Makalah
KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
KEBUTUHAN
PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT DAN KRITIS
Di susun oleh :
Asropul anam
Deni agustiawan
Andri candra
Program
studi ilmu keperawatan
STIKes
faletehan serang - banten
2015-2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Kebutuhan
psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Kebutuhan psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis”untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Kebutuhan psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis”untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
Kata
pengantar………………………………………………………………………………i
Daftar isi
……………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………………….1
a.
Latar belakang
………………………………………………………………………1
b.
Tujuan penulisan
……………………………………………………………………1
c.
Manfaat penulisan
…………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
…………………………………………………………………...2
a.
Teori …………………………………………………………………………………2
b.
Intervensi psikososial pada keperawatan
kritis ……………………………………...5
BAB III PENUTUP
…………………………………………………………………………8
a.
Kesimpulan ………………………………………………………………………….8
b.
Dafar pustaka
………………………………………………………………………..9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan
suatu tantangan yang unik bagi perawat pada keperawatan kritis. Perawat harus
secara seimbang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun
kliennya dalam suatu lingkungan yang dapat menimbulkan stress dan dehumanis.
Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus mempunyai pengetahuan tentang
bagaimana keperawatan kritis yang dialami mempengaruhi kesehatan psikososial
pasien, keluarga dan petugas kesehatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di icu atau
perawatan kritis selalu mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosiologis,
spiritual, secara komprehensif. Hal ini berarti pasien yang dirawat di ICU
membutuhkan asuhan keperawatan tidak hanya masalah patofisiologi tetapi juga
masalah psiko sosial, lingkungan dan keluarga yang secara erat terkait dengan
penyakit fisiknya. (FK Unair, RSUD Dr. Soetomo, 2001)
B. Tujuan
1. Memahami
respon psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
2. Meningkatkan
kemampuan penulisan makalah
3. Mengetahui
intervensi psikososial pada keperawatan kritis
C. Manfaat
penulisan
1. Bagi
ilmu keperawatan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi untuk
dijadikan bahan dalam mengembangakan program pendidikan keperawatan terhadap psikososial
pada pasien gawat darurat dan kritis
2. Bagi
perawat
Dapat
menambah wawasaan perawat tentang pengetahuan tentang respon psikososial pada
pasien gawat darurat dan kritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI
Psikososial adalah setiap perubahan dalam
kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun social yang
mempunyai pengaruh timbale balik. Masalah psikososial adalah masalah kejiwaan
dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
Teori Erik Erikson membahas tentang
perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori
perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam
psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang
dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan
psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah
perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson,
perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang
kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi
positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan
psikososial.
ICU seringkali digambarkan sebagai suatu tempat
yang penuh dengan stress, tidak hanya bagi klien dan keluarganya tetapi juga
bagi perawat. Pemahaman yang baik tentang stres dan akibatnya akan membantu
ketika bekerja pada unit keperawatan kritis. Pemahaman ini dapat memungkinkan
perawat untuk mengurangi efek destruktif stress dan meningkatkan potensi
positif dari stress baik pada pasien dan dirinya sendiri.
1) Stress
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap
tuntutan yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang
mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Stres merupakan
suatu fenomena komplek, dimana sekumpulan komponen saling berinteraksi dan
bekerja serentak. Ketika sesuatu hal
mengubah satu komponen subsistem, maka keseluruhan sistem dapat terpengaruh.
Jika tuntutan untuk berubah menyebabkan ketidakseimbangan (disequilibrium)
pada sistem, maka terjadilah stress. Individu kemudian memobilisasi
sumber-sumber koping untuk mengatasi stress dan mengembalikan keseimbangan.
Idealnya, stress bergabung dengan perilaku koping yang tepat akan mendorong
suatu perubahan positif pada individu. Ketika stress melebihi kemampuan koping
seseorang, maka potensi untuk menjadi krisis dapat terjadi.
2)
Stressor
Stressor
merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan
berakibat pada terjadinya fenomena stress (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).
Sumber stressor dapat berasal dari subsistem biofisikal, psikososial atau
masyarakat. Stressor biofisik antara lain organisme infeksius, proses penyakit
atau nutrisi yang buruk. Sedangkan contoh stressor psikososial adalah harga
diri yang rendah, masalah hubungan interpersonal, dan krisis perkembangan.
Stressor ini berasal dari masyarakat luas seperti fluktuasi ekonomi polusi dan
teknologi tinggi.
Bagaimana
orang mengalami suatu stressor tergantung pada persepsinya tentang stressor dan
sumber kopingnya. Stress juga merupakan tambahan (additive). Jika
seseorang mendapat serangan stressor yang multipel, maka respon stress akan
lebih hebat.
3) Respon stres
Rspon stress dapat
diinduksi oleh stressor biofisik, psikososial atau stressor social. Hans Selye
dalam Emanuelsen & Rosenlicht (1986) mengemukakan temuanya tentang stress
kedalam suatu model stress yang disebut general
adaptation syndrome (GAS). GAS terdiri atas 3 tahap yaitu (a) alarm
respon, (b) stage of
resistance dan stage of exhaustion.
- Alarm respon. Merupakan tahap pertama dan ditandai oleh respon cepat,
singkat, melindungi/memelihara
kehidupan dimana merupakan aktivitas total dari system saraf simpatis. Tahap ini
sering disebut dengan istilah menyerang atau lari (fight-or-flight response).
- Stage of resistance. Merupakan tahap kedua, dimana tubuh
beradaptasi terhadap ketidakseimbangan yang disebabkan oleh stressor. Tubuh
bertahan pada tahap ini sampai stressor yang membahayakan hilang dan tubuh
mampu kembali kekeadaan homeostasis. Jika semua energi tubuh tubuhnya digunakan
untuk koping, maka dapat terjadi tahap yang ketiga yaitu tahap kelelahan.
- Stage of exhaustion. Saat semua energi telah digunakan untuk
koping, maka tubuh mengalami kelelahan dan berakibat pada terjadinya sakit
fisik, gangguan psikososial dan kematian.
4) Klien
Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU
tidak saja bertambah menderita akibat stress sakit fisiknya tetapi juga stress
akibat psikososialnya. Konsekuensinya, perawat yang melakukan asuhan
keperawatan pada unit keperawatan kritis didesign untuk memelihara atau
mengembalikan semua fungsi fisik vital dan fungsi-fungsi psikososial yang
terganggu oleh keadaan sakitnya.
5) Respon psikososial
Respon psikososial klien terhadap pengalaman
keperawatan kritis mungkin dimediasi oleh fenomena internal seperti keadaan
emosional dan mekanisme koping atau oleh fenomena eksternal seperti kuantitas
dan kualitas stimulasi lingkungan.
- Reaksi emosional. Intensitas reaksi emosional dapat mudah
dipahami jika menganggap bahwa ICU adalah tempat dimana klien berusaha menghindari
kematian. Klien dengan keperawatan kritis memperlihatkan reaksi emosional yang
dapat diprediksi dimana mempunyai cirri-ciri yang umum, berkaitan dengan
sakitnya. Takut dan kecemasan secara umum adalah reaksi pertama yang
tampak. Klien mungkin mengalami nyeri yang menakutkan, prosedur yang tidak
nyaman, mutilasi tubuh, kehilangan kendali, dan/atau meninggal.
- Depresi seringkali muncul setelah takut dan kecemasan.
Depresi seringkali merupakan respon terhadap berduka dan kehilangan.pengalaman
kehilangan dapat memicu memori dimasa lalu muncul kembali dengan perasaan sedih
yang lebih hebat.
6)
Mekanisme
koping
Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi
mental baik disadari maupun tidak disadari yg digunakan untuk menstabilkan
situasi yang berpotensi mengancam dan membuat kembali ke dalam keseimbangan
(Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Strategi koping klien merupakan upaya untuk menimbulkan
stabilitas emosional, menguasai lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan
hidup, dan memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh karena sakit/penyakit.
Beberapa contoh perilaku koping adalah humor, distraksi, bertanya untuk suatu
informasi berbicara dengan yang lain tentang keluhan/perasaan-perasaannya,
mendefinisikan kembali masalah kedalam istilah yang lebih disukai, menghadapi
masalah dengan dengan melakukan beberapa tindakan, negosiasi kemungkinan
pilihan/alternatif, menurunkan ketegangan dengan minum, makan atau menggunakan
obat, menarik diri, menyalahkan seseorang atau sesuatu, menyalahkan diri
sendirimenghindar dan berkonsultasi dengan ahli agama.
B. INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA KEPERAWATAN KRITIS
Terjadinya
sakit / keadaan KRISIS atau KRITIS seseorang akan menimbulkan stress &
anxietas baik path Klien, keluarga atau orang terdekat. Ok:
a. ancaman
thd kehidupannya dan kesejahteraanya
b. ancaman ketidakberdayaan
c. kehilangan
d. eratnya
penyakit
e. Kehilangan kendali
f. Perasaan kehilangan fungsi & harga diri
g. Kegagalan membentuk pertahanan diri
h. Perasaan terisolasi
i.
Takut mati
Respon
yang dialami baik pasien atau keluarga yang mengalami kegawatan atau sakit
kritis umunya akan :
a. Terkejut
dan tidak percaya
b. Mengembangkan kesadaran
c. restitusi
d. Resolusi
Sebagai perawat
professional apabila pasien atau keluarga mengalami hal tersebut maka
penatalaksanaan keperawatan tidak terlepas dan:
1. Proses
keperawatan
2. Memenuhi kebutuhan dasar pasien
3. adaptasi
4. Advokasi
Tindakan tersebut
ditujukan untuk:
1. Dukungan emosional, sosial, spiritual dan fisik
di lingkungan perawatan
2. meningkatkan kenyamanan
3. meningkatkan integritas dan identitas pasien
4. koping yang adaptif dan efektif
PROSES KOPING
Proses koping path pasien yang mengalami trauma
sangat dipengaruhi oleh:
a. Gejala awal ( PS menangis / ketakutan km tidak
tahu kondisinya)
b. Penolakan klien terhadap kondisinya
WAWANCARA &
INTERVENSI PSIKOSOSIAL
Bagi perawat emergensi / perawat kritis sangat
diperlukan wawancara & intervensi psikososial sebab disamping umumnya
pasien dan keluarga mengalami sakit yang tiba tiba juga terkadang disertai
situasi yang buruk dan penyakit yang berat. Keberhasilan tindakan ini sangat
tergantung pada:
a. Informasi
& jawaban yg memuaskan atas permasalahan mereka
b. Jaminan thd kesehatannya
c. Perubahan kearah kesembuhan
d. Harapan
keluarga
e. Sikap tenaga keperawatan
f. Frekwensi kontak dng pasien / kel
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pengkajian
yg ditekankan pd adanya konflik-konflik nilai, tuntutan emosional, keterlibatan
emosi yg berlebih, kurangbaiknya hubungan interpersonal., pola koping pasien
& keluarga
2. Support
ps & kel. Agar koping psikososial efektif dng cara dukungan emosional,
penyediaan informasi, hubungan sosial yg baik dan dukungan fasilitas
3. Perhatian dan sentuhan
4. Keterlibatan keluarga dalam perawatan dan
dukungan emosional path pasien
5. Pemberian informasi yg terus menerus, terus
terang ( dng cara yg sesuai ) dan terorganisir
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Pasien – pasien yang dirawat diruangan ICU adalah pasien – pasien yang sedang mengalami keadaan kritis. Keadaaan kritis merupakan suatu keadaan penyakit kritis yang mana pasien sangat beresiko untuk meninggal. Pada keadaan kritis ini pasien mengalami masalah psikososial yang cukup serius dan karenanya perlu perhatian dan penanganan yang serius pula dari perawat dan tenaga kesehatan lain yang merawatanya. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kritis ini, perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik serta berkomunikasi yang efektif kepada pasien.
Pasien – pasien yang dirawat diruangan ICU adalah pasien – pasien yang sedang mengalami keadaan kritis. Keadaaan kritis merupakan suatu keadaan penyakit kritis yang mana pasien sangat beresiko untuk meninggal. Pada keadaan kritis ini pasien mengalami masalah psikososial yang cukup serius dan karenanya perlu perhatian dan penanganan yang serius pula dari perawat dan tenaga kesehatan lain yang merawatanya. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kritis ini, perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik serta berkomunikasi yang efektif kepada pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Emanuelsen, K.L. & Rosenlicht, J.McQ.
(1986). Handbook of critical
care nursing. New York: A Wiley Medical Publication.
2. file:///C:/Users/user.user-PC/Downloads/FILOSOFI%20(1).pdf
0 komentar:
Post a Comment