ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH
( ISK )
Dosen Pembimbing : Dra. Ns.
Wartonah, S.Kep, MM
DisusunOleh
ANGGA BAGJA GUMILAR
NIM: P3.73.20.3.11.008
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA
III
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PERSAHABATAN
JAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
PujidansyukurpenulispanjatkankehadiratTuhanYang
MahaEsa yang telahmemberikanrahmatdanhidayahNya,
sehinggapenulisdapatmenyelesaikanmakalahinidenganjudul“ ASUHAN KEPERAWATAN ISK
( INFEKSI SALURAN KEMIH ) “.
Makalahinidisusununtukmemenuhisalahsatutugasdalammatakuliah“ KMB I“ di Program
StudiKeperawatanPersahabatanPoltekkesKemenkes Jakarta III.
Dalampenyusunanmakalahini,
penulisbanyakmemperolehbantuansertabimbingandariberbagaipihak.Olehkarenaitu, perkenankanlahpenulismengucapkanterimakasihkepada
:
- Hj. Sri Maryani, SKM, M.KesselakuKetua Program
StudiKeperawatanPersahabatan.
- Santa Manurung SKM, M.Kepselakupenanggung
jawabmatakuliahKMB Iyang telahbanyakmemberikanbimbingan,
- Dra. Ns.
Wartonah, S.Kep, MM selaku pembimbing penulis dalam pembuatan makalah ini
- Seluruh staf dosen
dan karyawan Program Studi Keperawatan Persahabatan Poltekkes Kemenkes
Jakarta III.
- Orang tua tercinta
yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan bantuan baik moril maupun
materil.
- Seluruh
teman-teman yang telah banyak membantu penulis.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.
Jakarta, agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah.......................................................................................... 2
C.
Tujuan............................................................................................................. 2
D.
Metode Penulisan............................................................................................ 2
E.
Sistematika Penulisan....................................................................................... 2
BAB II : TINJAUAN TEORI
A.
KONSEP DASAR PENYAKIT
1.
Anatomi Fisiologi......................................................................................... 3
2.
Pengertian................................................................................................. 7
3.
Patofisiologi dan Penyebab ......................................................................... 7
4.
Tanda dan Gejala........................................................................................ 9
5.
Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................. 12
6.
Penatalaksanaan Medik.............................................................................. 13
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian.................................................................................................. 14
2.
Diagnosa Keperawatan................................................................................ 15
3.
Intervensi(Perencanaan /
Implementasi)..................................................... 15
4.
Evaluasi....................................................................................................... 19
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan....................................................................................................... 20
B.
Saran................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi
Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari
dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria
dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada
bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama
scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra
dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal
dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali
ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
Infeksi Saluran Kemih disebabkan
oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme
ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen,
limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung
kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang
lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi,
factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih
ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering
terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
B. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis
akan membahas masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). Dimana penyakit ini
banyak di derita oleh anak-anak hingga orang lanjut usia.
C. Tujuan
Untuk mengetahui definisi,
anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta Asuhan Keperawatan dari Infeksi
Saluran Kemih (ISK) itu sendiri.
D. Metode Penulisan
Dalam melakukan penulisan ini metode yang
kami pergunakan adalah metode kepustakaan.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang,
Identifikasi Permasalahan, Tujuan, Metode
Penelitian, dan Sistematika.
BAB II : Isi yang berisi: Konsep dasar penyakit
(anatomi dan fisiologi saluran kemih, pengertian glomerulonefritis, penyebab,
patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostic, dan
penatalaksanaan). Serta Asuhan keperawatan (pengkajian,diagnose, perencanaan
dan evaluasi)
BAB III : Penutupyang berisi Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
KONSEP
DASAR PENYAKIT
1. Anatomi Fisiologi
Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ
yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung kemih), dan uretra.
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang
terletak di bagian posterior abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna
vertebralis torakal ke-12 sampai vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan
biasanya terletak agak lebih rendah dari ginjal kiri karena hubungannya dengan
hati. (Watson, 2002,hlm.384).Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm,
lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram.
Fungsi vital ginjal :
1)
Sekresi air kemih dan
pengeluarannya dari tubuh manusia.
2)
Sebagai homeostasis.
3)
Pengeluaran zat-zat
toksin/racun
4)
Memperlakukan suasana keseimbangan
air,
5)
Mempertahankan keseimbangan
asam-basa cairan tubuh
6)
Mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
Ginjal terbagi menjadi bagian
eksternal yang disebut korteks dan bagian internal yang dikenal sebag/ai
medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta
nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas
sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding
kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane
basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane
basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa
henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus
pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk
mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah
mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron,
tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa
tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan
melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil
akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di
dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler
glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 %
dari plasma yang melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron
dengan jumlah yang mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut
yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air,
elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini
secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan
dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang
tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul,
dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi,
seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan
tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus
sering mencakup transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai
substansi secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan
diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium,
glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional
ginjal yang disebut nefron. Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir
ke dalam duktus pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk
membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan
pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ
ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi sebagai pipa
untuk menyalurkan urin.
b. Ureter
Terdiri
dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan
dinding ureter terdiri dari
1)
Dinding luar jaringan
ikat (jaringan fibrosa)
2)
Lapisan tengah otot
polos
3)
Lapisan sebelah dalam
lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan
gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih
masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah
sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan
ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah,
saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
c. Kandung
kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih merupakan organ
berongga yang terletak di sebelah anterior tepat dibelakang
os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah sementara untuk menampung
urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang
dinamakan muskulus detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi mengososngkan
kandung kemih pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul dari kandung
kemih; pada laki-laki, uretra berjalan lewat penis dan
pada wanita bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar
prostate yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra
di sebelah posterior dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna
merupakan otot volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.
Ginjal terbagi menjadi bagian
eksternal yang disebut korteks dan bagian internal yang dikenal sebag/ai
medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta
nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas
sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding
kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane
basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane
basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa
henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus
pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk
mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah
mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron,
tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa
tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah
berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang
kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan
di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler
glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 %
dari plasma yang melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron
dengan jumlah yang mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut
yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air,
elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara
selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari
darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus.
Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan
kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti
glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak
akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus
sering mencakup transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai
substansi secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan
diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium,
glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
d. Uretra
Uretra
merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemiih keluar.
Pada
laki-laki terdiri dari :
1) Uretra
prostaria
2) Uretra
membranosa
3) Uretra
kavernosa.
Lapisan
uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai saluran
reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra
pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan
uretra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan
spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam). Muara uretra pada wanita
terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra
di sini hanya sebagai saluran eksresi.
2.
Pengertian
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi
Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu
keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari
dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria
dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada
bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama
scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang
uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya
bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus
urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini
terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari
traktus urinarius.
3.
Patofisiologi
dan Penyebab Ifeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih disebabkan
oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme
ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen,
limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung
kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang
lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi,
factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih
ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering
terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada
usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang
meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang
efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari
sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang
meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan
nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri
dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang
menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal
yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter
yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan
pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang
menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated
(simple)
2) Pseudomonas, Proteus,
Klebsiella :
penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus
epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia
lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang
meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik
seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari
sekresi prostat.
4. Tanda dan Gejala
Infeksi Saluran Kemih
a. Gejala
– gejala dari infeksi saluran kemihsecara umum sering meliputi:
1) Gejala
yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
2) Rasa
terbakar dan perih pada saat berkemih
3) Seringnya
berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4) Adanya
sel darah merah pada urin (hematuria)
5) Urin
berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
6) Ketidaknyamanan
pada daerah pelvis renalis
7) Rasa
sakit pada daerah di atas pubis
8) Perasaan
tertekan pada perut bagian bawah
9) Demam
10) Pada
wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
11) Sering
berkemih pada malam hari
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi
akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal. Gejala – gejala dari adanya
infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam, kedinginan,
rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal
termasuk dalam infeksi saluran kemih.
Tidak setiap orang dengan infeksi
saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat
beberapa gejala, meliputi:
1) Desakan
yang kuat untuk berkemih
2) Rasa
terbakar pada saat berkemih
3) Frekuensi
berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
4) Adanya
darah pada urin (hematuria)
b. Gejala
– gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1) Pyelonephritis
akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal
mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada kandung kemih.
Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan
panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2) Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung
kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada
perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari
urin.
3) Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra
menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat
menyebabkan gangguan pada penis.
Tanda
dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :
a.
Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1) Kecendrungan
terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya, khususnya jika dikaitkan
dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu.
2) Rasa
sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin bayinya.
Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3) Urin
yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit, walaupun
tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari Infeksi
saluran kemih).
4) rasa
sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5) muntah
dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6) jaundice
(kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya bayi yang berusia
setlah delapan hari.
b. Gejala
infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:
1) Diarrhea
2) Menangis
tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya:
pemberian makan, dan menggendong)
3) Kehilangan
nafsu makan
4) Demam
5) Mual
dan muntah
6) Pada
anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran kemih.
7) Lemah
8) Adanya
rasa sakit pada saat berkemih.
c. Untuk
anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1) rasa
sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2) seringnya
berkemih
3) ketidakmampuan
memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin berjumlah
sedikit (oliguria)
4) tidak
dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5) rasa
sakit pada perut dan daerah pelvis
6) rasa
sakit pada saat berkemih (dysuria)
7) urin
berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d. Gejala
infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1) Gejala
yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya: cystitis,
uretritis) meliputi :
a) rasa
sakit pada punggung
b) adanya
darah pada urin (hematuria)
c) adanya
protein pada urin (proteinuria)
d) urin
yang keruh
e) ketidakmampuan
berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
f) demam
g) dorongan
untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
h) tidak
nafsu makan
i)
lemah dan lesu
(malaise)
j)
rasa sakit pada saat
berkemih (dysuria)
k) rasa
sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l)
rasa tidak nyaman pada
daerah rectum (pada pria)
2) Gejala
yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya: pyelonephritis)
meliputi:
a) Kedinginan
b) demam
tinggi dan gemetar
c) mual
d) muntah
(emesis)
e) rasa
sakit di bawah rusuk
f) rasa
sakit pada daerah sekitar abdome
5.
Pemeriksaan
Diagnostik
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan
salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih
dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila
terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh
berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi
adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar
100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari
specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip
untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan
nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi
nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia
akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis,
neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3)
Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
6.
Penatalaksanaan
Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih
(ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan
bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan
vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih
(ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional:
5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6
minggu
d. Terapi dosis rendah untuk
supresi
Pemakaian antimicrobial jangka
panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh
bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika
muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi
urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum
mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ,
bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli
telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug
adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut
perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat
pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama
obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia
lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut
hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan
benar-benar berguna/diperlukan ?
b. Apakah obat yang diberikan
menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan ?
c. Apakah obat yang diberikan masih
tetap diberikan ?
d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi
dosisnya atau dihentikan ?
B.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara
head to toe dan system tubuh
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor
resiko:
1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya factor yang menjadi
predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
1) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3) Apakah terjadi inkontinensia urine?
d. Pengkajian dari manifestasi klinik
infeksi saluran kemih
1) Bagaimana pola berkemih pasien?
untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan,
frekuensi, dan jumlah)
2) Adakah disuria?
3) Adakah urgensi?
4) Adakah hesitancy?
5) Adakah bau urine yang menyengat?
6) Bagaimana haluaran volume orine,
warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik
pada infeksi saluran kemih bagian bawah?
8) Adakah nyesi pangggul atau
pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas?
9) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada
infeksi saluran kemih bagian atas.
e. Pengkajian psikologi pasien:
1) Bagaimana perasaan pasien terhadap
hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
2) Adakakan perasaan malu atau takut
kekambuhan terhadap penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Infeksi yangberhubungan
dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
b.
Perubahan pola
eliminasi urine ( disuria, dorongan,
frekuensi, dan atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
c.
Nyeri yang berhubungan
dengan ISK.
d.
Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode
pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.
3. Intervensi (Perencanaan
/ Implementasi)
Perencanaan
a.
Infeksi yang
berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
1)
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya
tanda-tanda infeksi.
2)
Kriteria Hasil :
a)
Tanda-tanda vital dalam
batas normal
b)
Nilai kultur urine
negative
c)
Urine berwarna bening
dan tidak bau
3)
Intervensi :
a)
Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika
suhu di atas 38,50°C
Rasional :
Tanda vital
menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
b)
Catat karakteristik
urine
Rasional :
Untuk mengetahui
/ mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
c)
Anjurkan pasien untuk
minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk mencegah
stasis urine
d)
Monitor pemeriksaan
ulang urine kultuur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional :
Mengetahui
seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
e)
Anjurkan pasien untuk
mengosongkan kandung kemih secara komlit setiap kali kemih.
Rasional :
Untuk mencegah
adanya distensi kandung kemih.
f)
Berikan perawatan
perineal, pertahankan agar tetap bersih
dan kering.
Rasional :
Untuk menjaga
kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
b.
Perubahan pola
eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau nokturia ) yang
berhubungan dengan ISK.
1)
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan
pola eliminasi secara adekuat.
2)
Kriteria Hasil :
a)
Klien dapat berkemih
setiap 3 jam
b)
Klien tidak kesulitan
pada saat berkemih
c)
Klien dapat BAK dan
berkemih
3)
Intervensi :
a)
Ukur dan catat urine
setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui
adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input / output
b)
Anjurkan untuk berkemih
setiap 2-3 jam
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam
kandung kemih.
c)
Palpasi kandung kemih
tiap 4 jam
Rasional :
Untuk memudahkan
klian dalam berkemih.
d)
Bantu klien ke kamar
kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional :
Untuk memudahkan klien untuk berkemih.
e)
Bantu klien mendapatkan
poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional :
Supaya klien
tidak sukar untuk berkemih.
c.
Nyeri yang berhubungan
dengan ISK
1)
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien merasa nyaman dan
nyerinya berkurang.
2)
Kriteria Hasil :
a)
Pasien mengatakan /
tidak ada keluhan pada saat berkemih
b)
Kandung kemih tidak
tegang
c)
Passien tampak tenang
d)
Ekspresi wajah tenang
3)
Intervensi :
a)
Kaji inensitas, lokasi
dan faktor yang memberatkan atau meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang
hebat menandakan adanya infeksi.
b)
Berikan waktu istirahat
yang cukup dan tingkat aktivitas yang
dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat
istirahat dengan tenang dan dapat
merilekskan otot-otot.
c)
Anjurkan minum banyak
2-3 liter jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Untuk membantu
klien dalam berkemih.
d)
Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik
memblok lintasan nyeri.
d.
Kurang pengetahuan yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentangproses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di
rumah.
1)
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
2)
Kriteria Hasil :
a)
Klien tidak gelisah
b)
Klien tenang
3)
Intervensi :
a)
Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui
berat ringannya kecemasan klien
b)
Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional :
Agar klien
mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
c)
Beri suport pada
klien
Rasional :
Agar klien
mempunyai semangat dan percaya diri tinggi terhadap perawatan atas
kesembuhannya.
d)
Beri dorongan spiritual
Rasional :
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada
tuhan YME. Beri suport pada klien.
e)
Beri penjelasan
terhadap penyakitnya
Rasional :
Agar klien
mengerti sepenuhnya tentang penyakit
yang dialaminya.
Implementasi / Pelaksanaan
Pada tahap ini
untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat
tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan ( Doenges E
Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka
perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
4. Evaluasi
Pada tahap ini
yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang
hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a.
Nyeri yang menetap atau bertambah
b.
Perubahan warna urine
c.
Pola berkemih berubah, berkemih sering dan
sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing menetes setelah berkemih.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada bab ini penulis dapat
menyimpulkan antara lain:
Pada pengkajian penulis menyimpulkan data melalui kejadian
kasus secara luas,wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat atau adanya
faktor-faktor resiko, manifestasi klinik infeksi saluran kemih, psikologi
pasien, tidak dilakukan karena penulis tidak mengkaji langsung pada klien ,
melainkan penulis hanya mendapat data dari ilustrasi kasus yang di dapat.
Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus
adalah perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
hokturia ) berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur urinarius, dll, sedangkan diagnose yang ada pada teori dan pada kasus
adalah infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang pengetahuan.
Dalam membuat
perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan kondisi klien secara
luas saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow dan kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua
diagnosa dapat teratasi dan tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya
penulis tidak dapat mendokumentasikan data dengan baik sehingga untukmembuat
evaluasi mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan penulishanya mendapatkan data
berdasarkan pedoman kasus.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya
infeksi bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari
dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria
dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada
bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama
scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita.
B.
SARAN
Untuk pembaca, teman sejawat
dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah sesuai kebutuhan dasar
manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun pendokumentasian data tidak
dapat dilakukan karena data yang
diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus secara luas tetapi rencana tindakan dapat dilakukan
dengan baik. Dianjurkan agar dapat mendokumentasikan semua data pada klien baik
verbal maupun obyektif degan benar sehingga dapat membuat evaluasi dengan baik
untuk menunjang pendokumentasian yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana
Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3.
Jakrta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan
Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of
disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta:
EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku
Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa:
Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.