BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penyakit
SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan
autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh
awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan
(cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin,
prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di
samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada
SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel
T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang
antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
LANDASAN TEORI
Lupus Eritematosus Systemik
(LES)
adalah suatu penyakit autoimun kronik yang ditandai oleh terbentuknya
antibodi-antibodi terhadap beberapa antigen diri yang berlainan.
Antibodi-antibodi tersebut biasanya adalah IgG atau IgM dan dapat bekerja
terhadap asam nukleat pada DNA atau RNA, protein jenjang koagulasi, kulit, sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Komplek antigen antibodi dapat
mengendap di jaringan kapiler sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas III,
kemudian terjadi peradangan kronik (Elizabeth, 2009).
Systemic
Eritematosus Lupus (SEL) atau lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit
autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis bervariasi
dari yang ringan sampai yang berat. Pada keadaan awal, sering sekali sukar
dikenal sebagai LES, karena manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan
(Sylvia dan Lorraine, 1995).
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari system endokrin
juga diedarkan melalui darah.. Darah manusia berwarna merah, antara merah
terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna
merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang
berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung.
Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme
berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis,
lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah
dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah
mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut
pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena
cava superior dan vena cava inferior.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme,
obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang
sebagai air seni.
B. Pengertian
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah
penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan
penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi
disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
C. Etiologi
Hingga kini faktor yang merangsang sistem pertahanan diri
untuk menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik,
kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan.
Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap
ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat
pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara
Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam
kajian. Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit
keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi
risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE).
D. Klasifikasi
Ada
3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1.
Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus
Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit.
2.
Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang
kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru,
ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE
(Systemics Lupus Erythematosus).
3.
Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah
penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah
pemakaian obat dihentikan.
Pengaruh kehamilan terhadap SLE
Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat selama kehamilan. Jika terjadi SLE, maka eksaserbasi meningkat 50-60%. Pada T.III eksaserbasi 50%, T.I & T.II eksaserbasi 15%, postpartum 20%.
Pengaruh SLE terhadap kehamilan
Prognosis b’dasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6 bulan eksaserbasi 25% dengan prognosis baik, jika < 6 bulan eksaserbasi 50% dengan prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E, kelahiran prematur, lupus neonatal.
Pengaruh kehamilan terhadap SLE
Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat selama kehamilan. Jika terjadi SLE, maka eksaserbasi meningkat 50-60%. Pada T.III eksaserbasi 50%, T.I & T.II eksaserbasi 15%, postpartum 20%.
Pengaruh SLE terhadap kehamilan
Prognosis b’dasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6 bulan eksaserbasi 25% dengan prognosis baik, jika < 6 bulan eksaserbasi 50% dengan prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E, kelahiran prematur, lupus neonatal.
E. Patofisiologi
Penyakit
SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan
autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh
awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan
(cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin,
prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di
samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi
autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal
sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus
tersebut berulang kembali.
F.
Tanda dan gejala
Tanda
atau gejala lainnya dari SLE telah dinyatakan oleh “American College of
Rheumatology” yaitu 11 kriteria untuk klasifikasi SLE. Kesebelas kriteria
tersebut antara lain:
Ruam malar
Ruam discoid
Fotosensitivitas (sensitivitas pada cahaya)
ulserasi (semacam luka) di mulut atau nasofaring
Artritis
Serositis (radang membran serosa), yaitu pleuritis (radang pleura) atau
perikarditis (radang perikardium)
Kelainan ginjal, yaitu proteinuria (adanya protein pada urin) persisten >0.5
gr/hari
Kelainan neurologik, yaitu kejang-kejang
Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik atau leucopenia
kelainan imunologik, yaitu ditemukan adanya sel LE positif atau anti DNA
positif
adanya antibodi antinuklear.
Selain itu, gejala atau tanda lainnya yang sering ditemukan antara lain penurunan berat badan, demam, dan kelainan tulang seperti pada arthritis.
Selain itu, gejala atau tanda lainnya yang sering ditemukan antara lain penurunan berat badan, demam, dan kelainan tulang seperti pada arthritis.
G.
Manifestasi Klinis
1.
Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis),
pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada
pagi hari.
2.
Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri
atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3.
Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4.
Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
5.
Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis
yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki,
tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan
dan berlanjut nekrosis.
6.
Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7.
Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat
sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi
depresi dan psikosis.
H. Pemeriksaan diagnostik
1. Ana Test
2. Anti ribosomal P
3. Anti Kardiopilin
4. Coombstest
5. Pemeriksaan Darah lengkap
6. Urinalisasi
I.
Evaluasi Diagnostik
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan
pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik
mencakup demam, keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula
artritis, peuritis dan perikarditis.
Pemeriksaan serum : anemia sedang
hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi
antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak
memastikan diagnosis.
J. Komplikasi
1.
Vaskulitis
2.
Perikarditis
3.
Myocarditis
4. Anemia
Hemolitik
5. Intra
Vaskuler Trombosis
6.
Hypertensi
7.
Kerusakan Ginjal Permanen
8.
Gangguan Pertumbuhan
K. Penatalaksanaan
Medis
1.
Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama
kortikosteroid, secara topikal untuk
kutaneus.
2.
Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
3.
Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.
4.
Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum) (metilprednisolon
1000 mg/24jam dengan pulse steroid th/ selama 3 hr, jika membaik dilakukan
tapering off).
5.
AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).
6.
Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg/kg per oral).
7.
Siklofospamid, diberikan pada kasus yang mengancam jiwa 700-1000 mg/m luas
permukaan tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan setiap 3 minggu.
Keperawatan
- Diet
Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional. - Aktivitas
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien SLE.
L. Pencegahan
- Hindari sinar matahari berlebihan
- Makan makanan yang sehat
- Hindari infeksi, misalnya infeksi luka tatto
- Bagi remaja perempuan sangat dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung hormon estrogen.
BAB
III
ANALISA
KASUS
Ny.
P umur 28 tahun dirawat dengan keluhan BAK sedikit, nyeri pinggang (+),
konjungtiva anemis, terdapat ruam merah yang membentang dikedua pipi.
Dokter
menganjurkan pasien untuk dilakukan hemodialisa namun klien menolak dengan
alasan biaya.
Hasil
lab : Hb 7gr/dl, trombositopenia, leukositosis, antibody antinukleus (+)
Th/predison
80mg
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. P
Umur : 30 tahun
Agama : -
Jenis
kelamin : Perempuan
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku/bangsa :
Atatus
Perkawinan :
Tanggal
masuk RS :
Tanggal
Pengkajian :
No.
medrec :
Diagnose
Medis : SLE
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : BAK sedikit nyeri
pingggang (+)
B. Pola
aktivitas sehhari hari
C. Pemeriksaan
fisik
Pengkajian
1. Anamnesis
riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah,
nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya
hidup serta citra diri pasien.
2. Kulit,
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
3. Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
4. Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
5. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
6. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
Pleuritis atau efusi pleura.
7. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem Renal
Edema dan hematuria.
Edema dan hematuria.
9. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.
A. Pengkajian
1. Anamnesis
riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah,
nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya
hidup serta citra diri pasien.
2. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka
atau leher.
3. Kardiovaskuler
a) Friction
rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
b) Lesi
eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor
lengan bawah atau sisi lateral tanga.
4. Sistem
Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
5. Sistem
integumen
a) Lesi
akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang
pangkal hidung serta pipi.
b) Ulkus
oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
6. Sistem
pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
7. Sistem
vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi
papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut
nekrosis.
8. Sistem
Renal
Edema dan hematuria.
9. Sistem
saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan
kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya
1. Pengkajian
a. Anamnesis
riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah,
nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya
hidup serta citra diri pasien.
b. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada
kulit kepala, muka atau leher.
c. Kardiovaskuler
Friction
rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
d. Sistem
Muskuloskeletal
Pembengkakan
sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
e. Sistem
integument
Lesi
akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang
pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi
atau palatum durum.
f. Sistem
pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
g. Sistem
vaskuler
Inflamasi
pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan
purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah
atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
h. Sistem
Renal
Edema dan hematuria.
i.
Sistem saraf
Sering
terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun
manifestasi SSP lainnya.
D. Analisa
data
No.
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
DS
: BAK sedikit, nyeri pinggang (+),
DO
: konjungtiva anemis,
berat badan menurun
|
|
Kekurangan
volume cairan
|
|
|
|
|
Asuhan keperawatan
No.
|
Diagnose
|
NOC
|
NIC
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0 komentar:
Post a Comment