RESUME SISTEM PERNAPASAN
PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA
RINA NINGSIH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes FALETEHAN SERANG-BANTEN
2015-2016
Sistem pernapasan pada manusia
adalah sistem menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan
karbondioksida dan uap air. dalam proses
pernapasan, oksigen merupakan kebutuhan zat
kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara
dilingkungan sekitar. Alat-alat pernapasan berfungsi memasukan udara yang
mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida dan
uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa
bernapas terjadi pernapasan energi. Sistem pernapasan manusia mencakup dua hal
yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan.
Saluran pernapasan atau tractus respiratoryus (respiratory
tract) adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan
tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini
berpangkai pada hidumg atau mulut dan berakhir pada paru-paru.
A.
ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
1.
Lubang Hidung (
Nares Anterior )
Adalah
saluran-saluran didalam lubang hidung , saluran-saluran itu bermuara kedalam
bagian yang dikenal sebagai rongga hidung ( vestibulum ). Vestibulum dilapisi
dengan epitelium organ yang bersambung dengan kulit. Lapisan ini memuat
sejumlah kelenjar sebasea yang ditutupi oleh buluh kasar.
2.
Hidung
Secara
normal udara masuk kedalam sistem pernapasan melalui hidung. Ujung hidung
ditunjang oleh tulang rawan dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis.
Rongga hidung dibatasi oleh 2 tipe mukosa, yaitu : Mukosa respirasi hangat dan
jalanya masuk udara, dan mukosa olfaktory yang berisi receptor-receptor saraf
pembau.\
Rongga
hidung dibagi menjadi 2 yaitu
ü Bagian depan seputum
ditunjang oleh tulang rawan
ü Bagian belakan ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang
ethmoid.
Terdapat
4 rongga paranasal ( sinus )
ü Sinus maksilaris
ü Sinus Frontalis
ü Sinus Ethmoidal
ü Sinus Sfenoidal
Fungsi Hidung terdiri dari :
ü Bekerja sebagai saluran udara pernapasan
ü Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu
hidung
ü Menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa
ü Membunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara pernapasan oleh
leukosit yang terdapat dalam selaput lendir ( mukosa )
3.
Tekak ( Faring
)
Faring
adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar
dibagian atas dan yang sempit dibagian bawah.
kantong
ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vetebrata
servikal ke-6. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih
14 cm. bagian ini merupakan bagian
dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam
keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian
fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan
laringofaring (hpofaring).
Di
sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak
dalam rangkaian jaringan ikat yang termasukdalam sisitem retikuloendotelial.
Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh.
Persarafan
motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus dibentuk oleh cabang faring dari nervus vagus (motorik), cabang dari
nervus glosofaring dan serabut simpatis.
Berdasarkan
letaknya faring dibagi dalam tiga bagian :
a.
Bagian sebelah
atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
b.
Bagian tengah
yang sama tingginya dengan istimus fausium disebut orofaring
c.
Bagian bawah
sekali dinamakan laringofaring.
4.
Pangkal
Tenggorok ( Laring )
Laring
merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya
menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar dari pada
bagian bawah. Batas atas adalah aditus laring sedangkang batas bawah adalah
kaudal kartilago krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu lubang
yaitu tulang hiloid dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hiloid berbentuk
seperti huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan
tengkorak oleh tendo dan otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot ini akan
menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam maka otot-otot
ini bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakan lidah.
Tulang
rawan yang menyusun laring adalah
a.
Kartilago
tiroid (1 buah) depan jakun (adam aple), sangat jelas terlihat pada pria.
b.
Kartilago
ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker.
c.
Kartilago
krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin.
d.
Kartilago
epiglottis (1 buah).
Dengan
adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare, maka
terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita
suara palsu).bidang antara plika vokalis kiri dan kanan disebut rima glotis
sedangkan antara kedua plika ventrikularis disebut rima vestibuli.
Laring
berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta
fonasi. Fungsi laring sebagai fonasi yaitu dengan membuat suara serta
menentukan rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika
vokalis dalam aduksi. Maka muskulus krikotiroid akan merotasikan kartilago
tiroid kebawah dan kedepan, menjahui kartilago aritenoid.
Peroses
Pembentukan Suara
a.
Tahap Mendengar
b.
Tahap Membaca
5.
Batang
Tenggorok ( Trakea )
Trakea
adalah pipa terbuka yang mempunyai diameter 2.5 cm dan panjang 10 sampai 12 cm.
trakea terletak dibawah laring dan diatas paru-paru dimana terbagi menjadi 2
cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang masing-masing masuk keparu kanan dan
kiri. Cabang terkecil dikenal sebagai bronkiolus.
6.
Bronkus
Bronkus
merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis ke IV dan V. bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan
merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal dari pada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang
dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.
7.
Lobus –lobus
pada Paru-paru
Paru
–paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya didalam
rongga dada atau thoraks. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediatinum
sentarl yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darahbesar.
8.
Peredaran Darah
Paru-paru
Paru
–paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri
pulmonalis. Sirkulasi bronkial menyediakan darah teroksigenisasi dari sirkulasi
sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru.
Tekanan
darah sistemik sekitar 120/80 mmhg, sedangkan tekanan darah pulmonar (PAP)
sekitar 25/10 mmhg dengan tekanan rata-rata sekitar 15 mmhg.
Pernapasan
Paru-paru (Pernapasan Pulmoner)
Merupakan
pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Fungsi utama
pernapasan adalah O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi
CO2 yang dihasilkan oleh sel.
a.
Ventilasi
Udara
bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat
antara asmofer dan alveolus akibat mekanik dari otot-otot. Selama inspirasi,
volume thoraks bertambah besar karena diaphragma turun dan iga terangkat akibat
kontraksi beberapa otot yaitu otot sternocleidomastoideus mengangkat sternum
keatas dan otot seratus. Sklanes dan intercostalis eksternus mengangkat
iga-iga.
b.
Difusi
Transfer
oksigen dan karbondioksida melintasi membran alveolus-kapiler yang tipis.
Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut
besarnya sekitar 149 mmHg (21% dan 760 mmHg). Dalam keadaan beristirahat
normal, difusi dan keseimbangan oksigen dikapiler darah paru-paru dan alveolus
belangsung kira-kira 0,25 detik dari total wktu kontak selama 0,75 detik.
a.
Transfortasi Gas
Bagian
fisiologi yang penting dari respirasi adalah perubahan gas antara alveoli dan
kafiler dalam paru-paru, dan antara sel dan kapiler didalam jaringan tubuh.
Perubahan yang dinamakan external respirasi dan internal respirasi.
B.
PENYAKIT /
GANGGUAN YANG MUNCUL PADA SISTEM PERNAPASAN
1.
Asma
2.
Faringitis
3.
Influenza (Flu)
4.
Emfisema
5.
Bronkitis
6.
Asbestosis
7.
Sinusitis
8.
Tuberculosis
(TBC)
9.
Pneumonia
10.
Dipteri
11.
Renitis
12.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
13.
Kanker Paru-paru
14.
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
15.
Tonsilitis
16.
Hipoksia
PATOFISIOLOGI
Antigen
yang terikat IgE pd permukaan sel
|
Mengeluarkan
mediator : histamine, platelet
bradikinin
|
Permeabilitas
kapiler meningkat
|
Konsentrasi O2 dalam darah menurun
|
Edema mukosa,
sekresi produktif, kontriksi otot polos meningkat
|
Hipoksemia
|
Ganggguan pertukaran gas
|
Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus
|
Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus pd tahap
ekspirasi dan inspirasi
|
Mucus berlebih, batuk, sesak napas
|
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
|
C.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG PADA SISTEM PERNAPASAN
1.
CT scan
Pemeriksaan
dengan zat kontras, dan MRI ( pencitraan resonasi magnetik) pemeriksaan
tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik
untuk melakukan keluasaan infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dan
kasus tumor.
2.
Gas darah
arteri (GDA) dapat menunjukan hipoksemia
berat (PaO2 dibawah 50 mmHg) dan hiperkapnia (PaCO2 diatas 50 mmHg).
3.
Foto dada
menunjukan infiltrat alveolar jika terjadi SDPD, serta adanya area atelektasis.
4.
Pemeriksaan
rontgen dada melihat keadaan patokogik clan atau kemajuan penyakit yang tidak
diketahui.
5.
Hemodianamik
6.
EKG.
D.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN PADA SISTEM PERNAPASAN
1.
PENGKAJIAN UMUM
SISTEM PERNAPASAN
Perawat yang memberikan asuhan kepada klien dengan gangguan sistem
pernapasan melakukan dan menginterprestasi berbagai prosedur pengkajian. Proses
pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual
a.
Biodata
Nama,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status marital, alamat, penanggung jawab,
hubungan dengan klien.
b.
Riwayat
kesehatan
klien
diawali dengan mengumpulkan informasi tentang data biografi, mencakup nama,
usia, jenis kelamin, dan situasi kehidupan klien. Data demografi biasanya
dicatat pada formulir pengkajian rumah sakit atau klinik. Perhatikan usia
biologik klien dan bandingkan dengan penampilanya. Apakah klien tampak sesuai
dengan usianya ? kelainan seperti kanker paru dan penyakit paru kronis sering
membuat klien tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Situasi kehidupan, apakah
klien hidup sendiri, dengan anak-anak, atau dengan orang terdekat (kerabat),
penting untuk diketahui sehingga perawat dapat membuat rencana pemulangan yang
sesuai.
Riwayat pernapasan mengandung pernapasan informasi tentang kondisi
klien saat ini dan masalah-masalah pernapasan sebelumnya. Wawancara klien dan
keluarga dan fokuskan pada manifestasi klinik tentang keluhan utama, peristiwa
yang mengarah pada kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu, riwayat
keluarga, dan riwayat psikososial.
c.
Keluhan Utama
Keluhan
utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas interversi keperawatan dan untuk
mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatanya saat ini. Keluhan
umum penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum,
hemoptisis, mengi, dan nyeri dada. Fokuskan pada manifestasi dan prioritaskan
pertanyaan untuk mendapatkan suatu analisis gejala.
d.
Riwayat
kesehatan sekarang
Untuk
mendapatkan riwayat sistem pernapasan yang sempurna, penting sekali mengkaji
karakteristik setiap manisfestasi yang tampak. Jika klien menggambarkan gejala
pernapasan tertentu, kaji setting, waktu, presepsi klien, kualitas dan
kuantitas sputum, lokasinya, faktor-faktor yang memperburuk dan yang meredakan,
serta manifestasi yang berkaitan.
Dalam
setting seperti apa gejala timbul paling sering ? setting mengacu pada waktu
dan tempat atau situasi tertentu-setting fisik dan lingkungan psikososial saat
klien mengalami keluhan.
Waktu
( gejala terjadi bertahap atau mendadak) dan priode (berhari-hari,minggu, atau
bulan), misalnya batuk pada pagi hari atau sesak napas berkaitan dengan
berbaring terlentang pada malm hari.
Kualitas
dan kuantitas masalah harus diuraikan dalam bahasa yang umum. Minta klien untuk
melaporkan besar, ukuran, jumlah dan keluasan
keluhan utama. Terutama masalah yang berkaitan dengan pembentukan sputum,
Lokasi yang menjadi keluhan harus dicatat. Lokasi ini terutama
penting ketika klien mengeluh tentang nyeri, karena lokasi membedakan apakah
nyeri yang diderita berasal dari kelainan jantung atau pernapasan.
Faktor
yang memperburuk dan meredakan. Tanyakan pada klien hal-hal apa yang dapat menimbulkan
atau menghilangkan gejala yang dialaminya. Adakah ketrerkaitan dengan aktivitas
tertentu dengan gejala yang dialami. Apakah timbul setelah klien menggunakan
obat-obatan tertentu.
e.
Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
Riwayat
kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan
anggota keluarganya. Tanyakan klien tentang perawatan dirumah sakit atau
pengobatan masalah pernapasan sebelumnya. Informasi tentang kapan penyakit
terjadi atau waktu perawatan. Tanyakan klien adakah riwayat keluarga tentang
penyakit pernapasan.
1.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan. Gunakan tekhnik
inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Kondisi dan warna kulit klien perhatikan
selama pemeriksaan, kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan selama
pemeriksaan untuk menentukan kecukupan pertukaran gas.
a.
Inspeksi
Inspeksi
dimulai dengan pengamatan kepala dan area leher untuk mengetahui setiap
kelainan utama yang dapat mengganggu pernapasan, perhatikan bau napas dan
apakah ada sputum, pengembangan cuping hidung, napas bibir dimoyongkan, atau
sianosis membran mukosa.
b.
Palpasi
Dada
dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dada dan medula
spinalis adalah tekhnik skrining umum untuk mengidentifikasi adanya
abnormalitas seperti inflamasi.
c.
Perkusi
Perkusi
dilakukan untuk mengkaji ekskrusi
diafragm. Jika klien mempunyai penyakit pada lobus bawah misalnya konsolidasi
atau cairan pleura akan terdengar bunyi perkusi pekak.
d.
Auskultasi
Untuk mengetahui bunyi napas
normal atau abnormal
1.
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
Ds :
Do : pasien tampak sesak napas, susah mengeluarkan dahak
|
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
|
ketidakefektifan bersihan jalan napas
|
2.
|
Ds :
Do : pasien tampak sesak, gelisah
|
Hipoksemia
Gangguan pertukaran gas
|
Gangguan pertukaran gas
|
2.
DIAGNOSA
a.
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas b/d ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih
b.
Gangguan pertukaran
gas b/d gangguan suplai oksigen
3.
INTERVENSI
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan (NOC)
|
Intervensi (NIC)
|
1.
|
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan
napas.
Karakteristik :
·
Tidak ada
batuk
·
Suara napas
tambahan
·
Perubahan frekuensi
napas
·
Perubahan
irama napas
·
Sianosis
·
Kesulitan
berbicara atau mengeluarkan suara
·
Penurunan
bunyi napas
·
Dipsneu
Faktor-faktor
yang berhubungan :
Lingkungan :
·
Perokok pasif
·
Mengisap asap
·
Merokok
Obstruksi
jalan napas :
·
Spasme jalan
napas
·
Mokus dalam
jumlah berlebihan
·
Eksudat dalam
jalan alveoli
·
Materi asing
·
Adanya jalan
napas buatan
·
Sekresi
bertahan/sisa sekresi
·
Sekresi dalam
bronki
Fisiologis :
·
Jalan napas
alergik
·
Asma
·
Penyakit paru
obstruktif kronik
·
Hiperplasi
dinding bronkial
·
Infeksi
·
Disfungsi
neuromuskular
|
Setelah
tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kembali dengan normal Respiratory
status : ventilatio : Airway patency
Kriteria
hasil :
·
Mendemostrasikan
batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (
mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
·
Menunjukan
jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal)
·
Mampu
mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas.
|
Airway suction
·
Pastikan
kebutuhan oral/tracheal suctioning
·
Auskultasi
suara napas sebelum dan sesudah suctioning
·
Informasikan
pada klien dan keluarga tentang suctioning
·
Minta klien
napas dalam sebelum suction
·
Berikan O2
dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
·
Gunakan alat
yang steril setiap melakukan tindakan
·
Anjurkan
pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasoterakeal
·
Monitor
status oksigen pasien
·
Ajarkan
keluarga bagaimana cara melakukan suction
·
Hentikan
suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi, peningkatan
saturasi O2.
Airway
Management
·
Buka jalan
napas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
·
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
·
Auskultasi
suara napas, catat adanya suara tambahan
·
Berikan
pelembab udara kassa basah NaCl lembab
·
Monitor
respirasi dan status O2.
|
2.
|
Gangguan pertukaran gas
Definisi : kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau
eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler
Batasan karakteristik :
·
Ph darah
arteri abnormal
·
Ph arteri
abnormal
·
Pernapasan
abnormal (mis, kecepatan, irama, kedalaman
·
Warna kulit
abnormal (mis, pucat, kehitaman)
·
Penurunan
karbon dioksida
Faktor-faktor
yang berhubungan :
·
Perubahan
membran alveolar kapiler
·
Ventilasi
perfusi
|
·
Gas exchange
·
Ventilation
·
Vital sign
status
Kriteria
hasil :
·
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
·
Memelihara
kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distres pernapasan
·
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara napas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada
pursed lips )
·
Tanda –tanda
vital dalam rentang normal
|
Airway management
·
Buka jalan
napas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
·
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
·
Auskultasi
suara napas, catat adanya suara tambahan
Respiratory
Monitoring
·
Monitor
rata-rata, kedalaman irama dan usaha respirasi
·
Catet
pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclapicular dan intercostal
·
Monitor suara
napas , seperti dengkur
|
DAFTAR PUSTAKA
Arip
Mutakin, Medikal bedah, Askep dengan gangguan sistem pernapasan, Jakarta :
Salemba Medika, 2007
Dra
Suharyati samba, S kp.,dkk Rencana Asuhan keperawatan medikal bedah VOI 1.
Jakarta: EDC, 1998
Ani
Haryani Skep Ners dkk. Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung CV.Cakra, 2009.
Amin
Huda Nuralif dan Hardhi Kusuma, Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis
Dan NANDA NIC –NOC, Jogjakarta : Medication Jogja, 2015
0 komentar:
Post a Comment