Ditujukan
untuk memenuhi tugas Keperawatan Dewasa
Kelompok
8 / PSIK II B
·
Aniatunissa
·
Diah Rahmayanti
·
Irwan Firdaus
·
Muhammad Fahrudin
·
Nova Dwi Putra
TUGAS
ANALISA KASUS PASIEN DENGAN
LEUKIMIA KRONIK
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG
2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar
belakang
Leukemia
adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sum sum tulang, yang
menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan
jenis sel lain . leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti suatu
sel kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok
sel anak yang abnormal. Sel sel ini menghambat semua sel darah lain di sumsum
tulang untuk berkembang secara nirmal, sehingga mereka tertimbun di sumsum
tulang pada akhirnya, sel - sel leukemik mengambil alih sumsum tulang. Sehingga
menurunkan kadar sel sel non leukemik di dalam darah yang merupakan penyebab
berbagai gejala umum leukemia. Sifat khas leukemia adalah priliferasi
tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan
elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus
limfatikus, dan invasi organ nonhematologis, seperti menengis, traktus gastroientestinal,
ginjal dan kulit.
Umumnya
kanker darah ini menyerng anak-anak dan remaja, di tahun 2000, menurut beberapa
sumber menyatakan bahwa ada sekitar 260.000 anak dan orang dewasa diseluruh
dunia yang menderita kanker darah leukemia dan 209.000 orang diantaranya
meninggal karna kanker darah tersebut. Sekitar 90% orang dewasa yang menderita
kanker darah atau leukemia tersebut.
1.2
Rumusan masalah
a. Mengidentifikasi
mekanisme penyakit sesuai dengan kasus.
b. Mencari
pengobatan dan terapi yang diberikan secara rasional sesuai dengan kasus.
c. Membuat
asuhan keperawatan berdasarkan kasus.
1.3 Tujuan penulisan
Mengetahui lebih dalam pembelajaran dan pemberian
Asuhan Keperawatan pada pasien penderita Leukimia Kronik.
1.4 Manfaat penulisan
a.
Bagi penulis, makalah ini dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mendalami pemahaman tentang menganalisa kasus dan membuat rencana
asuhan keperawatan pada pasien penderita Leukimia kronik.
b.
Bagi pembaca, khususnya mahasiswa
keperawatan makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembelajaran asuhan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gangguan limfproliferatif yang
dimanifestasikan oleh proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal
kecil dalam sumsum tulang, darah perifer, dan tempat ekstramedular dengan kadar
yang mencapai 100.000+/mm3. Keganasan klonal limfosit, perjalanan penyakit
perlahan. Pada leukemia ini limfosit diproduksi tetapi tidak berfungsi, dan
berakumulasi di dalam darah, sumsum tulang dan limpa.
Leukemia limfositik kronik (CLL)
cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama mengenai individu antara usia
50 sampai 70 tahun. Negara-negara barat melaporkan penyakit ini sebagai lekemia
yang umum terjadi.
2.2 Etiologi
·
Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom : Insidensi leukemia
meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down,
sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen,
dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti
pada aneuploidy .
a. 2 Saudara kandung : Dilaporkan adanya resiko
leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut
terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .
b. Faktor Lingkungan : Beberapa faktor lingkungan di
ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan
kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) .
·
Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa
RNA virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia
tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe
C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. ( Wiernik,
1985 ) . Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T-
Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala, 1990).
·
Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen )
dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang
sepatu yang sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) Selain
benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .
·
Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan
inhibitor topoisomere II ) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang
menyebabkan AML . Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan
menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et.
al, 1998 ).
·
Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (
ANLL ) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi
radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada
penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia
ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran
thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
2.3 Patofisiologi Leukimia
2.4 Manifestasi klinik
Pada awal diagnosis kebanykan pasien LLK tidak
menimbulkan gejala. Pada pasien dengan gejala, paling sering ditemukan,
limfadenopati, penurunan berat badan dan kelelahan.Gejala lain meliputi
hilangnya nafsu makan, demam, keringat malam,dan infeksi jarang terjadi pada
awalnya, tetapi mencolok sejalan dengan perjalanan penyakitnya.Akibat
penumpukan sel b neoplastik, pada saat diagnosis pada akhirnya akan mengalami,
limfadenopati, spleenomegali, dan hepatomegali sehingga akan menimbulkan sesak
nafas.
Menegakkan klasifikasi atau fasedari LLK sangat
penting karena berguna dalam pengambilan keputusan apakah harus diterapi atau
tidak serta dalam menegakan prognosa. Ada 2 sistem dalam pengklasifikasian
LLK yang berdasarkan karakteristik dari sel yaitu RAI dan BINET.
RAI
Stadium penemuan survival
0 hanya limfositosis > 120 bulan
I limfositosis plus limfodenopati 95 bulan
II limfositosis plus spleenomegali atau hepatomegali
atau keduanya 72 bulan
II limfositosis plus anemia 30 bulan
IV limfositosis plus trombositopenia 30 bulan
Klasifikasi binet
A hb>10, trombosit >100,>3 area yang
terpengaruh
>120 bulan
B hb>10, trombosit >100. >3 area yang
terpengaruh
84 bulan
C hb<10, trombosit <100.<3 are yang
terpengaruh termasuk cervical, nodul xila dan hati
24 bulan
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut mulligan (2008) penegakan diagnosa dapat
disimpulkan dari fitur pemeriksaan klinis dan fitur pemeriksaan lab.
I. Fitur pemeriksaan klinis
Ditemukan adanya limfadenopati dan
hepatosplenomegali yang mengakibatkan infeksi, autoimunitas dan transformasi
II. Fitur pemeriksaa lab
A. Morfologi- pada pemeriksaan hitung darah
lengkap mungkin ditemukan adanya abnormalitas pada ukuran dan bentuk dari sel
darah. Lebih dari 90% bentuk dari limfosit berukuran kecil atau sedang.
B. Fenotipe adalah test yang dipergunakan utnuk
mendeteksi antigen yang ditemukan pada permukaan disekitar sel. Test ini
sebaiknya dilakukan incase jumlah limfosit rendah pada waktu penegakan
diangnosis LLK. Imunofenotipe menunjukan adanya limfosit b, CD19,20 dan CD5.
CD( cluster diferentiation)
C. Pemeriksaan sumsum tulang – dengan biopsi yang
mengkonfirmasikan diagnosis dari LLK. Translokasi jarang terjadi, tetapi lebih
sering terjadi delesi. Kromososm yang terganggu adalah 13q 55% 11q18% trisimi
12 q 16%
Pemeriksaan lain yang dibutuhkan dan cukup
bermanfaat:
Direct antiglobulin test- pemeriksaan ini sangat
penting pada paseien anemik dan sebelum terapi dilaksanakan, Hitung retikulosit,
Fungsi ginjal dan hati, Pemeriksaan x-ray paru, Biopsi nodus limfa dan CT scan-
berguna bila dicurigai adanya spleenomegali
2.6 Terapi dan pengobatan
Terapi
pada LLK tergantung dari stadium dari penyakitnya. Pada stadium awal (RAI I
& II serta binet A) tindakan hanya mengobservasi. Terapi mulai dilakukan
ketika pasien mulai mengalami simptom dari penyakitnya. Stadium lanjut (
RAI III & IV serta binet a & b) dibutuhkan terapi. Terapi termasuk
kemoterapi baik single maupun kombinasi, monoklonal antibodi, transplantasi
sumsum, dan dosis rendah radioterapi. Penggunaan immunoglobulin juga
diberikan untuk meningkatkan sistem imunitas dan menvegah infeksi.
·
Chlorambucil (leukeren) – kemoterapi
oral jenis alkylating yang mana dipergunakan lebih dari 40 tahun dalam
mengobati LLK.
·
Fludarabine – terapi standar yang
dipergunakan untuk mengatasi LLK yang lebih progresif.
·
Alemtuzumab – recombinant antibodi
monoklonal yang secara langsung melawan CD52.
Terapi
radiasi- pada dosis rendah, radias pada spleen menolong mengkontrol simptom
dari LLK dari beberapa bulan hingga beberapa tahun.
BAB
III
ANALISA
KASUS
3.1 Kasus
Seorang
laki-laki berusia 26 tahun datang keRS karena perut membesar, terasa keras
dan nyeri. Keluhan perut membesar dan keras sudah dirasakan pasien sejak 6
bulan yanglalu, sehingga pasien merasa tidak nyaman.Pasien tampak lemas, pucat,
dan sesak.Nafsu makan pasien berkurang sehingga berat badannya menurun. Demam
(-), mual(-), muntah (-), berkeringat banyak malam hari (+). Pasien adalah
seorang penderita down syndrom. Riwayat penyakit hati,penyakit jantung, muntah
darah, konsumsi obat-obatan dan alkohol disangkal pasien.
Kesan Umum : pasien sadar, tampak lemah
Vital
Sign :
TD : 90/60 mmHgHR : 92x/menit, regulerPernafasan : 24x/menitSuhu : 36,4 C
3.2
Diagnosa Nanda
symptom
|
etiologi
|
problem
|
|||||||||
Do : perut
membesar dan keras,pasien tampak pucat,sesak nafas,Muntah, tampak
lemas,berkeringat.
Ds : pasien
merasa mual,demam.
|
Hepatomegali
Sesak
Anorexia
Lemas
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
Nutrisi,ketidak
seimbangan: kurang dari kebutuhan tubuh..
|
Diagnose keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
Aktifitas
|
Keidakseimbangan
nurisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang dan anorexia
|
Nutritional
status :
Setelah
dilakukan askep selama 2x24 jam diharapkan pasien ada rasa ingin makan
Lemah
(-), anorexia (-),
|
Nutritional
conseling
|
-Menjalin
hubungan terapeutik berdasarkan kepercayaan dan rasa hormat
-tentukan
asupan mkanan dan kebiasaan makan pasien
-Memfasilittasi
prilaku makan pasien harus di ubah
-memberikan
informasi yang diperlukan tentang perlunya kesehatan bagi modifikasi diet
-diskusikan
tentang makanan pasien yang disukai dan tidak disukai
-Diskusikan
arti makannan untuk pasien
|
0 komentar:
Post a Comment