Pengajar: Ns. Delly Arfa Syukrowardi, MNS
Diktat, Keperawatan Komunitas 2
(Pokok Bahasan Promosi Kesehatan).
A. LATAR BELAKANG PROM-KES
Promosi Kesehatan atau sering disingkat dengan Promkes merupakan salah satu upaya
dalam pembangunan dibidang kesehatan masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2011).
Promkes dilatarbelakangi oleh keinginan global untuk mewujudkan masyarakat diseluruh
pelosok dunia mendapatkan akses untuk kehidupan yang lebih layak melalui layanan
khususnya bidang kesehatan.
Berikut merupakan pertemuan-pertemuan internasional yang melatarbelakangi Promkes
diseluruh dunia.
1. Alma Ata Declaration
Alma Ata Declaration diadakan dalam rangka kebutuhan yang mendesak akan aksi
nyata dari seluruh pemerintah, pekerja pelayanan kesehatan, dan masyarakat dunia
untuk melindungi dan mempromosikan kesehatan kepada seluruh masyarakat
diseluruh dunia. Salah satu action-nya dengan mendeklarasikan; Perawatan kesehatan
primer (Primary Health Care):
a) mencerminkan dan berkembang dari kondisi ekonomi dan sosial budaya dan
karakteristik politik negara dan masyarakat dan didasarkan pada penerapan
hasil yang relevan dari sosial, penelitian-penelitian bio-medis dan pelayanan
kesehatan, serta pengalaman kesehatan masyarakat;
b) menekankan pada masalah kesehatan utama di masyarakat, menyediakan
layanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif;
c) termasuk setidaknya: pendidikan mengenai berlaku masalah kesehatan dan
metode pencegahan dan pengontrolan mereka; promosi pasokan makanan dan
nutrisi yang tepat; cukup pasokan air bersih dan sanitasi dasar; kesehatan ibu
dan kesehatan anak, termasuk keluarga berencana; imunisasi terhadap
penyakit menular yang utama; pencegahan dan pengendalian lokal penyakit
endemik; perawatan yang tepat dari penyakit umum dan luka-luka; dan
penyediaan obat esensial;
d) melibatkan, selain sektor kesehatan, semua sektor dan aspek terkait
pembangunan nasional dan masyarakat, di bidang pertanian khususnya, hewan
peternakan, makanan, industri, pendidikan, perumahan, pekerjaan umum,
komunikasi dan menuntut upaya terkoordinasi dari semua orang sektor;
e) membutuhkan dan mempromosikan komunitas maksimum dan individu
kemandirian dan partisipasi dalam perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan
pengendalian kesehatan primer, memanfaatkan sepenuhnya sumber daya
lokal, nasional dan lainnya; dan tujuan akhir yaitu pengembangan melalui
pendidikan yang sesuai kemampuan masyarakat;
f) harus ditopang oleh sistem yang terpadu, fungsional dan rujukan yang saling
mendukung, yang mengarah ke peningkatan progresif kesehatan yang
komprehensif untuk semua, dan memberikan prioritas kepada mereka yang
membutuhkan;
g) bergantung pada tingkat lokal dan rujukan, pada petugas kesehatan, termasuk
dokter, perawat, bidan, pembantu dan petugas di masyarakat yang ada, serta
praktisi tradisional yang diperlukan, sesuai dilatih secara sosial dan teknis
untuk bekerja sebagai tim kesehatan dan untuk merespon kebutuhan kesehatan
yang ada dari masyarakat.
2. Ottawa Charter (1986)
Konferensi pertama dalam skala internasional yang diadakan di Ottawa, Kanada pada
Tahun 1986. Kesepakatan dalam pertemuan ini bertujuan untuk mencapai “sehat
global” pada Tahun 2000. Dalam konferensi Promkes di Ottawa, disepakati bahwa
definisi promkes adalah suatu proses yang memungkinkan masyarakat untuk
meningkatkan pengendalian dan pengawasan dalam rangka peningkatan kesehatan.
Untuk mencapai status sehat secara fisik, mental dan sosial, seseorang / masyarakat
harus dapat mengidentifikasi dan memberikan aspirasi, dapat memenuhi kebutuhan
hidup, dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Kesehatan dapat dipandang sebagai sumber daya dalam kehidupan sehari-hari, bukan
tujuan dari kehidupan. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan pada
sumber daya sosial dan individu, seperti kemampuan fisik. Oleh karena itu, Promkes
bukan hanya tanggung jawab dari institusi pelayanan kesehatan saja, akan tetapi
merupakan tangung jawab semua pihak termasuk individu dan masyarakat dalam
menuju kehidupan yang sehat sehingga dapat menjadi masyarakat yang sejahtera
(WHO, The Ottawa Charter 1986).
Dalam rangka terus meningkatkan dan sharing pengalaman dan pengetahuan dibidang
promkes, berikut konferensi-konferensi internasional yang diadakan setelahnya;
3. Adelaide, Australia (1988)
4. Sundsvall, Sweden (1991)
5. Jakarta, Indonesia (1997)
a) Mempromosikan tanggungjawab sosial untuk kesehatan
b) Meningkatkan investasi pengembangan kesehatan
c) Pengembangan partnerships dibidang kesehatan
d) Meningkatkan kemampuan individu dan masyarakat
e) Meningkatkan infrastruktur yang aman
6. Mexico city (2000)
7. Bangkok, Thailand (2005)
8. Rio de Janeiro, Brazil (2012)
B. DEFINISI
1. Promkes adalah suatu proses yang memungkinkan masyarakat untuk meningkatkan
pengendalian dan pengawasan dalam rangka peningkatan kesehatan (Ottawa Charter,
1986 dalam WHO).
2. Primary Health Care (PHC) merupakan esensi kesehatan yang didasarkan pada
praktik, keilmuan, sosial dan teknologi secara universal dapat diakses oleh semua
individu dan keluarga serta masyarakat melalui partisipasi dan dengan biaya yang
terjangkau sehingga dapat menjaga status kesehatan mereka (Alma Ata Declaration,
1978 dalam WHO).
C. TUJUAN PROM-KES OTTAWA CHARTER 1986
D. KONSEP PROMOSI KESEHATAN
Konsep Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui pendekatan beberapa pendekatan
yang optimal. Beberapa pendekatan tersebut dengan:
1. Issue
Masalah yang berhubungan dengan kesehatan yang sedang terjadi disuatu daerah
yang melibatkan masyarakat baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dengan
melakukan promosi kesehatan yang tepat dengan masalah yang dihadapi, efektifitas
promosi kesehatan dapat terlaksana dengan baik.
2. Setting
Kehadiran audien atau masyarakat penting dalam promosi kesehatan. Akses menuju
tempat promosi kesehatan dan sarana/prasarana akan sangat menentukan motivasi
masyarakat dalam menghadiri promosi kesehatan.
3. Life course
Materi yang diberikan dalam promosi kesehatan akan sangat mudah dicerna oleh
masyarakat sebagai audien apabila yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan, penyakit, sosial-ekonomi, dll. akan mudah diberikan sebagai tema promosi kesehatan, dan dapat
dimodifikasi dengan adaptasi budaya setempat.
4. Best practice
Action merupakan komponen terakhir dalam menentukan promosi kesehatan
menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik atau tidak. Tanpa adanya action,
promosi kesehatan akan menjadi sia-sia. Akan tetapi, action yang baik harus
didukung dengan perencanaan yang baik. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan
kegiatan nyata dari promosi kesehatan, perencanaan harus dibuat dan dikoordinasikan
dengan pihak-pihak terkait agar tujuan action dari promosi kesehatan dapat sesuai
dengan tujuan.
Seiring dengan berkembangnya kemajuan jaman, konsep Health Promotion dapat
dilakukan dengan pendekatan yang innovative:
1. Menyediakan sarana dan prasarana yang mobile atau dapat diakses dan digunakan
kapan saja.
2. Pelaksanaan promosi kesehatan diupayakan terfokus pada perubahan sosio-ekonomi dan budaya pada tingkat keluarga dan masyarakat
3. Melibatkan dan aktif melibatkan seluruh sektor pemerintah khususnya untuk
menyelesaikan masalah sosial dan ekonomi
4. Temuan-temuan ilmiah dapat menjadi bahan referensi yang kuat dalam
menjalankan promosi kesehatan (evidence-based practices), sehingga keilmuan
yang terkini dapat diketahui oleh audien/masyarakat.
E. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Strategi Promosi kesehatan di Asia Tenggara meliputi:
1. Infrastructure,
2. Membangun kapasitas,
3. Regulasi dan legalisasi,
4. Partisipasi dan kerjasama,
5. Kebijakan policy and advocacy,
6. Mobilisasi sosial,
7. Managemen perubahan.
8. Promosi finansial
Strategi promosi kesehatan di Indonesia (Depkes RI, 2011).
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi
kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina suasana
dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan.
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS.
Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong
dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan
melestarikannya.
Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan
dapat
mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana dan
advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan.
F. SASARAN PROMOSI KESEHATAN
SASARAN PROMOSI KESEHATAN ASIA TENGGARA
Tobacco Cessation
Emotional & Mental Health
Prenatal Care
Access to Care & Providers
Health Literacy
Obesity
Dental
Screening & Prevention-Diabetes, Hypertension, Cancer
Substance Abuse (alcohol & drugs)
Immunization
Heart disease & Stroke
Cancer
Chronic Respiratory Disease
Di Indonesia, pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1)
sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier (Depkes RI, 2011).
Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan
mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu
yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan
sulit dicapai jika tidak didukung oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal.
Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal,
dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari
kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan
atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan
(stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha.
Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka
adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka
diharapkan
dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) dengan cara:
a) Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.
b) Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif
bagi PHBS.
c) Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya
PHBS.
Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang
dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan
masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat. Membantu
menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya
PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta
masyarakat luas pada umumnya.
G. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2011. PROMOSI KESEHATAN DI DAERAH BERMASALAH KESEHATAN.
Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Accessed from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/panduan-promkes-dbk.pdf
WHO Regional Office for Europe. Declaration of Alma-Ata. Accessed from:
http://www.who.int/publications/almaata_declaration_en.pdf
WHO, The Ottawa Charter for Health Promotion. International Health Promotion
Conference. Accessed from:
http://www.who.int/healthpromotion/conferences/previous/ottawa/en/
WHO Indonesia. The Implementation of Health Promotion in Indonesia. 2001. Accessed
from:
http://whoindonesia.healthrepository.org/bitstream/123456789/563/1/Batunahal%20G
ultom%20-%20The%20Implementation%20of%20Health%20Promotion%20in%20Indonesia%2
0%28INO%20HPR%20001-TSS%29.PDF