PEMBAHASAN KASUS SGD
MATA KULIAH MATERNITAS
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6
IRMA ASTUTI
FARIS SAY PRATAMA
HUDROMI HIDAYAT
NOERFAIZAH
NOVIANA MEILANI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FALETEHAN
SERANG – BANTEN
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,serta atas izin dan ridhoNya
penulis dapat menyelesaikan tugas ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Maternitas
“Pembahasan Kasus SGD dengan Retensio Plasenta ”
Dalam
penyusunan makalah ini kiranya penulis tiada kata lain yang dapat disampaikan
kecuali ucapan terima kasih kepada Ibu Lenny Stia Pusporini, M.kep., Sp.Mat
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan bimbingan
dalam pembuatan tugas ini.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat
kekurangan, baik dari segi bahasa maupun materi yang masih jauh dari sempurna.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat diharapkan penulis untuk kesempurnaan tugas ini.
Serang,
.... Desember 2015
.........................................
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................ iii
BAB
1 PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan
Penulisan....................................................................................... 1
C. Manfaat
penulisan…………………………………………………………1
BAB
II TINJUAN TEORITIS
A. Pengertian.................................................................................................. 2
B. Etiologi...................................................................................................... 2
C. Patofisiologi.............................................................................................. 4
D. Manifestasi
kelinis..................................................................................... 5
E. Klasifikasi
stage........................................................................................ 6
F. komplikasi................................................................................................. 6
G. Pemeriksaan
Diagnostik…………………………………………………..6
H. Penatalaksanaan………………………………………………………....
7
BAB
III PEMBAHASAN KASUS
A Istilah
Yang Tidak dipahami..................................................................... 11
B Pertanyaan-pertanyaan
penting................................................................. 11
C Petwey
...................................................................................................... 13
D Diagnose
keperawatan.............................................................................. 14
E Analisa
keperawatan……………………………………………..………14
F
Rencana Asuhan
Kepwrawatan………………………………………..…16
BAB
IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..19
B. Saran
……………………………………………………………………21
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………..22
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Retensio plasenta merupakan kasus yang banyak kita temui dalam kesehatan
terutama dalam kasus-kasus kebidanan, oleh karena itu retensio plasenta bisa
menjadi faktor pemicu terjadinya kematian pada ibu.
Retensio plasenta adalah
belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat
diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah
lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.
Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian
atau seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya
perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul
perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui
apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita
dapat melakukan plasenta manual
B. TUJUAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
maternitas selain itu untuk memahami sebuah kasus tentang Retansio Rlasenta dan
mengetahui tentang Asuhan Keperawatannya.
C. MANFAAT
Manfaat dari penyusunan makalah ini
yaitu memberikan informasi kepada mahasiswa tentang pembahasan kasus
sampai asuhan keperawatan pasien dengan retensio plasenta sehingga
memungkinkan mahasiswa mampu mengaplikasikannya pada pasien dengan
kasus retensio plasenta.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. PENGERTIAN
Retensio plasenta adalah
terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.
Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual retensio plasenta).
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi
sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip
plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian
plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Retensio plasenta adalah belum
lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti
perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas
sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio
plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan
terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta
perkreta. (Manuaba, 2006).
Retensio plasenta adalah plasenta
yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang tidak tampak, dan juga
disadari pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya
plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik menangiani setelah 5 menit,
kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar
sebelum menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).
Retensio Placenta adalah tertahannya
atau keadaan dimana placenta belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi
lahir. Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami
hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan
bisa timbul perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada
masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi
perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik
pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta
sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat
timbul perdarahan masa nifas.
B. ETIOLOGI
Penyebab
Retentio Plasenta menurut Sastrawinata (2006:174) adalah:
Secara
fungsional:
1.
His kurang kuat (penyebab terpenting)
2.
Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di
sudut tuba); bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya
(plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas
disebut plasenta adhesive.
Secara patologi – anatomi:
1.
Plasenta akreta
2.
Plasenta inkreta
3.
Plasenta perkreta
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
1.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2.
Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila
plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas
sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat
untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada
dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium-
sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta
yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III,
sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
Menurut
Manuaba (2006:301) kejadian retensio plasenta berkaitan dengan:
1.
Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam
bentuk plasenta adhesive, plasenta
akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta
2.
Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan
perdarahan
Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:
a. Darah
penderita terlalu banyak hilang
b. Keseimbangan
baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi
c. Kemungkinan
implantasi plasenta terlalu dalam
C. PATOFISIOLOGI
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi.
Kontraksi dan retasi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir
persalinan. Sesudah berkontraksi, sel
myometrium tidak relaksasi, mealinkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal.
Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, myometrium menebal secara progresif
dan kavum uteri mengecil sehingga ukurannya juga mengecil. Pengecilan menmdadak
uterus inidisertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika
jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat
berkontraksi mulai melepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa
yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di
antara serat-serat otot myometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot menekan pembuluh
darah dan retraksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta
perdarahan berhenti.
Pada dasarnya perdarahan terjadi
karena pembuluh darah di dalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta
memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus
maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus
berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian
pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya plasenta tidak terjadi secara
bersamaan dengan janin, karena melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan
terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh
darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
D. MANIFESTASI
KLINIS
1. Waktu hamil
a. Kebanyakan
pasien memiliki kehamilan yang normal
b. Insiden
perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai plasenta
previa
2. Terjadi
persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdaraha
3. Kadang terjadi
ruptur uterib.
a. Persalinan kala
I dan II Hampir pada
semua kasus proses ini berjalan normal
b. Persalinan kala
III
1) Retresio
plasenta menjadi ciri utama
2) Perdarahan
post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan plasenta,
seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia mencoba untuk
mengeluarkan plasenta secara manual
3) Komplikasi yang
seriun tetapi sering dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini dapat tejadi
spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta
4)
Ruptura uteri, biasanya terjadi saat
berusaha mengeluarkan plasenta
E. KLASIFIKASI
STAGE
1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hinggamencapai/memasuki miometrium.
4. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembuslapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5.
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,disebabkan oleh konstruksi ostium uteri
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yangdilakukan.
2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi danpenurunan perfusi organ.
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untukmemiliki anak selanjutnya
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hitung darah lengkap
Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit(Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanyameningkat.
2. Menentukan
adanya gangguan koagulasi :
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT) dan
Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk
menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
H. PENATALAKSANAAN
a. Retensio plasenta dengan sparasi parsial
1) Tentukan jenis retensio yang terjadi
karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil. Regangkan tali pusat dan
minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi tidak terjadi, coba traksi
terkontrol tali pusat.
2) Beri drips oksitosin dalam infuse
NS/RL. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol per rectal. (sebaiknya tidak
menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan
plasenta terperangkap dalam kavum uteri)
3) Bila traksi terkontrol gagal untuk
melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus untuk
menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan. Lakukan trasnfusi darah
apabila di perlukan.
4) Beri antibiotika profilaksis
(ampisilin IV/ oral + metronidazol supositoria/ oral)
5) Segera atasi bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat, infeksi syok neurogenik.
b. Plasenta inkaserata
1) Tentukan diagnosis kerja melalui
anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.
2) Siapkan peralatan dan bahan yang
dibutuhkan untuk menghilangkan kontriksi serviks dan melahirkan plasenta.
3) Pilih fluethane atau eter untuk
kontriksi serviks yang kuat, siapkan drips oksitosin dalam cairan NS/RL
untuk mengatasi gangguan kontraksi yang diakibatkan bahan anestesi tersebut.
4) Bila prosedur anestesi tidak
tersedia dan serviks dapat dilakukan cunam ovum, lakukan maneuver skrup untuk
melahirkan plsenta
Pengamatan dan perawatan lanjutan
meliputi pemantauan tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan
perdarahan pasca tindakan. Tambahan pemantauan yang di perlukan adalah
pemantauan efek samping atau komplikasi dari bahan –bahan sedative, analgetika
atau anastesi umum misalnya mual, muntah, hipo/ atonia uteri, pusing/ vertigo,
halusinasi, mengantuk
c. Plasenta akreta
1) Tanda penting untuk diagnosis pada
pemerisaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada
pemeriksaan dalam sulit di tentukan tepi plasenta karena imolantasi yang dalam.
2) Upaya yang dapat dilakukan pada
fasilitas kesehatan dasar adalah menentukan diagnosis, stabilisasi pasien dan
rujuk ke rumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan operatif bagan.
d. Sisa plasenta
1) Penemuan secara dini, hanya
dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah
dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut,
sebagian besar pasien akan kemabali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan
perdarahan setelah beberapa hari pulang ke rumah dan subinvolusi uterus
2) Berikan antibiotika karena
perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika yang di pilih adalah
ampisilin IV dilanjutkan oral dikombinasikan dengan metronidazol supositoria.
3) Lakukan eksplorasi digital (bila
serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
dilatasi dan kuretase.
4) Bila kadar Hb<8g/dL berikan
transfuse darah. Bila kadar Hb> 8g/ dL, berikan ferosus. Pada kelainan yang
luas, perdarahan menjadi berlebihan sewaktu dilakukan upaya untuk melahirkan
plasenta. Pada sebagian kasus plasenta menginfasi ligamentum latum dan seluruh
serviks (Lin dkk., 1998). Pengobatan yang berhasil bergantung pada pemberian
darah pengganti sesegera mungkin dan hampir selalu dilakukan tindakan
histerektomi (operasi pengangkatan rahim). Pada plasenta akreta totalis,
perdarahan mungkin sangat sedikit atau tidak ada. Paling tidak sampai di
lakukan upaya pengeluaran plasenta secara manual. Kadang-kadang tarikan tali
pusat dapat menyebabkan inversion uteri. Inversion uteri adalah uterus terputar
balik sehingga fundus uteri terapat dalam vagina dengan selaput lendirnya
sebelah luar. Inversion uteri paling sering menimbulkan perdarahan akut yang
mengancam nyawanya
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
:
Seorang perempuan, 36
tahun, P6A0, 7 jam pertama postpartum, dating bke RS tanggal 15 desember 2015
pukul 23.00, di rujuk bidan karena plasenta belum keluar sejak melahirkan jam 17.00 di paraji. Sebelum ke RS pengeluaran
plasenta sudah di coba di lakukan oleh paraji, kemudian oleh bidan tapi baru
sebagaian akhirnya klien di rujuk ke RS.
Hasil pemeriksaan, TD 90/60 mmHg, Suhu 36,8 °C, nadi 84x/mnt, RR 24x/mnt,
kinjungtiva anemis, membrane mukosa kering dan pucat, tinggi fundus uteri 1
jari di atas pusat, teraba lunak, posisi lateral, distensi vesika urinaria
tampak tali pusat di jalan lahir, akral dingin, CRT lambat (>2 detik), tidak
terdapat edema, homan sign gative serta haus. Di RS segera di lakukan
pengeluaran plasenta manual, sebagian
plasenta dapat di keluarkan, konsultasi ke dokter Sp. Og, kemudian pukul 02.30
dokter melakukan upaya yang sama, karena tidak berhasil juga klien kemudian di
lakuan kurretage. Selama proses pengeluaran plasenta, darah yang keluar kurang
lebih 600cc. terapi yang di berikan cefotaxin 3x1 gr terpasang infus rl 20
tts/mnt, oxyla drip 10 unit, hb 6,8 gr%.
1. Identifikasi
istilah yang tidak di pahami
2. Identifikasi
problem dasar kasus pemicu dengan membuat pertanyaan-pertanyaan penting (
kasus, etiologi,patofisiologi, asuhan keperawatan).
3. Analisa
problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
4. Klarifikasi
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas
5. Cari
informasi tambahan tentang kasus tersebut melalui literature/pustaka, jurnal,
dan riset terkait.
6. Laporkan
hasil diskusi.
A. Istilah yang tidak dipahami :
1. P6A0 :
partus (melahirkan) 6 kali, abortus (keguguran) 0
2. Distensi
V.U : penumpukan urine di kandung
kemih
3. Curettage
: memasukan alat untuk
membersihkan dinding Rahim dari sisa-sisa persalinan atau aborsi.
4. Oxyladrip
: di indikasikan untuk
induksi persalinan pada kehamilan lewat bulan, ketuban pecah dini atau
preeklamsia, sekcio Caesar, perdaharan pasca partum, post partum dan perdarahan
uterus pada partum pasca hamil.
B. Pertanyaan-pertanyaan penting
1. Mengapa
plasenta tidak bisa di lahirkan ?
2. Adakah
hubungan antara klahiran sebelumnya dengan sekarang?
3. Kenapa
CRT lambat (>2 detik) ?
4. Kenapa
bisa terjadi distensi VU ?
5. Kenapa
akral klien dingin pada kasus tersebut (patofisiologi)?
6. Kenapa
tekanan darahnya rendah (90/60 mmHg)?
7. TFU
1 jari di atas pusat dan teraba lunak?
8. Tujuan
pemasangan infus untuk kasus di atas?
9. Apakah
efek psikologis pada ibu?
10. Komplikasi
apa saja yang dapat terjadi selain perdarahan?
11. Apakah
diagnosa utama pada kasus tersebut?
Jawaban :
1.
Secara fungsional:
a.
His kurang kuat (penyebab
terpenting)
b.
Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di
sudut tuba); bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya
(plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas
disebut plasenta adhesive.
(Sastrawinata,
2006)
2.
Terdapat
hubungan antara kelahiran sebelumnya dengan kelahiran sekarang, karena
kelahiran sekarang merupakan kelahiran yang ke-6 sehingga menyebabkan lemahnya
uterus untuk dilakukannya lagi tempat penempelan janin.
3.
Kurangnya O2 akibat pengeluaran darah atau perdarahan,
kurangnya supply darah di daerah perifer
4.
Kebanyakan ibu
tidak mampu berkemih tanpa bantuan dalam kala ini, bila kandung kemih dapat
teraba diskusikan untuk memasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih
(sarankan bahwa ibu dapat menggunakan etonoks selama kateterisasi) tapi
usahakan tetap duduk diatas pispot sebagai pilihan pertama. Kandung kemih yang
penuh biasanya menggeser letak uterus. (Chapman, 2006).
Terjadi
distensi vesika urinary karena terjadi kombinasi trauma akibat kelahiran,
peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi
anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun, rasa nyeri pada panggul
yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina atau episiotomy
menurunkan atau mengubah reflex berkemih (Bobbak,dkk.2005)
5.
Akral pasien
dingin disebabkan karena kurangnya asupan oksigen dan nutrisi ke perifer
sehingga pertukaran gas Oksigen berkurang.
6.
Akibat perdarahan sehingga terjadi penurunan
tekanan darah, akibat perdarahan maka tubuh menjadi lemah dan syok sehingga
terjadi penurunan tekanan darah
7.
Pada kasus diatas tinggi fundus uteri
pasien abnormal karena normalnya 1-2 jari diatas simpisi
8.
Untuk menambahkan cairan karena tekanan
darah rendah, lemah, membrane mukosa kering dan pucat
Perlengketan plasenta di dinding rahim,
fundus teraba lunak maka kontraksi yang tetrjadi melemah sehingga plasenta
tidak keluar, kontraksi lemah sehingga tidak ada dorongan untuk mengeluarkan
9.
Efek psikologis
pada ibu adalah ansietas, sebab banyaknya perdarahan.
10.
Komplikasi yang
terjadi selain perdarahan adalah Infeksi, Terjadi
polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan
nekrosis
11. Diagnose
keperawatan yang muncul adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan veskular yang berlebih dan ganguan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan hipovolemia
C. Petwey
Bayi
lahir (P6O0)
↓
Adanya
kontaksi uterus
↓
Sel
myometrium tidak relaksasi/menjadi lebih pendek dan tebal
↓
Kavum
uteri mengecil
↓
Tempat
perletakan plasenta mengecil
↓
Plasenta
sulit keluar
↓
Tindakan
manual
↓
Kurretage
↓ ↓
Kurang
O2 tindakan
insisi
↓ ↓
Oksi
hemoglobin pengeluaran
veskular yang berlebih
↓ ↓
Hb
menurun kekurangan volume cairan
↓
Transpotasi
O2 menurun
Kapiler
menurun
↓
Ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer
D.
Diagnosa
Keperawatan
1. Ketidake fektifan perfusi jaringan
perifer
2. Kekurangan volume cairan
E. Analisa
Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DO:
-
CRT
> 2 detik
-
TD
90/60 mmHg
-
Akral
dingin
-
Konjungtiva
anemis
-
Hb
6,8 g%
DS:
|
Bayi
lahir(P6O0)
↓
Adanya
kontaksi uterus
↓
Sel myometrium
tidak relaksasi/menjadi lebih pendek dan tebal
↓
Kavum uteri
mengecil
↓
Tempat
perletakan plasenta mengecil
↓
Plasenta sulit
keluar
↓
Tindakan
manual
↓
Kurretage
↓
Kurang
O2
↓
Oksi
hemoglobin
↓
Hb
menurun
Transpotasi
O2 menurun
↓
Kapiler
menurun
↓
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
|
DS:
-
Haus
-
Pengeluaran
plasenta, sudah dicoba dilakukan oleh paraji kemudian oleh bidan tapi baru
sebagian
DO:
-
TD:
90/60 mmHg
-
Konjungtiva
anemis
-
Membrane
mucosa kering dan pucat
-
darah
yang keluar kurang lebih 600 cc
|
Bayi lahir(P6O0)
↓
Adanya
kontaksi uterus
↓
Sel myometrium
tidak relaksasi/menjadi lebih pendek dan tebal
↓
Kavum uteri
mengecil
↓
Tempat
perletakan plasenta mengecil
↓
Plasenta sulit
keluar
↓
Tindakan
manual
↓
Kurretage
↓
Pengeluaran veskular yang berlebih
Kekurangan volume cairan
|
Kekurangan volume cairan
|
F.
Rencana
Asuhan Keperawatan
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
(NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
Rasional
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan penurunan komponen seluler yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/
nutrient ke sel.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan agar tidak terjadi perubahan perfusi jaringan selama perawatan
perdarahan dengan kriteria hasil:
-
Ttv
dalam batas normal
-
Hb
normal
-
CRT
2 detik
|
1.
Kaji tanda vital, warna kulit dan ujung jari.
2.
Pertahankan
suhu lingkungan dan tubuh.
3.
Nilai
hasil lab hb/ ht dan jumlah sel darah merah.
4.
Berikan
sel darah merah dan tambahan o2 sesuai indikasi.
)
|
1. memastikan bahwa tidak adanya
perfusi jaringan
2. Suhu lingkungan dan tubuh
berpengaruh dalam vascular, apabila suhu tubuh rendah maka akan membuat
vascular kontriksi sehingga dapat menghambat distribusi nutrient dan oksigen
3. Anemia sering menyertai infeksi,
memperlambat pemulihan dan merusak system imun
4. penggantian sel darah merah yang
hilang dan memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi
kejaringan.
|
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktiv
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan agar tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria hasil :
-
ttv
dalam batas normal
-
mukosa
bibir tidak kering dan pucat
-
Hb
dalam batas normal.
|
1.
Kaji
kondisi status hemodinamika
2.
Pantau
pemasukan dan pengeluaran ciran harian
3.
Observasi
nadi dan tekanan darah
4.
Berikan
diet makanan berstektur halus
5.
nilai
hasil lab HB/HT
6.
Berikan
sejumlah cairan IV sesuai indikasi
|
1.
Memberikan
pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
2.
Bermanfaat
dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume
perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30-50 ml/jam atau lebih
besar.
3.
Hal
ini dapat menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan
darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 -
50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
4.
mudah
untuk diabsorbsi sistem pencernaan sehingga tidak membutuhkan energi banyak
untuk metabolisme.
5.
Membantu
dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5mgHb.
6.
untuk meningkatkan
volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
|
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari pembahasan makalah ini adalah kasus di atas menunjukan bahwa pasien
terdiagnosa Retensio Plasenta dengan penebab factor kelahiran yang ke 6 kalinya
dari keadaan pasien dapat di ambil diagnose keperawatan yaitu gangguan perfusi
jaringan perifer yang berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke perifer
dan kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengluaran veskular yang berlebih
Kami
sertakan beberapa jurnal penelitian yang berhubungan dengan kasus di atas yaitu
sebagai berikut :
a. Paritas
besar pengaruhnya terhadap kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin,
terutama paritas yang tinggi. Wiknjosastro (2005), menyatakan bahwa ibu yang
pernah melahirkan 5 (lima) kali atau lebih, memiliki rahim yang teregang
berlebihan sehingga menciptakan banyak ruangan kosong yang berisiko terjadi
kelainan pada plasenta.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang paritasnya beresiko (>4)
sebagian besar mengalami retensio plasenta. Oleh karena itu bidan
hendaknya mewaspadai kemungkinan terjadinya retensio plasenta pada ibu
bersalin dengan paritas > 4, agar kejadian retensio plasenta dapat
terdeteksi lebih dini dan tertangani lebih baik. (Khotijah,
Ansari.T, Khosidah, A. 2011. Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Retensio
Plasenta pada Ibu Bersalin. Dalam : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=297659&val=6633&title=HUBUNGAN%20USIA%20DAN%20PARITAS%20DENGAN%20KEJADIAN%20RETENSIO%20PLASENTA%20PADA%20IBU%20BERSALIN)
b.
Dalam
sebuah penelitian dijelaskan bahwa semakin rendah kadar Hb, kejadian retensio
plasenta semakin tinggi. Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung
2010. (Ramadhani, NP., Sukarya, WS. 2010. Hubungan
antara Karakteristik Pasien dengan Kejadian Retensio Plasenta pada Pasien yang
Dirawat di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember
2010. Dalam : http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/Sains/article/download/29/pdf)
c.
Berdasarkan
penelitian bahwa Usia berhubungan dengan kejadian retensi plasenta Berdasarkan
hasil penelitian dari 58 orang ibu bersalin di Puskesmas Jagir Surabaya tahun
2012 mayoritas adalah umur 20-35 tahun yaitu 40 orang (68,9%) dibandingkan umur
<20 dan >35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (31,1%). Sedangkan dari 19
orang ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta mayoritas pada umur <20
tahun dan >35 tahun sebanyak 12 orang (66,7%) dibandingkan umur 20-35 tahun
yaitu sebanyak 7 orang (17,5%). Sedangkan, Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan dari 58 orang ibu bersalin di Puskesmas Jagir Surabaya Tahun 2012
mayoritas paritasnya adalah primipara yaitu sebanyak 38 orang (65,5%)
dibandingkan multipara dan grandemultipara yaitu sebanyak 20 orang (34,5%).
Sedangkan dari 19 orang ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta mayoritas
pada multipara dan grandemultipara yaitu sebanyak 11 orang (55%) dibandingkan
primipara yaitu sebanyak 8 orang (21,1%). Hal ini disebabkan karena rahim
sering terjadi terjadi peregangan sehingga kehilangan elastisitasnya yang
kemudian berdampak miometrium tidak dapat berkontraksi dan retraksi dengan
maksimal. (Zau, E., Endang, BS. 2011. Hubungan
antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta. Dalam : http://jurnal-griyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%201.PDF)
B.
SARAN
Dalam
penulisan makalah ini kami sadari jauh dari kata sempurna maka kami butuhkan
saran yang membangun untuk kami memperbaiki dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2005. Buku
Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
Chapman, Vicky.
2006. Asuhan Kebidanan : Persalinan dan
Kelahiran. Jakarta:EGC.
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita
Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2007.
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : YBP–SP
Sastrawinata, S.,
2008. Wanita dalam Berbagai Masa Kehidupan. Dalam: Hanifa Wiknjosastro,
ed. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 128–131
WiknjosastroHanifa, Abdul Bari
Saifuddin, dan Trijatmo Rachimhadhi. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.
0 komentar:
Post a Comment