalah kesehatan di negara maju maupun berkembang.
Di negara berkembang seperti Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri
memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang cenderung semakin meningkat.
Jumlah kecelakaan lalu lintas dari
tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun) dengan pertambahan
prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun.
Lebih dari 80% pasien yang masuk ke
ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa
tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda, dan penyeberang jalan yang ditabrak.
Sisanya merupakan kecelakaan yang disebabkan oleh jatuh dari ketinggian,
tertimpa benda, olah raga, dan korban kekerasan.
Indonesia dewasa ini menghadapi
permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang cukup serius, menurut data dari
Mabes Polri setiap tahun tercatat 9.856 orang meninggal akibat kecelakaan lalu
lintas jalan tersebut. Tingginya korban kecelakaan tersebut disadari telah
mendorong tingginya biaya pemakai jalan, dan secara ekonomi menyebabkan
terjadinya pemborosan sumber daya. Berbagai upaya penanganan juga telah
dilakukan untuk mengurangi jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas jalan (accident
severity) tersebut.
Distribusi korban kecelakaan lalu
lintas terutama kelompok usia produktif antara 15-44 tahun dan lebih didominasi
kaum laki-laki. Kelompok ini merupakan aset sumber daya manusia yang sangat
penting untuk pembangunan bangsa.
Untuk
di sekitar lingkungan STIKes Faletehan Serang sendiri rawan sekali akan resiko
kecelakaan di tinjau dari posisi jalan yang naik turun dan pengguna kendaraan
roda 4 dan roda 2 yang makin meningkat, sehingga pengemudi yang tidak bisa
mengontrol kendaraannya bisa terjadi kecelakaan.
MENEJEMENT BENCANA UNTUK BENCANA
KECELAKAAN TRANSPORTASI
A. Definisi Bencana
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan
dengan atau tanpa penggunaan jalan lain yang mengakibatkan korban manusia atau
kerugian harta benda (pasal 1 angka 24 UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan)
B. Penanganan Pertama Pada Korban
Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut
World Health Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia
dinilai sebagai pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung koroner dan
tuberculosis/TBC dalam dua tahun terakhir ini. Data dari WHO pada tahun 2011
menyebutkan bahwa 67% korban kecelakaan lalu lintas masih berusia produktif,
yaitu berusia antara 22-50 tahun. Sekitar 400.000 korban kecelakaan lalu lintas
yang meninggal di jalan raya berusia di bawah 25 tahun. Artinya rata-rata angka
kematian kematian anak dan remaja akibat kecelakaan lalu lintas sekitar 1.000
orang setiap harinya. Selain itu, kecelakaan lalu lintas dianggap menjadi
penyebab utama kematian anak-anak di dunia pada rentang usia 10-24 tahun.
Salah
satu faktor yang memicu meningkatnya angka kejadian kecelakaan lalu lintas di
Indonesia adalah faktor kelalaian pengguna jalan, serta meningkatnya jumlah
kendaraan di Indonesia. Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Data yang dirilis dari Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
menyebutkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 109.038 kasus kecelakaan dengan
korban meninggal dunia sebanyak 27.441 orang, dan potensi kerugian sosial
ekonomi ditaksir sekitar 203 triliun - Rp 217 triliun rupiah setiap tahun.
Kerugian tersebut merupakan 2,9%-3,1 % dari Pendapatan Domestik Bruto/PDB
Indonesia. Selain itu pada tahun 2011, kejadian kecelakaan lalu lintas sebanyak
109.776 kasus, dengan korban meninggal dunia sebesar 31.185 orang.
Tingginya
angka kematian pada korban kecelakaan lalu lintas mungkin bisa disebabkan oleh
pemberian pertolongan pertama yang kurang tepat pada korban tersebut. Umumnya
saat terjadi kecelakaan di Indonesia, seringkali masyarakat berkerumun di
sekitar tempat kejadian. Kerumunan tersebut tidak untuk membantu korban, tetapi
malah cuma sekedar ingin melihat korban kecelakaan. Berikut ini adalah beberapa
langkah yang bisa dilakukan oleh penolong pada korban kecelakaan lalu lintas :
1. Lakukan prinsip 3A (aman penolong,
aman korban, dan aman lingkungan). Pada korban dengan perdarahan, usahakan agar
kulit Anda tidak kontak langsung dengan darah tersebut karena itu akan berisiko
untuk menularkan penyakit. Selain itu, korban juga harus dipindahkan ke tempat
yang aman sebelum diberikan pertolongan lanjut. Namun, pada proses pemindahan
korban ke tempat yang aman harus dilakukan dengan metode yang tepat. Kalau
korban mengalami perdarahan hebat pada kepala, memar pada area kepala dan
wajah, serta adanya memar pada leher dan sekitar bahu korban maka Anda harus
berhati-hati. Anda harus mencurigai adanya patah tulang leher (fraktur
cervical). Kalau terjadi fraktur cervical, maka proses pengangkatan harus
benar. Jika proses pengangkatan tidak tepat, maka akan menjadi pembunuh yang
paling cepat karena pada ruas tulang leher ada syaraf untuk
pernapasan.
2. Periksa kesadaran korban. Cara
memeriksa kesadaran korban adalah dengan menepuk dan menggoyangkan bahu korban
disertai dengan memanggil korban dengan nada lantang. Kalau korban tidak
berespon, berikan rangsangan nyeri pada pertengahan dada korban (tulang
sternum).
3. Kalau korban tidak menunjukkan
adanya respon yang normal, segera berteriak minta bantuan kepada masyarakat
sekitar kalau memang Anda sendirian. Tetapi, kalau Anda tidak sendirian, Anda
dapat meminta orang lain untuk mencari bantuan/menghubungi kantor pelayanan
kesehatan terdekat (Puskesmas dan rumah sakit terdekat).
4. Raba nadi karotis (nadi yang ada di
leher korban). Kalau nadi karotis tidak teraba, maka korban mengalami henti
jantung. Segera lakukan resusitasi jantung paru (RJP)/Cardiopulmonary
Rescucitation (CPR). Tetapi kalau nadi karotis masih teraba, lanjutkan
dengan penilaian napas pada pasien.
5. Lihat apakah ada pengembangan dada
atau tidak. Dengarkan suara napas/hembusan udara dari hidung atau mulut. Kalau
tidak ada napas pada korban, lakukan/berikan bantuan napas pada korban. Bantuan
napas dapat diberikan dengan teknik mouth to mouth/dari mulut ke mulut.
Tetapi kalau Anda memutuskan memberikan bantuan napas melalui mouth to mouth,
Anda harus melindungi diri Anda agar tidak tertular oleh penyakit yang mungkin
dipunyai korban.
6. Kalau korban masih menunjukkan
respon yang bagus, dan ada perdarahan terbuka, maka segera hentikan perdarahan dengan
memberikan balut tekan pada area yang mangalami perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi AA.
Penanganan Cedera Kepala di Puskesmas. Disitasi pada tanggal 4 Februari 2008
dari:http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-1.html-17k.
[Last update : Desember 2007]
Hardajati S. Penerapan Variable Traffic Controllers
System di DKI Jakarta. Disitasi pada tanggal 4 Februari 2008 dari :
http://www.digilib.itb.ac.ai. [Last update : Agustus 2007]
Japardi I. Cedera Kepala. Dalam : Patologi dan Fisiologi
Cedera Kepala. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 2004.
0 komentar:
Post a Comment