Thursday, March 10, 2016

makalahpsikososial














Makalah
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

Di susun oleh :
Asropul anam
Deni agustiawan
Andri candra



Program studi ilmu keperawatan
STIKes faletehan serang - banten
2015-2016



KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Kebutuhan psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Kebutuhan psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis”untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.








DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………i
Daftar isi ……………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….1
a.       Latar belakang ………………………………………………………………………1
b.      Tujuan penulisan ……………………………………………………………………1
c.       Manfaat penulisan …………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………...2
a.       Teori …………………………………………………………………………………2
b.      Intervensi psikososial pada keperawatan kritis ……………………………………...5
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………8
a.       Kesimpulan ………………………………………………………………………….8
b.      Dafar pustaka ………………………………………………………………………..9









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang unik bagi perawat pada keperawatan kritis. Perawat harus secara seimbang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun kliennya dalam suatu lingkungan yang dapat menimbulkan stress dan dehumanis. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana keperawatan kritis yang dialami mempengaruhi kesehatan psikososial pasien, keluarga dan petugas kesehatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di icu atau perawatan kritis selalu mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosiologis, spiritual, secara komprehensif. Hal ini berarti pasien yang dirawat di ICU membutuhkan asuhan keperawatan tidak hanya masalah patofisiologi tetapi juga masalah psiko sosial, lingkungan dan keluarga yang secara erat terkait dengan penyakit fisiknya. (FK Unair, RSUD Dr. Soetomo, 2001) 
B.     Tujuan
1.      Memahami respon psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
2.      Meningkatkan kemampuan penulisan makalah
3.      Mengetahui intervensi psikososial pada keperawatan kritis
C.     Manfaat penulisan
1.      Bagi ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi untuk dijadikan bahan dalam mengembangakan program pendidikan keperawatan terhadap psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
2.      Bagi perawat
Dapat menambah wawasaan perawat tentang pengetahuan tentang respon psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    TEORI
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbale balik. Masalah psikososial adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale balik, sebagai akibat terjadinya perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.

Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.

ICU seringkali digambarkan sebagai suatu tempat yang penuh dengan stress, tidak hanya bagi klien dan keluarganya tetapi juga bagi perawat. Pemahaman yang baik tentang stres dan akibatnya akan membantu ketika bekerja pada unit keperawatan kritis. Pemahaman ini dapat memungkinkan perawat untuk mengurangi efek destruktif stress dan meningkatkan potensi positif dari stress baik pada pasien dan dirinya sendiri.
1)      Stress
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Stres merupakan suatu fenomena komplek, dimana sekumpulan komponen saling berinteraksi dan bekerja serentak. Ketika sesuatu hal mengubah satu komponen subsistem, maka keseluruhan sistem dapat terpengaruh. Jika tuntutan untuk berubah menyebabkan ketidakseimbangan (disequilibrium) pada sistem, maka terjadilah stress. Individu kemudian memobilisasi sumber-sumber koping untuk mengatasi stress dan mengembalikan keseimbangan. Idealnya, stress bergabung dengan perilaku koping yang tepat akan mendorong suatu perubahan positif pada individu. Ketika stress melebihi kemampuan koping seseorang, maka potensi untuk menjadi krisis dapat terjadi.

2)      Stressor
Stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan berakibat pada terjadinya fenomena stress (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Sumber stressor dapat berasal dari subsistem biofisikal, psikososial atau masyarakat. Stressor biofisik antara lain organisme infeksius, proses penyakit atau nutrisi yang buruk. Sedangkan contoh stressor psikososial adalah harga diri yang rendah, masalah hubungan interpersonal, dan krisis perkembangan. Stressor ini berasal dari masyarakat luas seperti fluktuasi ekonomi polusi dan teknologi tinggi.
Bagaimana orang mengalami suatu stressor tergantung pada persepsinya tentang stressor dan sumber kopingnya. Stress juga merupakan tambahan (additive). Jika seseorang mendapat serangan stressor yang multipel, maka respon stress akan lebih hebat.

3)      Respon stres
Rspon stress dapat diinduksi oleh stressor biofisik, psikososial atau stressor social. Hans Selye dalam Emanuelsen & Rosenlicht (1986) mengemukakan temuanya tentang stress kedalam suatu model stress yang disebut general adaptation syndrome (GAS). GAS terdiri atas 3 tahap yaitu (a) alarm respon, (b) stage of resistance dan stage of exhaustion.
-       Alarm respon. Merupakan tahap pertama dan ditandai oleh respon cepat, singkat, melindungi/memelihara kehidupan dimana merupakan aktivitas total dari system saraf simpatis. Tahap ini sering disebut dengan istilah menyerang atau lari (fight-or-flight response).
-       Stage of resistance. Merupakan tahap kedua, dimana tubuh beradaptasi terhadap ketidakseimbangan yang disebabkan oleh stressor. Tubuh bertahan pada tahap ini sampai stressor yang membahayakan hilang dan tubuh mampu kembali kekeadaan homeostasis. Jika semua energi tubuh tubuhnya digunakan untuk koping, maka dapat terjadi tahap yang ketiga yaitu tahap kelelahan.
-       Stage of exhaustion. Saat semua energi telah digunakan untuk koping, maka tubuh mengalami kelelahan dan berakibat pada terjadinya sakit fisik, gangguan psikososial dan kematian.

4)      Klien
Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU tidak saja bertambah menderita akibat stress sakit fisiknya tetapi juga stress akibat psikososialnya. Konsekuensinya, perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada unit keperawatan kritis didesign untuk memelihara atau mengembalikan semua fungsi fisik vital dan fungsi-fungsi psikososial yang terganggu oleh keadaan sakitnya.



5)      Respon psikososial
Respon psikososial klien terhadap pengalaman keperawatan kritis mungkin dimediasi oleh fenomena internal seperti keadaan emosional dan mekanisme koping atau oleh fenomena eksternal seperti kuantitas dan kualitas stimulasi lingkungan.
-       Reaksi emosional. Intensitas reaksi emosional dapat mudah dipahami jika menganggap bahwa ICU adalah tempat dimana klien berusaha menghindari kematian. Klien dengan keperawatan kritis memperlihatkan reaksi emosional yang dapat diprediksi dimana mempunyai cirri-ciri yang umum, berkaitan dengan sakitnya. Takut dan kecemasan secara umum adalah reaksi pertama yang tampak. Klien mungkin mengalami nyeri yang menakutkan, prosedur yang tidak nyaman, mutilasi tubuh, kehilangan kendali, dan/atau meninggal.
-       Depresi seringkali muncul setelah takut dan kecemasan. Depresi seringkali merupakan respon terhadap berduka dan kehilangan.pengalaman kehilangan dapat memicu memori dimasa lalu muncul kembali dengan perasaan sedih yang lebih hebat.

6)      Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental baik disadari maupun tidak disadari yg digunakan untuk menstabilkan situasi yang berpotensi mengancam dan membuat kembali ke dalam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Strategi koping klien merupakan upaya untuk menimbulkan stabilitas emosional, menguasai lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan hidup, dan memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh karena sakit/penyakit. Beberapa contoh perilaku koping adalah humor, distraksi, bertanya untuk suatu informasi berbicara dengan yang lain tentang keluhan/perasaan-perasaannya, mendefinisikan kembali masalah kedalam istilah yang lebih disukai, menghadapi masalah dengan dengan melakukan beberapa tindakan, negosiasi kemungkinan pilihan/alternatif, menurunkan ketegangan dengan minum, makan atau menggunakan obat, menarik diri, menyalahkan seseorang atau sesuatu, menyalahkan diri sendirimenghindar dan berkonsultasi dengan ahli agama.

B.     INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA KEPERAWATAN KRITIS
Terjadinya sakit / keadaan KRISIS atau KRITIS seseorang akan menimbulkan stress & anxietas baik path Klien, keluarga atau orang terdekat. Ok:
a.       ancaman thd kehidupannya dan kesejahteraanya
b.       ancaman ketidakberdayaan
c.        kehilangan
d.      eratnya penyakit
e.        Kehilangan kendali
f.        Perasaan kehilangan fungsi & harga diri
g.       Kegagalan membentuk pertahanan diri
h.       Perasaan terisolasi
i.         Takut mati
Respon yang dialami baik pasien atau keluarga yang mengalami kegawatan atau sakit kritis umunya akan :
a.       Terkejut dan tidak percaya
b.       Mengembangkan kesadaran  
c.        restitusi
d.       Resolusi

Sebagai perawat professional apabila pasien atau keluarga mengalami hal tersebut maka penatalaksanaan keperawatan tidak terlepas dan:
1.      Proses keperawatan
2.       Memenuhi kebutuhan dasar pasien
3.       adaptasi
4.       Advokasi


Tindakan tersebut ditujukan untuk:
1.       Dukungan emosional, sosial, spiritual dan fisik di lingkungan perawatan
2.       meningkatkan kenyamanan
3.       meningkatkan integritas dan identitas pasien
4.       koping yang adaptif dan efektif

PROSES KOPING
 Proses koping path pasien yang mengalami trauma sangat dipengaruhi oleh:
a.        Gejala awal ( PS menangis / ketakutan km tidak tahu kondisinya)
b.       Penolakan klien terhadap kondisinya

WAWANCARA & INTERVENSI PSIKOSOSIAL
 Bagi perawat emergensi / perawat kritis sangat diperlukan wawancara & intervensi psikososial sebab disamping umumnya pasien dan keluarga mengalami sakit yang tiba tiba juga terkadang disertai situasi yang buruk dan penyakit yang berat. Keberhasilan tindakan ini sangat tergantung pada:
a.       Informasi & jawaban yg memuaskan atas permasalahan mereka
b.       Jaminan thd kesehatannya
c.        Perubahan kearah kesembuhan
d.      Harapan keluarga
e.        Sikap tenaga keperawatan
f.        Frekwensi kontak dng pasien / kel

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Pengkajian yg ditekankan pd adanya konflik-konflik nilai, tuntutan emosional, keterlibatan emosi yg berlebih, kurangbaiknya hubungan interpersonal., pola koping pasien & keluarga
2.      Support ps & kel. Agar koping psikososial efektif dng cara dukungan emosional, penyediaan informasi, hubungan sosial yg baik dan dukungan fasilitas
3.       Perhatian dan sentuhan
4.       Keterlibatan keluarga dalam perawatan dan dukungan emosional path pasien
5.       Pemberian informasi yg terus menerus, terus terang ( dng cara yg sesuai ) dan terorganisir












BAB III
PENUTUP
a.       Kesimpulan
Pasien – pasien yang dirawat diruangan ICU adalah pasien – pasien yang sedang mengalami keadaan kritis. Keadaaan kritis merupakan suatu keadaan penyakit kritis yang mana pasien sangat beresiko untuk meninggal. Pada keadaan kritis ini pasien mengalami masalah psikososial yang cukup serius dan karenanya perlu perhatian dan penanganan yang serius pula dari perawat dan tenaga kesehatan lain yang merawatanya. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kritis ini, perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik serta berkomunikasi yang efektif kepada pasien.













DAFTAR PUSTAKA


1.    Emanuelsen, K.L. & Rosenlicht, J.McQ. (1986). Handbook of critical care nursing. New York: A Wiley Medical Publication.
2.    file:///C:/Users/user.user-PC/Downloads/FILOSOFI%20(1).pdf









0 komentar:

Post a Comment