RESUME SISTEM PENCERNAAN METABOLIK
PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA
RINA NINGSIH
1013031081
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes FALETEHAN SERANG-BANTEN
2015-2016
A.
ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN METABOLIK
Sistem pencernaan meliputi mulut,
kerongkongan, esofagus, lambung dan usus. Makanan yang masuk kedalam
tubuh kita melalui beberapa tahap, yaitu ingesti : dimana intake makanan masuk
kedalam tubuh kita melalui proses memasukan makanan kedalam mulut, pengunyahan,
dan menelan. Digesti dimana terjadi perubahan fisik dan kimia zat makanan untuk
dapat diabsorbsi, absorbsi dimana partikel zat makanan dari saluran cerna ke
dalam aliran darah dan pembuluh limfe. Setelah tahap digesti dan absorbsi
dilalui, molekul-molekul kecil siap digunakan oleh tubuh kita. Beberapa dari
molekul-molekul tersebut digunakan untuk energi., yang lainya seperti asam
amino digunakan untuk membangun, memperbaiki dan memproduksi sel. Bahan-bahan
yang tidak dapat digesti dan diabsorbsi akan di eliminasi oleh tubuh.
Didalam rongga mulut tersebut terdapat :
1.
Rongga mulut
a.
Pipi dan bibir
Mengandung
otot-otot yang diperlukan dalam proses
mengunyah dan bicara. Dibagian luar,
pipi, dan bibir diselimuti oleh kulit.
b.
Lidah
Lidah
mengandung 2 jenis otot, yaitu : otot ektremitas yang berorigo diluar lidah, insersi dilidah dan otot intrinsik
yang berorigo dan insersi didalam lidah.
c.
Gigi
Gigi
dibedakan menjadi 4 macam :
-
Gigi seri (dens
incisivus) terdapat 8 buah,
-
Gigi taring (dens
caninus) terdapat 4 buah,
-
Gigi geraham
depan (dens premolaris) 1 berjumlah 4
buah dan dens premolaris II berjumlah 4
buah.
-
Gigi
geraham belakang ( dens molaris) yang
terdiri atas dens molaris I berjumlah 4 buah, dens molaris II berjumlah 4 buah dens
molaris III berjumlah 4 buah.
Berdasarkan proses pembentukanya terdapat dua kelompok gigi yaitu
gigi sementara atau gigi susu/sulung dan gigi tetap. Terdapat 20 biji gigi
sulung yaitu 10 pada setiap rahang, gigi
tetap 30 buah, 16 buah pada setiap rahang.
Secara anatomis gigi terdiri atas bagian-bagian gigi yaitu : akar
gigi, merupakan bagian yang tertanam didalam
rahang, mahkota gigi, merupakan bagian gigi yang tampak diluar rahang
dan leher gigi merupakan bagian gigi diantara puncak gigi dan akar gigi.
Ada 2 jenis
pencernaan didalam rongga mulut :
a.
Pencernaan
mekanik, yaitu pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot-otot lidah, dan pipi
untuk mencampur makanan dengan sir ludah sehingga terbentuklah suatu bolus yang
bulat untuk ditelan.
b.
Pencernaan kimiawi
yaitu pemecahan zat pati (amilum) oleh pthyalin (suatu amilase) menjadi
amltosa. Suatu bukti ialah bila kita mengunyah nasi (zat pati), lama-
kelamaan akan sedikit terasa manis. Pthyalin bekerja didalam rongga mulut (Ph 6,3 – 6,8) dan masih bekerja
didalam lambung menururunkan Ph sehingga pthyalin tidak bekerja lagi.
2.
Esophagus
Esophagus adalah tabung yang menghubungkan rongga mulut dengan
lambung, yaitu letaknya dibelakang trakea yang berukuran panjang ± 20-25 cm dan lebar 2 cm. fungsi dari
esophagus adalah menghantarkan bahan yang dimakan dari faring kelambung.
Tiap-tiap ujung esophagus dilindungi oleh suatu aphingter yang berperan sebagai
barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus.
Dinding esophagus terdiri dari atas beberapa bagian :
a.
Lapisan mukosa
, terletak dibagian dalam yang dibentuk oleh epitel berlapis gepeng dan
diteruskan kefaring dibagian atas serta mengalami perubahan yang mencolok pada
perbatasan esophagus lembung menjadi epitel selapis pada lambung.
b.
Lapisan
submukosa, mengandung sel-sel sekretori yang menghasilkan mucus untuk
mempermudah jalanya makanan waktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera
pencernaan secara kimiawi.
c.
Lapisan otot
terdiri dari dua lapisan serabut otot
yang satu yang satu berjalan longitudinal, dan yang lainya sirkulasi.
Mekanisa menelan dilakukan setelah mengunyah :
a.
Gerakan membentuk
makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi dan melalui bagian
belakang mulut masuk kedalam faring.
b.
Setelah
makanan masuk kedalam faring maka
pallatum lunak naik untuk menutup nares posterior.
c.
Makanan
berjalan dalam esophagus karena kerja
peristaltic yang mengantarkan bola makanan ke lambung.
3.
Lambung
Pencernaan mekanisme pada lambung :
Penceraan mekanisme pada lambung disebabkan oleh otot-otot dinding
lambung, dinding lambung terdiri atas otot polos yang berbentuk memanjang (transversal),
melingkar (sirkular) dan serong (oblique). Kontraksi otot lambung tersebut
mengakibatkan bolus yang masuk kedalam
lambung dan diremas-remas sehinggga menjadi lembut.
Pencernaan kimiawi pada lambung :
Kelenjar lambung mengeluarkan secret yaitu cairan pencerna penting,
getah lambung, getah ini ini adalah cairan asam bening tak berwarna mengandung
0,4 % asam klorida (HCI), yang
mengasamkan semua makanan dan bekerja sebagai zat antiseptik dan desinfektan
dan menyediakan lingkungan untuk pencernaan makanan.
Enzim pencernaan yang terdapat dalam getah bening.
4.
Usus halus
Adalah tempat berlangsungnya
sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan walaupun usus besar dapat menyerap
sejumlah kecil garam dan air.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI, yang
jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga
dari panjang saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang memungkinkan
kira-kira 7000 cm area permukaan utuk sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi
menjadi tiga bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian tengah
disebut yeyenum , dan bagian bawah disebut ileum,. Duktus koleduktus yang
memungkinkan untuk pasase baik empedu dan sekresi pankreas, mengosongkan diri
kedalam duodenum pada ampula vater.
Usus besar/kolon terdiri dari tiga bagian yaitu : Asenden,
transpersum , desendens
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum
defekasi. Selulosa dan bahan-bahan lain dalam makanan yang tidak dapat dicerna membentuk
sebagian besar feses dan membantu
mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan menentukan
volume isi colon.
5.
Rectum dan Anus
Rectum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor (usus besar) dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan osakrum
dan askoksigis. Panjangnya 10 cm terbawah dari usus tebal.
Anus adalah bagian dari saluran
pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar).
6.
Pankreas
Pankreas memiliki panjang 15 cm, campuran jaringan esokrin dan
endokrin. Kelenjar memanjang yang terletak dibelakang dan dibawah lambung,
diatas lengkung pertama duodenum. Eksokrin : sel sekretorik seperti anggur yang
membentuk katung- kantung atau asinus. Berhubungan dan akhirnya bermuara ke
duodenum. Endokrin : pulau-pulau jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau
langerhans (insulin, glukagon, dan somatostatin).
7.
Hati (Hepar)
Hati merupakan organ terbesar dari sistem pencernaan yang ada dalam
tubuh manusia. Berwarna coklat, sangat vaskular lunak. Beratnya sekitar
1300-1550 gram. Didalam hati terdiri dari lobulu-lobulus yang banyak sekitar
50.000-100.000 buah.
B.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG PADA SISTEM PENCERNAAN METABOLIK
1.
Endoskop :
tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh
2.
Rontgen
3.
Ultrasonografi
(USG)
4.
Perunut
radioaktif
5.
Pemeriksaan
kimiawi
6.
Laparoskopi :
adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop laparoskopi
biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya didekat pusar.
Kemudian endoskop dimasukan melalui sayatan kedalam rongga perut
7.
Pemeriksaan
darah tes ini digunkan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya. Tapi
itu tidak menunjukan bahwa pasien terkena infeksi.
8.
Pemeriksaan
pernapasan tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.
pylori atau tidak.
C.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN PADA SISTEM PENCERNAAN METABOLIK
1.
PENGKAJIAN UMUM
PADA SISTEM PENCERNAAN
a.
Identitas
Nama,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status marital, alamat, penanggung jawab,
hubungan dengan klien.
b.
Keluhan Utama
Keluhan
utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu
pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum :
Nyeri : keluhan nyeri pada pasien sering menjadi
keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber
dari masalah dari saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji
nyeri, perawat dapat melakukan PQRST,
sehingga pengkajian dapat lebih kompherensif. Kondisi nyeri biasanya
bergantung pada penyebab dasar yang juga
mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
Mual
muntah : keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan
biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual
(nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului
muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian mana saja dari
saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang
oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi.
Interpretasi terjadi dimedulla, bagian samping, atau bagian dari pusat muntah.
Muntah merupakan salahsatu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya
sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus gatrointestinal
teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.
Kembung dan Sendawa (Flatulens)
Akumulasi
gas didalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu
pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatules) yaitu pengeluaran gas
dari rektum. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila
mencapai lambung. Biasanya, gas diusus halus melewati kolon dan dikeluarkan.
Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas.
Ketidaknyamanan
Abdomen :
Ketidaknyamanan
pada abdomen secara lazim berhubungan dengan gangguan saraf lambung dan
gangguan saluran gastrointestinal atau
bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan
karena lemak tetap berada dibawah lambung
lebih lama dari protein atau karbohidrat.
Diare
: Adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat
adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap didalam feses. Yang disebut diare
osmotic, atau karena iritasi saluran
cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri diusus
halus distal atau usus besar.
Konstipasi
: sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi berbeda-beda
setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai
penurunan relatif jumlah buang air besar
pada seseorang.
c.
Riwayat
Kesehatan
Pengkajian
riwayat kesehatan dilakukan dengan
anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainya
sesuai dengan keluhan utama dari pasienya. Memperoleh data subyektif dari paien
mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan.
d.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Setiap
keluhan utama harus ditanyakan seditail-detailnya dan semuanya dibuat diriwayat
penyakit sekarang. Tanyakan pada setiap keluhan
yang terjadi memberikan dampak
terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan.
e.
Riwayat
Kesehatan Dahulu
Untuk
menggali berbagai kondisi yang memberikan
kondisi saat ini. Harus mengkaji MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit
berat yang pernah diderita, penggunaan obat-obatan dan adanya alergi.
2.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum terhadap setiap
kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis.
Ikterus
: merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan diklinik dimana konsentrasi bilirubin
dalam darah mengalami peningkatan abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang
mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning
kehijauan.
Kaheksia
dan atrofi : kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis
dapat menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat
kurus dan lemah). Keadaan ini dapat
disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang terlihat diabdomen dan anggota
badan menunjukan penurunan berat badan yang belum lama terjadi.
Pigmentasi
kulit : pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fungsi hati
hemokromatosis ( akibat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga
memperoduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat menimbulkan
pigmentasi tipe addison ( pigmentasi solaris) pada putting susu, lipatan
palmaris, daerah-daerah yang tertekan, dan mulut.
Pemeriksaan
fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum
dan anus.
1.
Bibir dikaji
kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan mulut pasien
tertutup, melihat bibir dari ujung keujung. Normalnya bibir berwarna merah muda,
lembab, simetris dan halus. Bibir yang pucat dapat disebabkan karena anemia.
Sedangkan sianosis disebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular.lesi
seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau
kanker kulit.
2.
Rongga mulut
Pemeriksaan
rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada
fungsi ingesti dan digesti.
a.
Inspeksi
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati
dengan seksama dinding abdomen :
-
keadaan
kulitnya, warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun
pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites) dan adanya
bekas-bekas garukan ( penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif),
-
Besar dan
bentuk abdomen , rata, menonjol, atau cekung
-
Simetrisitas
perhatikan adnya benjolan local ( hernia, heptomegali, splenomegali, kista
ovari, hidronefrosis) gerakan abdomen pada peritonitis terbatas.
-
Pembesaran
organ atau tumor diliat lokasinya dapat diperkirakan organ atau tumor
-
Peristaltik,
gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, pada tampak dinding
abdomen dan bentuk usus juga tampak.
b.
Auskultasi
Untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh darah
dilakukan selama 2-3 menit.
Mendengarkan suara peristaltic usus : diafragma stetoskop diletakan
pada dinding abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan
cairan udara dalam usus.frekuensi normal berkisar 5-34 kali /menit.
- Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa
sakit (borborigmi).
- Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan
tegang.peristaltik lebih tinggi seperti detingan keeping uang logam
(metalic-sound)
- Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah,
frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang.
Mendengarkan
suara pembuluh darah : bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic.
Terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar
adanya bising vena (venous hum) didaerah epigastrium.
c.
Palpasi
- Palpasi digunakan dengan menggunakan palmar jari dan telapak
tangan. Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ. Digunakan ujung jari.
Melakukan penekanan yang mendadak agar
tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
- Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu kebagian dalam. Bila
ada daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
- Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka
dianjurkan untuk menekuk lututnya.
- Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan telapak tangan dimana tangan kiri berada dibagian pinggang
kanan atau kiri, sedangkan tangan kanan dibagian depan dinding abdomen.
d.
Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara
keseluruhan, menetukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya
massa padat atau masa berisi cairan
(kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara
bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani
(organ berongga yang berisi udara). Kecuali didaerah hati (redup, organ yang
padat).
3.
Pemeriksaan
Rektal Anus
a.
Insfeksi
Setelah
menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien suruh berbaring pada sisi kirinya
dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut dengan posisi lateral kiri.
Adanya konsistensi abnormalitas pada anus :
1.
Fisura-in-ano,
fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup nyeri sehingga
menghambat pemeriksaan rectal dengan jari. Fisura biasanya terjadi secara
berlangsung pada bagian posterior dan garis tengah.
2.
Hemoroid merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh
darah vena akibat bendungan vena usus.
3.
Prolaps rekti
merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang berwarna merah terlihat
menonjol dari anus.
4.
Fistel-ino-ano
, lubang dari fistel mungkin dapat terlihat, biasanya dalam 4 cm dari anus.
Mulut lubang fistel tampak berwarna merah yang disebabkan jaringan granulasi.
Fistel ini mempunyai hubangan dengan penyakit crohn.
5.
Karsinoma anus,
dapat terlihat sebagai masa yang terbentuk kembang kol pada pinggir anus.
b.
Palpasi
Colok
anus (colok dubur) menggunakan ujung
jari telunjuk yang terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakan
pada anus. Pasien diminta bernapas melalui mulut dengan tenaga dan rileks.
Dengan perlahan-lahan meningkatkan tekanan pada jari telunjuk kearah bawah
sampai sfingter terasa agak lemas, pada saat ini dimasukan perlahan-lahan
kedalam rectum.
Palpasi
dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar prostat pada pria
dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan masa kenyal berlobus dua
dengan lekukan sentral.
Jari
kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding lateral kanan, dinding
posterior, dan dinding lateral kiri dari rectum dapat dipalpasi secara
berurutan. Kemudian jari dimasukan sedalam mungkin kedalam rectum dan perlahan
ditarik keluar menyusuri dinding rectum, lesi yang linak, seperti karisnoma
rekti yang kecil atau polip.
Setelah
jari ditarik keluar, sarung tangan diinspeksi apakah terdapat darah segar atau
melena, mucus atau pus. Dan warna dari feses diamati. Hemoroid tidak teraba
kecuali mengalami thrombosis. Timbulnya nyeri yang nyata selama pemeriksaan
menunjukan kemungkinan fisura anal,abses
isiorektal, hemoroid ekternal yang baru mengalami thrombosis, prokitis, atau ekskoriasi anal.
Penyebab-penyebab
dan masa yang teraba directum :
1.
Karsinoma rekti
2.
Polip rekti
3.
Karsinoma kolon
sigmoid (prolap kedalam kavum douglas)
4.
Deposit
metastatic pada pelvis
5.
Keganasan
uterus atau ovarium
6.
Keganasan
prostat atau serviks uteri (ektensi langsung)
7.
Endometriosis
D.
GANGGUAN PADA
SISTEM PENCERNAAN
Pada gangguan sistem
pencernaan salah satunya gangguan pada
gasteritis
Definisi gasteritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis
gasteritis yang sering terjadi adalah gasteritis superficial akut dan
gasteritis atrofik kronis. (price & Wilson. 2006).
Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok dilambung yaitu
Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gasteritis.
Secara histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang
pada daerah tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat dibagi menjadi
akut dan kronik (Hirlan, 2001 :2002)
E.
PATOFISIOLOGI
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
1.
Analisa Data
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
||||||||||||||||||||
1
|
Ds
:
Do
:
-
Ketidakmampuan
untuk mengabsorbsi nutrien
-
Ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
-
Ketidak
mampuan untuk menelan makanan
|
Pencetus
: pola makan, gaya hidup, obat-obatan (aspirin, sulfanomida, steroid,
digitalis)
Mengganggu
pembentukan sawat mukosa lambung
Melekat pada epitel lambung
Menghancurkan
lapisan mukosa lambung
Me barrier lambung terhadap asam dan pepsin
Menyebabkan
difusi kembali asam lambung dan pepsin
Erosi
mukosa lambung
Me tonus dan peristaltik lambung
Dorongan
ekspulasi isi lambung kemulut
Muntah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrienyang tidak adekuat
|
||||||||||||||||||||
2
|
Ds
: klien mengeluh mual muntah darah
Do
:
-
Klien tampak
lemah
-
Kehilangan
cairan aktif
|
Mengganggu
pembentukan sawat mukosa lambung
Melekat pada epitel lambung
Me produksi bikarbonat
kemampuan
proteksi terhadap asam
menyebabkan
difusi kembali asam lambung & pepsin
erosi mukosa
lambung
mukosa
lambung kehilangan integritas jaringan
perdarahan
kekurangan
volume cairan
|
Kekurangan
volume cairan b.d cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena
muntah
|
||||||||||||||||||||
3
|
Ds
: klien mengatakan nyeri abdomen
Do
:
|
Mengganggu
pembentukan sawat mukosa lambung
Melekat
pada epitel lambung
Me produksi bikarbonat
kemampuan
proteksi terhadap asam
menyebabkan
difusi kembali asam lambung & pepsin
inflamasi
nyeri
epigastrium
Me sensori untuk makan
Nyeri akut
|
Nyeri
akut b.d mukosa lambung teriritasi
|
2.
Diagnosa
a.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrien yang tidak adekuat.
b.
Kekurangan
volume cairan b.d cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena
muntah.
c.
Nyeri akut b.d
mukosa lambung teriritasi.
3.
Intervensi
NO
|
Dx
|
Intervensi
|
|
Tujuan ( NIC)
|
NOC
|
||
1
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan
nutrien yang tidak adekuat
|
Nutritional status
Food and Fluid
Nutrient intake
Weight control
Kriteria Hasil :
-
Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-
Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-
Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-
Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
-
Menunjukan
peningkatan pengecapan dari menelan
-
Tidak terjadi
penurunan berat badan
|
Nutrition
Management
-
Kaji adanya
alergi makanan
-
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
-
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
-
Yakinkan diet
yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-
Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
-
Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
-
Kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring :
-
BB pasien
dalam batas normal
-
Monitoring
adanya berat badan
-
Monitor tipe
dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-
Monitor kulit
kering dan perubahan pigmentasi
-
Monitor
turgor kulit
-
Monitor mual
dan muntah
-
Monitor
kalori dan intake nutrisi
|
2
|
Kekurangan
volume cairan b.d cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena
muntah.
|
Fluid balance
Hydration
Food and fluid
Intake
Kriteria Hasil :
-
Mempertahankan
urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
-
Tekanan
darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
-
Tidak ada
tanda dehidrasi
-
Elastisitas
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
|
Fluid Management
-
Monitor
status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik)
-
Monitor
masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
-
Kolaborasi
pemberian cairan IV
-
Monitor
status nutrisi
Hypovolemia
Management
-
Monitor
status cairan termasuk intake dan output cairan
-
Monitor
tingkat Hb dan hematokrit
-
Monitor
respon pasien terhadap penambahan
cairan
-
Monitor berat
badan
|
3
|
Nyeri akut b.d mukosa dinding teriritasi
|
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil :
-
Mampu
mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri)
-
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
-
Mampu
mengenai nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
-
Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
|
Pain Management
-
Lakukan
pengkajian nyeri secara kompherensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
-
Kurangi
faktor presipitasi nyeri
-
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
-
Monitor
penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
-
Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
-
Cek riwayat
alergi
-
Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
-
Evaluasi
efektivitas analgesik, tanda dan gejala
|
DAPTAR PUSTAKA
Smeltzer,
S.C. (2002). Brunner & sudarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. (Terj. Agung
Waluyo). Jakarta : EGC.
Willms,
J. (2003). Physical Diagnosis : Bedside Evaluation of Diagnosis dan Function.
(Terj. Harjanto). Jakarta : EGC
Ani Haryani Skep Ners dkk. Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung
CV.Cakra, 2009.
Amin Huda Nuralif dan Hardhi Kusuma, Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa medis Dan NANDA NIC –NOC, Jogjakarta : Medication Jogja, 2015
0 komentar:
Post a Comment