PRAKTEK
KEPERAWATAN DEWASA I
RESUME
SISTEM PERKEMIHAN
Di
susun oleh :
1013031023
ASROPUL
ANAM
Program
studi ilmu keperawatan
STIKes
faletehan serang - banten
2015-2016
A. ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Sistem ginjal dan urin meliputi ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Urine dibentuk oleh ginjal dan mengalir melalui struktur
lainnya harus dihilangkan dari tubuh.
1.
Ginjal
Ginjal adalah sepasang berbentuk kacang, merah
kecoklatan struktur terletak retroperitoneally (belakang dan di luar rongga
peritoneum) di dinding posterior abdomen- yang dari vertebra toraks 12 ke
lumbal ketiga verte-bra di (Gambar. 43-1A) dewasa. Rata-rata ginjal dewasa beratnya
sekitar 113-170 g (sekitar 4,5 oz) dan 10 untuk panjang 12 cm, lebar 6 cm, dan
2,5 cm (Porth &
Matfin, 2009). Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dari kiri karena lokasi hati.
Eksternal, ginjal baik dilindungi oleh tulang rusuk
dan oleh otot-otot perut dan punggung. Internal, lemak de-berpendapat
mengelilingi setiap ginjal, memberikan perlindungan terhadap menggelegar.
Ginjal dan lemak sekitarnya ditangguhkan dari dinding perut oleh fasia ginjal
terbuat dari ikat tis-sue. Jaringan ikat fibrosa, pembuluh darah, dan
Lym-phatics sekitarnya setiap ginjal dikenal sebagai ginjal kapsul. Kelenjar
adrenal terletak di atas setiap ginjal. ginjal dan adrenal independen dalam
fungsi, darah pasokan, dan persarafan Parenkim ginjal dibagi menjadi dua
bagian: cor - tex dan medula ( Gambar 43-1B . ) . Medula , yang merupakan ap -
proxima lebar 5 cm , adalah bagian dalam ginjal . Ini berisi loop Henle , yang
recta vasa , dan saluran col - lecting dari nefron juxtamedullary . Saluran
collect - ing dari kedua juxtamedullary dan kortikal yang nefron terhubung ke
piramida ginjal , yang triangu - lar dan terletak dengan dasar menghadap
permukaan cekung ginjal dan titik ( papilla ) menghadap hilus , atau panggul .
Setiap ginjal mengandung sekitar 8-18 Pyra - MID . Piramida mengalir ke kalises
kecil , yang menguras ke kalises utama yang membuka langsung ke pelvis ginjal .
Pelvis ginjal adalah awal dari sistem pengumpulan
dan terdiri dari struktur yang dirancang untuk mengumpulkan dan mengangkut urin
. Setelah urin meninggalkan pelvis ginjal , komposisi atau jumlah urine tidak
berubah.
2.
Ureter , kandung kemih , dan Uretra
Urin
yang terbentuk di nefron mengalir ke ginjal panggul dan kemudian ke ureter ,
yang tabung fibromus - cular panjang yang menghubungkan setiap ginjal ke
kandung kemih . ini tabung sempit, setiap panjang 24-30 cm , berasal di bawah
sebagian dari pelvis ginjal dan mengakhiri di trigonum dari dinding kandung
kemih .
Ureter
kiri sedikit lebih pendek dari ureter yang tepat. The lapisan ureter terdiri
dari epitel sel transisional disebut urothelium. Urothelium mencegah reabsorpsi
urin. Pergerakan urin dari setiap pelvis ginjal melalui ureter ke dalam kandung
kemih difasilitasi oleh peristaltic kontraksi otot polos di dinding ureter. Di
sana tiga bidang menyempit setiap ureter: ureteropelvic yang persimpangan,
segmen ureter dekat persimpangan sacroiliac, Mengumpulkan tubulus Loop Henle
Distal sulit pipa kecil Aferen arteriol Eferen arteriol Glomerulus Kapsul
Bowman Proksimal sulit pipa kecil Peritubular kapiler Pembuluh darah Pembuluh
darah
Gambar
43-2 Representasi nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron dari dua
jenis: kortikal dan jux-tamedullary. Nefron kortikal terletak di korteks ginjal;
nefron juxtamedullary yang berdekatan dengan medula. Bab 43 Penilaian ginjal
dan saluran kemih Fungsi 1295 dan persimpangan ureterovesical. Ketiga daerah
dari ureter memiliki kecenderungan untuk obstruksi oleh batu ginjal (batu
anak-ney) atau striktur. Obstruksi ureteropelvic yang persimpangan adalah yang
paling serius karena dekat dengan ginjal dan risiko disfungsi ginjal terkait.
Kandung
kemih adalah otot , kantung berongga terletak hanya di belakang tulang kemaluan
. Kapasitas kandung kemih dewasa 400 sampai 500 mL ( Bickley , 2007) . Kandung
kemih ditandai oleh, wilayahnya pusat berongga , disebut vesikel , yang
memiliki dua inlet ( ureter ) dan satu outlet ( uretra ) . Daerah sekitar leher
kandung kemih disebut uretrovesika yang persimpangan . The memancing dari
persimpangan ureterovesical adalah Cara utama menyediakan antegrade , atau ke
bawah , bergerak -ment urin , juga disebut sebagai penghabisan urin . Ini
sebuah - penyelundupan mencegah refluks vesicoureteral ( retrograde , atau
back- bangsal , gerakan urine ) dari kandung kemih , sampai ureter , menuju
ginjal .
Dinding
kandung kemih berisi empat lapisan. Luar-paling lapisan adalah adventitia, yang
terdiri dari ikat jaringan. Langsung di bawah adventitia adalah lapisan mus-cle
halus yang dikenal sebagai detrusor tersebut. Di bawah detrusor adalah lapisan
submukosa dari jaringan ikat longgar yang berfungsi sebagai antarmuka antara
detrusor dan lapisan terdalam, sebuah
lapisan
mukosa. Lapisan dalam mengandung khusus epitel sel transi-nasional, membran
yang kedap air dan mencegah reabsorpsi urin disimpan di blad-der. The leher
kandung kemih berisi kumpulan paksa otot polos yang membentuk sebagian dari
sfingter uretra dikenal sebagai sfingter internal. Porsi penting dari mekanisme
sfingter yang membantu mempertahankan kontinensia adalah sphincter kemih
eksternal pada uretra anterior, segmen yang paling distal dari kandung kemih
(Porth & Matfin,
2009).
Selama berkemih (berkemih), meningkat intravesical Tekanan terus persimpangan
ureterovesical ditutup dan terus urin dalam ureter. Begitu berkemih adalah
com-pleted, kembali tekanan intravesical ke rendah nilai normal dasar-line,
yang memungkinkan penghabisan urin untuk melanjutkan. Oleh karena itu, hanya
waktu itu kandung kemih benar-benar kosong di terakhir detik berkemih, sebelum
penghabisan resume urin.
Uretra
muncul dari dasar kandung kemih : Dalam laki-laki , melewati penis ; pada
wanita , membuka hanya anterior vagina . Pada pria , kelenjar prostat , yang
terletak tepat di bawah leher kandung kemih , mengelilingi ure - thra posterior
dan lateral .
B. MACAM-MACAM
PENYAKIT SISTEM PERKEMIHAN
Organ-organ dari sistem
perkemihan tersebut sejatinya akan mengalami gangguan jika tidak dijaga
kesehatanya, sehingga dapat menimbulkan gangguan atau penyakit. Berikut
penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada sistem perkemihan/urinary
1. Glomerulonefritis
adalah proses inflamasi pada glumeruli dengan etiologi, patogenesis,
perubahan-perubahan histologi pada ginjal berlainan tetapi dengan presentasi
klinis seragam.
2. Sindrom
Nefrotik adalah kelainan pada sistem perkemihan/urinary yang ditandai dengan
adanya peningkatan protein dalam urine (proteinuria), penurunan albumin dalam
darah, dan adanya edema
3. Gagal Ginjal Kronik adalah suatu kedaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu
derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis
atau transplantasi ginjal
4. Ca Kandung Kemih adalah tumor yang didapatkan
pada buli-buli (kandung kemih) yang akan terjadi gros hematuria tanpa rasa
sakit yaitu keluar kencing warna merah terus.
5. BPH
(Benign Prostat Hiperplasia) adalah pembesaran kelenjar prostat yang disebabkan
adanya keseimbangan hormonal dalam tubuh sehingga terjadi hiperplasi
(penambahan jumlah sel) pada kelenjar prostat
6. ISK (Infeksi Saluran Kemih) adalah suatu
keadaan klinis yang mana terdapat mikroorganisme pada saluran kemih
7. Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapatnya
batu di dalam saluran kemih, baik dalam ginjal, ureter, maupun buli-buli /
kandung kemih.
C. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Anamnesis
yang lengkap (uretritis, trauma dengan kerusakan pada panggul, straddle injury, instrumentasi pada
uretra, penggunaan kateter uretra,
kelainan sejak lahir)
2. Inspeksi:
meatus eksternus sempit,pembengkakan serta fistula di daerah penis,skrotum,perineum, suprapubik.
3. Palpasi: teraba jaringan parut sepanjang perjalanan
uretra anterior; pada bagian ventral penis, muara fistula bila dipijit
mengeluarkan getah/nanah
4. Rectal toucher (colok dubur)
5. Uroflometri
6. Ureterografi
7. Ureteroskopi
8. IVP (intra vena pielografi) dan USG jika
dicurigai mulai gangg. Prostat
D. PATOFISIOLOGI
1.
Patofisiologi
dan Penyebab Ifeksi Saluran Kemih
Infeksi
Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung
kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang
lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi,
factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih
ke ginjal
Secara
hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa
hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan
lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini
sering disebabkan karena adanya:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang
meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang
efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari
sekresi prostat.
Sisa
urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan
bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri,
kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya
obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab
umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi
prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
E. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Diagnosa
Keperawatan
b. Infeksi
yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
c. Perubahan
pola eliminasi urine ( disuria,
dorongan, frekuensi, dan atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
d. Nyeri
yang berhubungan dengan ISK.
e. Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit,
metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.
2.
Intervensi
(Perencanaan / Implementasi)
Perencanaan
a. Infeksi
yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
1) Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam pasien memperlihatkan tidak adanya
tanda-tanda infeksi.
2) Kriteria
Hasil :
a) Tanda-tanda
vital dalam batas normal
b) Nilai
kultur urine negative
c) Urine
berwarna bening dan tidak bau
3) Intervensi
:
a) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika
suhu di atas 38,50°C
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam
tubuh
b) Catat
karakteristik urine
Rasional :
Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c) Anjurkan
pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk mencegah stasis urine
d) Monitor
pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap
keadaan penderita.
e) Anjurkan
pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komlit setiap kali kemih.
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
f) Berikan
perawatan perineal, pertahankan agar tetap
bersih dan kering.
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri
yang membuat infeksi uretra
b. Perubahan
pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau nokturia ) yang
berhubungan dengan ISK.
1) Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
2) Kriteria
Hasil :
a) Klien
dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien
tidak kesulitan pada saat berkemih
c) Klien
dapat BAK dan berkemih
3) Intervensi
:
a) Ukur
dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk
mengetahui input / output
b) Anjurkan
untuk berkemih setiap 2-3 jam
Rasional :
Untuk
mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung kemih.
c) Palpasi
kandung kemih tiap 4 jam
Rasional :
Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d) Bantu
klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional :
Untuk
memudahkan klien untuk berkemih.
e) Bantu
klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
c. Nyeri
yang berhubungan dengan ISK
1) Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam pasien merasa nyaman dan nyerinya
berkurang.
2) Kriteria
Hasil :
a) Pasien
mengatakan / tidak ada keluhan pada saat berkemih
b) Kandung
kemih tidak tegang
c) Passien
tampak tenang
d) Ekspresi
wajah tenang
3) Intervensi :
a) Kaji
inensitas, lokasi dan faktor yang memberatkan atau meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
b) Berikan
waktu istirahat yang cukup dan tingkat
aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan
otot-otot.
c) Anjurkan
minum banyak 2-3 liter jikatidak ada
kontra indikasi.
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih.
d) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri.
d. Kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentangproses
penyakit, metode pencegahan, dan
intruksi perawatan di rumah.
1) Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda
gelisah.
2) Kriteria
Hasil :
a) Klien
tidak gelisah
b) Klien
tenang
3) Intervensi
:
a) Kaji
tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
b) Beri
kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati
terhadap perawatan dan pengobatan.
c) Beri
suport pada klien
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan percaya diri
tinggi terhadap perawatan atas kesembuhannya.
d) Beri
dorongan spiritual
Rasional :
Agar klien
kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME. Beri suport pada klien.
e) Beri
penjelasan terhadap penyakitnya
Rasional :
Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.
3.
Implementasi
/ Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka
perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan ( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat
tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn,
dkk, 2000)
4.
Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien
dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah
terdapat :
a. Nyeri yang menetap atau bertambah
b. Perubahan
warna urine
c. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan
sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing menetes setelah berkemih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baughman,
Diane.C. et all. 2000. Keperawatan
Medikal-Bedah : Buku Saku dari Brunner & Suddart. Jakarta : EGC
2. https://www.google.com/search?q=pathway+isk&ie=utf-8&oe=utf-8#q=askep+penyakit+isk+pdf
0 komentar:
Post a Comment